1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lawatan Eropa Obama

6 April 2009

Media internasional menyoroti lawatan pertama Presiden AS Barack Obama ke Eropa.

https://p.dw.com/p/HRNh

Harian Hungaria Nepszava menulis:

"Kekuatan terbesar Obama adalah walau bersikap rendah hati ia tetap efisien. Di KTT NATO ia merangkul tiap-tiap anggota aliansi tersebut dan memuji keterlibatan mereka dalam misi Afghanistan. Siapa yang dapat menolak, bila Obama meminta mereka meningkatkan keterlibatannya? Di Praha ia disambut bak bintang pop. Dalam pidato yang bercakupan sangat luas ia menggambarkan dunia yang hanya dapat kita impikan. Bila ia berhasil meyakinkan pemimpin dunia lainnya dengan penampilan simpatiknya, mungkin saja perlucutan senjata nuklir tak hanya merupakan ilusi belaka. Obama datang, melihat dan menaklukkan Eropa. Di benua inipun ia membuktikan bahwa politik penuh kesombongan yang menjadi ciri khas George W. Bush hanya merupakan kenangan buruk."

Harian Austria Der Kurier yang terbit di Wina mengomentari pidato Presiden AS Barack Obama di depan massa di Praha.

"Adalah strategi Obama sebagai politisi untuk membagi rata beban dan juga tanggung jawab bagi suatu kegagalan kepada sebanyak mungkin pihak. Ini tak hanya berlaku bagi perlucutan senjata nuklir tapi juga upaya memerangi krisis keuangan, perubahan iklim dan terorisme internasional. AS yang dipimpin Barack Obama berjanji untuk turut berpartisipasi dalam menemukan solusi bagi sejumlah permasalahan - partisipasi berarti sisa duniapun harus memikul tanggung jawabnya. Menuding Amerika yang sombong dan dominan, menghamburkan sumber daya alam dan merusak lingkungan tak lagi cukup. Pertanyaan Obama yang mungkin kurang enak didengar adalah: Kami akan turun tangan, bagaimana dengan kalian?"

Harian The Independent yang terbit di London, Inggris mengomentari kecaman Obama terhadap peluncuran roket Korea Utara:

"Bila Obama memperingatkan Korea Utara, bahwa jalan menuju rasa saling menghormati dan keamanan tidak dapat ditempuh dengan ancaman, maka Obama hanya mengulang suatu pepatah umum yang sudah terbukti salah. Dari contoh India, Pakistan dan kekuatiran dunia barat sehubungan program atom Iran, Korea Utara melihat bahwa kekuatan nuklir adalah senjata ampuh agar posisi suatu negara ditanggapi secara serius. Obama jauh lebih meyakinkan saat ia mengatakan bahwa negaranya akan bekerja keras unuk mengimplementasikan perjanjian untuk menghentikan uji coba atom yang belum diratifikasi Amerika Serikat dan Cina. Ini tentu dapat menjadi langkah awal yang baik."

Surat kabar Rusia Kommersant yang terbit di Moskow menulis:

"Praha dimabuk eforia Obama. Terakhir kali hal seperti ini terjadi 22 tahun lalu. Waktu itu, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan politik Perestroikanya membawa pembebasan dari Partai Komunis dan angkatan bersenjata Uni Soviet. Kini, Obama menjanjikan pemulihan tatanan dunia. Amerika Serikat yang bekerja sama erat dengan Rusia hendak mengakhiri perdagangan ilegal dengan bahan dasar senjata nuklir dalam empat tahun mendatang. Tapi, kerja sama ini mungkin saja sulit. Obama mempertahankan rencana membangun sistem penangkis rudal di Polandia dan Ceko selama Iran tetap merupakan ancaman nuklir dari sudut pandang AS. Ini kembali ditegaskan Presiden Obama. Dan sudut pandang ini sama sekali tidak disukai Rusia."(zer)