1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan HAM 2008 Amnesty

28 Mei 2008

Amnesty Internasional, menuntut para pemimpin dunia untuk meminta maaf kepada seluruh penduduk dunia.

https://p.dw.com/p/E7gc
Foto: AP

Irene Khan, Direktur lembaga pemantaui hak asasi itu menyatakan:

"Ini adalah ulang tahun ke 60 Deklarasi Semesta Hak Asasi Manusia. Waktunya tiba bagi semua pemerintah untuk meminta maaf atas 6 dasawarsa kegagalan hak asasi manusia. Tiba waktunya pula bagi para pemimpin dunia untuk menghidupkan lagi dan memperbaharui janji penegakan hak asasi manusia yang mereka tekadkan tahun 1948."

Irene Khan adalah perempuan bangladesh yang memimpin Amnesty Internasional sejak tahun 2001. Ia mengungkapkan tantangan itu saat meluncurkan laporan tahunan HAM 2008 di markas besar Amnesty di London.

Dalam laporan itu disebutkan, tahun 2007 ditandai ketidak mampuan negara-negara barat dalam mencegah dan menangani krisis kemanusaian yang begitu dahsyat di berbagai penjuru dunia. Darfur, Irak, Birma, Zimbabwe, Palestina, merupakan kawasan yang paling disorot.

Khusus untuk Asia, laporan itu menyerukan dunia untuk memberi perhatian pada apa yang disebutnya sebagai perang yang terlupakan, yang menyebabkan begitu banyak jiwa terenggut dan beggitu tingginya tingkat pelanggaran HAM. Khususnya di Srilanka dan Afghanistan.

Namun selain kecaman begitu tajam terhadap berbagai pelanggaran HAM, termasuk oleh negara besar seperti Amerika dan negara-negara Uni Eropa, laporan itu juga mencatat sejumlah hal positif. Khususnya di Asia. Irene Khan:


"Saya ingin mengajak kita semua menoleh kepada kelompok-kelompok perempuan di Asia, kaum perempuan pembela HAM, yang berkembang pesat jumlahnya . Ini sungguh membangkitkan harapan, karena diikuti dengan makin kuatnya upaya memasukan hak-hak perempuan dalam agenda-agenda politik di benua itu. Di Asia benar-benar terjadi kemajuan, kaum perempuan, juga perempuan awam, mendorong terjadinya perubahan untuk kehidupan mereka."

Disebutkan kata Irene Khan, Asia merupakan benua yang ditandai dengan kemajuan ekonomi besar-besaran. Namun di sisi lain terjadi pula kesenjangan sosial begitu tinggi. Tidak sedikit rakyat yang justeru terjerembab masuk kemiskinan lebih dalam lagi, dan bukannya diangkat dari kemiskinan. Yang mengenaskan, kata Irene Khan lagi:


"Kita menyaksikan terjadinya semacam feminisasi kemiskinan di Asia. Dalam arti,, sebagian besar kaum miskin sekarang ini adalah perempuan. Ini jelas merupakan tantangan besar bagi para pemimpin Asia dan masyarakat Asia pada umumnya. dan masalah ini harus ditangani selekasnya, agar tercipta stabilitas sosial seiring kemajuan ekonomi diikuti oleh stabilitas."

Amnesty Internasional juga mengecam Cina yang terus menjalankan kebijakan penindasan HAM, melanggar janjinya ketika ditunjuk menjadi penyelenggara Olympiade 2008. Amnesty juga menuntut ditutupnya Guantanamo dan menuntut Amerika untuk menghentikan segala bentuk penyiksaan terhadap tawanan.

Laporan tahunan 2008 memberi tekanan sangat besar terhadap penderitaan perempuan. Kembali irene Khan:


"Salah satu skandal terselubung HAM di zaman kita adalah kekerasan terhadap perempuan. Baik di tengah keadaan negara yang tercabik-cabik seperti di Darfur, di mana perkosaan terhadap perempuan, juga gadis kecil dijadikan metoda perang. Maupun dalam keadaan damai. Bahkan di negara seperti Amerika Serikat, perempuan suku asli Amerika susah sekali memperoleh keadilan atas kekerasan seksual yang menimpa mereka. Tiba waktunya seluruh dunia mengerahkan segala upaya untuk menghapuskan skandal hak asasi ini."