1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Pertama Cina ke Taiwan Sejak 1949

Kujath, Peter, Tokio (NDR) 3 November 2008

Selasa ini utusan Cina melakukan perundingan ekonomi dengan Taiwan. Lebih dari 70 anggota rombongan ikut serta dalam lawatan ke wilayah yang pernah bersengketa dengan Cina itu.

https://p.dw.com/p/Fmm2
Chen Yun Lin menggelar jumpa pers bersama utusan Taiwan Chiang Ping-kungFoto: AP

Lawatan utusan Republik Rakyat Cina kali ini ke Taiwan merupakan kunjungan terpenting, sejak perang tahun 1949 silam. Hari Senin kemarin, kunjungan setengah resmi Cina dilakukan sebagaimana layaknya kunjungan resmi, ke ibukota Taiwan, Taipeh. Utusan Cina yang merupakan kepala badan urusan dengan Taiwan, Chen Yunlin, akan berada di Taiwan beserta rombongannya, hingga 7 November mendatang, untuk meningkatkan kerjasama perekonomian kedua pihak. Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Oleh sebab itu, kontak pembicaraan berlangsung setengah resmi.

Delapan tahun lalu Presiden Taiwan menegaskan kemerdekaan pulau kecil itu, yang membuat Cina kebakaran jenggot. Pemerintahan yang kemudian beralih ke kepemimpinan Ma Ying-jeou bulan Mei lalu mengubah aliran kebijakan itu. Sebagai presiden baru, Ma Ying-jeou, berusaha untuk mengintensifkan kerjasama ekonomi Taiwan dengan RRC, tanpa mengotak-atik status quo.

"Kita harus melihat, apakah pertemuan dengan pimpinan delegasi Cina ini di hari-hari mendatang menunjukan pertanda positif seperti misalnya dibukanya jalur perkapalan atau lintas penerbangan langsung reguler antara Taiwan-Beijing."

Demikian ujar Georg Jarzembovski, yang merupakan anggota Parlemen Eropa sekaligus ketua lembaga persahabatan Parlemen Eropa-Taiwan. Juni lalu kedua pemimpin perundingan Taiwan dan Cina, Chen Yunlin dan Chiang Ping-kung, setelah sepuluh tahun, kembali melakukan perundingan penting, yang membahas hubungan kedua pihak. Saat itu telah disepakati perjanjian akomodasi penerbangan pesawat sewa atau charter antara Taiwan-Cina. Namun hingga kini kapasitasnya masih belum dimanfaatkan maksimal. Sementara harapan akan meningkatnya jumlah wisatawan Cina ke Taiwan juga belum tampak menggembirakan.

Presiden Taiwan Ma Ying-jeou menyetujui perjanjian dengan Cina untuk memperbaiki perekonomian Taiwan dan mempererat hubungan dengan Cina. Sekitar 40 persen ekspor Taiwan ke Cina dan 60 persen investasi langsung ditanamkan Taiwan di negeri tirai bambu tersebut. Jarzembovski mengatakan:

"Disamping itu, Presiden Ma sangat berhati-hati memulai pendekatan dengan Cina, namun keberhasilan di bidang politik tidak disambut oleh masyarakat."

Krisis keuangan global juga menjadi sebab pertemuan Taiwan dengan Cina saat ini. Tingkat konsumsi masyarakat menurun drastis sementara harga komoditas merangkak naik. Meskipun Ma terpilih sebagai presiden dengan perolehan sekitar 60 persen suara, hasil survey terkini menunjukkan dukungan terhadapnya kini hanya lebih dari 24 persen saja. Dua minggu lalu partai oposisi terbesar di Taiwan menggelar aksi demonstrasi „Menentang Mengobral Taiwan“ yang menjadi slogan kampanye mereka. Seorang politisi Cina yang bertandang ke Taiwan saat itu untuk persiapan pertemuan ini, bahkan diserang di jalan dan dilempari. Oleh sebab Presiden Taiwan Ma Ying-jeou kembali menyerukan pihak oposisi agar menahan diri selama kunjungan Cina kali ini. Pengamanan di sekitar lokasi pertemuan di ibukota Taiwan, Taipeh diberlakukan dengan sangat ketat. Pertemuan Cina - Taiwan, yang juga akan diikuti oleh Presiden Ma, dimulai Selasa ini dan akan berlangsung hingga 6 November depan. (ap)