1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Sarkozy di Libya

26 Juli 2007

Hari Rabu (25/07) Presiden Nicolas Sarkozy dijamu resepsi makan malam di Tripolis oleh Presiden Moammar Gaddafi. Selain itu agenda kunjungan Sarkozy di Libya juga tercatat pembicaraan ekonomi, antara lain persenjataan militer.

https://p.dw.com/p/CP4W
Sarkozy (kiri) dan Gaddafi (kanan)
Sarkozy (kiri) dan Gaddafi (kanan)Foto: AP

Kunjungan kenegaraan ini secara resmi sebagai kompensasi langsung atas pembebasan para tenaga medis Bulgaria oleh Gaddafi. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy akan merintis jalan bagi pemimpin Libya dan penanggung jawab aksi teror di tahun 80-an untuk kembali berintegrasi ke masyarakat internasional. Dan Sarkozy akan mengadakan perjanjian politik dengan Gaddafi

„Tentu saja Perancis akan menyepakati perjanjian dengan Libya, tapi kami tidak sendirian. Amerika Serikat sudah melakukannya, Tony Blair sudah pernah di Libya dan Romano Prodi juga. Jadi mengapa Perancis harus tetap tinggal diam? Kami tidak ingin menghukum Libya, karena membebaskan mereka yang tidak bersalah.“

Libya adalah negara terkaya di Afrika dan memiliki cadangan minyak terbesar benua tersebut. Selain itu penambangan gas alam yang masih berada di tahap awal. Hal yang sangat menarik minat pihak Barat. Dengan perjanjian senilai 900 juta dolar perusahaan minyak Inggris BP mendapat jaminan untuk menambang di ladang minyak Libya. Juga Amerika Serikat kembali membantu negara tersebut. Waktu paling tepat bagi Perancis untuk berekspansi ke Libya, apalagi selama tiga tahun terakhir 45 perusahaan minyak asing membuka cabang di sana. Dua tahun lalu saat masih menjabat menteri dalam negeri, Sarkozy mengunjungi pemimpin Libya antara lain untuk membicarakan perang melawan terorisme dan upaya membendung imigran ilegal dari Afrika Utara yang berupaya masuk ke Uni Eropa. Tapi seberapa jauh Perancis akan membangun kerjasama ekonomi dengan Libya? Menurut Christophe Barbier, komentator stasiun televisi Perancis LCI

„Kami sangat ingin mengetahui hal itu, latar belakang kepentingan ekonomi apa yang tengah kami alami sekarang.“

Diperkirakan Libya tertarik akan pesawat tempur Perancis, dan juga bantuan teknik pembangunan instalasi nuklir. Selain itu dengan sanksi yang hampir 20 tahun dikenakan terhadap Libya membuat perekonomian negara itu terpuruk dan membutuhkan pembangunan infra struktur. Seperti pembangunan jalan tol dan jalur kereta api. Bahwa Sarkozy berupaya di Libya demi kepentingan Perancis, bagi Barbier hal yang legitim, namun dengan syarat

„Hal seperti itu disebut politik praktis. Hanya harus diperhatikan agar hal yang dilakukan benar-benar transparan. Sarkozy juga harus mengingat korban teror di tahun 80-an. Tapi yang jelas, kami membuka lembaran baru dan sekarang melakukan perundingan dengan musuh kami di masa lalu.“