1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikUkraina

Kursk: Apa Strategi Ukraina di Balik Serangan ke Rusia?

Roman Goncharenko
13 Agustus 2024

Untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia, Ukraina mengerahkan pasukan untuk mengambil alih wilayah Rusia. Pakar Barat melihat kemajuan di wilayah Kursk sebagai tanda adanya strategi dan risiko baru.

https://p.dw.com/p/4jPB6
Konvoi militer Rusia dikerahkan ke wilayah Kursk
Konvoi militer Rusia dikerahkan ke wilayah KurskFoto: Russian Defence Ministry/TASS/dpa/picture alliance

Ukraina mungkin telah mengambil "langkah pertama" menuju perubahan strategi untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia. Beginilah cara Jen Spindel, seorang profesor di Universitas AS di New Hampshire, menggambarkan perkembangan beberapa hari terakhir di Oblast Kursk di Rusia bagian barat.

"Ukraina menunjukkan bahwa wilayah Rusia tidak lagi dapat diganggu gugat, dan Ukraina menyerangnya untuk mengalihkan perhatian pasukan Rusia dari pemboman dan penghancuran Ukraina," kata Spindel.

Olexandr Syrsky, Panglima Angkatan Darat Ukraina, Senin (12/8) untuk pertama kalinya mengomentari "operasi ofensif di wilayah Kursk". Ukraina menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi tanah Rusia, kata jenderal itu dalam sebuah pengarahan.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga berkomentar lagi pada hari Senin tentang pertempuran di Kursk: "Musuh sedang mencoba untuk meningkatkan posisi negosiasinya di masa depan." Namun hal ini tidak akan berhasil, menurut pemimpin Kremlin, tujuan utama Rusia saat ini adalah memukul mundur pasukan Ukraina.

Sumber-sumber Rusia melaporkan bahwa pasukan Ukraina memasuki wilayah Kursk pada 6 Agustus dan dengan cepat maju setidaknya 10 kilometer.

Pasukan Ukraina rebut kota kecil Sudzha di Kursk, Rusia
Pasukan Ukraina merebut kota kecil Sudzha di Kursk, RusiaFoto: Youtube

Apa kata AS dan mitra lainnya?

Washington, Berlin dan negara-negara lain telah lama melarang Ukraina menggunakan senjatanya untuk menyerang wilayah Rusia. Lampu hijau baru datang pada Mei 2024 setelah serangan Rusia di dekat Kharkiv. Namun, izin tersebut masih terbatas pada wilayah perbatasan langsung. Rudal seperti ATACMS dari AS masih hanya boleh ditembakkan ke wilayah pendudukan Ukraina.

Sejauh ini, AS bereaksi hati-hati terhadap kemajuan Ukraina. Jen Spindel berasumsi bahwa ada banyak panggilan telepon tingkat tinggi antara Kiev dan Washington untuk meredakan ketegangan.

"Kemajuan Ukraina adalah hasil perencanaan yang matang di pihak Ukraina dan kegagalan total pekerjaan pengintaian Rusia," kata sejarawan militer Austria Kolonel Markus Reisner kepada DW.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Dia memuji Kiev dengan "kemenangan nyata dalam ruang informasi” karena semua orang akan melihat Kursk dan bukan Donbas, tempat tentara Rusia perlahan-lahan maju. Jika Ukraina mampu menguasai wilayah di Kursk lebih lama, hal ini akan memaksa Rusia untuk berkumpul kembali. Hal ini akan mengurangi tekanan di Donbas, kata Reisner.

Namun Ukraina mungkin juga bisa mengejar tujuan lain dengan kemajuan menuju Kursk, kata para ahli yang disurvei. Misalnya – seperti dugaan Putin juga – untuk mendapatkan posisi negosiasi yang lebih baik dengan Rusia. "Atau untuk meningkatkan moral pasukan Ukraina," kata jurnalis Jerman dan pakar Ukraina Winfried Schneider-Deters kepada DW.

Konvoi militer Rusia yang diserang pasukan Ukraina di Kursk
Konvoi militer Rusia yang diserang pasukan Ukraina di KurskFoto: Anatoliy Zhdanov/dpa/Kommersant Publishing House/AP/picture alliance

"Ada kemungkinan kepemimpinan Ukraina ingin menunjukkan kepada Rusia, dan terutama kepada Barat, bahwa Ukraina belum berada pada titik akhir," tambah Schneider-Deters, dan: "bahwa dengan pasokan senjata Barat yang lebih banyak, mereka masih bisa memiliki kesempatan untuk melakukannya untuk memenangkan perang."

Serangan kejutan untuk menganggu stabilitas Rusia

"Langkah ini merupakan titik puncaknya dan sudah lama tertunda,” kata Schneider-Deters. Sebelumnya, negara-negara Barat – yang dipimpin oleh AS – mungkin akan menghentikan Ukraina melakukan hal tersebut karena takut perang akan semakin meluas, analisis Schneider-Deters. Menurutnya, "benar" jika Ukraina mengabaikan hal ini. 

Jen Spindel yakin operasi di Kursk tidak ditujukan untuk mencapai Moskow. Tidak ada seorang pun yang tertarik dengan hal itu. Semakin jauh kemajuan tentara Ukraina, semakin besar risiko pasukannya akan terputus dari pasokan.

"Untuk mencapai tujuannya, Ukraina tidak perlu maju jauh ke pedalaman Rusia," kata pakar tersebut. "Cukuplah Ukraina maju ke wilayah yang berfungsi sebagai area persiapan dan tempat Rusia menyimpan senjatanya." 

"Ukraina juga harus menjaga keseimbangan dan mempertimbangkan mitra Baratnya," papar Spindel. Sejauh ini, Ukraina telah mencapai kemajuan yang cukup di Rusia, namun belum cukup untuk memicu kekhawatiran yang jauh lebih besar di Moskow.

Secara keseluruhan, Spindel tidak mengharapkan adanya perubahan besar dalam perang sebagai akibat dari kemajuan tersebut. Dia berasumsi bahwa akan ada operasi serupa lebih lanjut; di mana Ukraina mengandalkan unsur kejutan. Tujuannya: "untuk menggoyahkan stabilitas di Rusia."

(hp/as)