1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan HRW: Eropa dan AS Tak Hargai HAM

1 Februari 2008

Dalam laporan hak asasi manusia terbaru yang dikeluarkan lembaga pemantau hak asasi Human Rights Watch, negara-negara Eropa dan Amerika Serikat mendapat kecaman keras.

https://p.dw.com/p/D10m
Bendera AS berkibar dekat kawat berduri yang mengelilingi penjara Guantanamo
Penjara Guantanmo, catatan hitam pelanggaran HAM oleh ASFoto: AP

Negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa kali ini mendapat kritik tajam dalam laporan yang baru dikeluarkan lembaga pemantau HAM internasional Human Rights Watch (HRW). Menurut HRW, Eropa dan Amerika Serikat mendukung pemilu yang prosesnya meragukan, seperti misalnya di Kenya dan Pakistan, hanya untuk kepentingan barat semata.

Misalnya dukungan terhadap Presiden Pakistan Perves Musharaf, sekutu Amerika Serikat dalam proses pemilu. Akibatnya pelanggaran HAM tak terhindarkan. Direktur HRW Kenneth Roth memberi contoh: "Kami melihat kebijakan Amerika Serikat mendukung Musharaf yang mengaku pendukung demokrasi dan menyelamatkan Pakistan.“

Kecaman lain yang dilontarkan HRW adalah penjara rahasia AS di manca negara, yang memungkinkan tindakan menghilangkan orang secara paksa, serta membenarkan penyiksaan tahanan. Dalam perang melawan teror, Amerika menahan ratusan orang yang diduga terkait terorisme, tanpa proses hukum yang jelas, salah satunya di Penjara Guantanamo, Kuba.

Tidak hanya Amerika Serikat, HRW juga mengkritik Prancis, Pakistan dan Inggris yang kerap melakukan pelanggaran HAM dengan mengatasnamakan perang melawan terorisme. "Bila Amerika Serikat bicara tentang hak asasi manusia maka orang-orang justru mengingat para tahanan di Guantanamo, penyiksaan dan tahanan rahasia CIA.", demikian dikatakan Roth.

Russische Polizei mit Menschenrechtsaktivist
Polisi Rusia menahan aktivis HAMFoto: AP

Eropa tidak luput dari kecaman, karena tidak menekan Rusia yang banyak melakukan aksi pelanggaran HAM. Menurut HRW, hal itu terjadi karena ke-27 negara anggota Uni Eropa memandang Rusia penting dalam bisnis penyediaan energi bagi Eropa. Namun menurut HRW, alasan itu bukan berarti dapat menihilkan pelanggaran HAM di negara Beruang Merah tersebut.

Dalam laporannya HRW juga mengecam Turki yang membatasi kebebasan berpendapat. Salah satu kasusnya adalah kematian jurnalis etnik Armenia, Hrant Dink, yang ditembak di Istanbul, Januari 2007 setelah mengkritik pembunuhan warga Armenia dalam Perang Dunia I.

Pelanggaran HAM di Asia

Sementara Cina, yang akan menjadi tuan rumah olimpiade tahun ini, sebelumnya berjanji untuk memperbaiki upaya penegakan HAM di negaranya. Namun kenyataannya, persiapan olimpiade tahun ini malah memunculkan pelanggaran HAM baru. Diantaranya penggusuran rumah-rumah penduduk untuk membangun sarana olahraga penunjang olimpiade dan mempekerjakan buruh yang di luar batas kewajaran.

HRW mengajak masyarakat internasional untuk menekan Cina agar segera membenahi upaya penegakan HAM di negaranya sebelum berlangsungnya olimpiade.

Myanmar atau Birma juga masih terpampang sebagai negara yang banyak melakukan pelanggaran HAM. Diantaranya kematian seratusan orang dalam aksi demonstrasi damai yang berlangsung tahun lalu. Sementara ratusan orang diduga masih ditahan sehubungan dengan aksi unjuk rasa yang menentang kebengisan junta militer Myanmar tersebut.

Junta militer Myanmar juga dituding merekrut tentara anak. Sementara perkosaan, kerja paksa dan pembunuhan tersebar di kawasan etnik minoritas selama pertempuran antra kelompok pemberontak dan junta militer.

HRW juga menyayangkan aksi internasional yang menurutnya lamban dan kurang tegas menghadapi Srilanka. HRW melobi Jepang, pemberi bantuan terbesar bagi Srilanka, untuk mau menekan pemerintahan Presiden Mahinda Rajapakse dalam memperbaiki situasi HAM di negaranya. Lebih dari 1.000 orang dihilangkan secara paksa atau diculik, sepanjang Januari 2006 hingga Januari 2007. Kebanyakan korban merupakan warga etnis Tamil. (ap)