1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Mendadak Obama di Baghdad

7 April 2009

Setelah mengakhiri lawatan delapan harinya di Eropa, Presiden Amerika Serikat Barack Obama hari Selasa (07/04) mendadak kunjungi Irak. Di Baghdad Obama menemui tentara Amerika Serikat dan Perdana Menteri Irak al-Maliki.

https://p.dw.com/p/HSHN
Presiden Barack Obama disambut Jenderal AS Ray Odierno ketika tiba di Baghdad, 7/4/09Foto: AP

Kunjungan mendadak Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Baghdad bersifat demonstratif. Melaluinya Obama menepati janji yang diucapkan pada kampanye pemilu presiden, yaitu mengakhiri perang di Irak yang ditentang di mana-mana, menarik pasukan AS dan mengakhiri bagian sial sejarah AS yang dimulai oleh pendahulunya, mantan Presiden George W. Bush enam tahun yang lalu. Ini adalah kunjungan pertama Obama di Irak sebagai presiden AS. Sebenarnya lawatan mendadak ini bukan merupakan kejutan. Seusai kunjungannya di Turki yang bertetangga dengan Irak, memang sudah diperkirakan, ia tidak akan melewatkan peluang untuk singgah di Baghdad.

Sebagaimana biasa, Presiden Obama sebelumnya tidak mengumumkan perjalanannya mengingat alasan keamanan. Alasan utama untuk pergi ke Irak adalah untuk bertemu dengan tentara AS. Sekitar 130. 000 serdadu Amerika kini berada di Irak. Obama sebelumnya menyatakan, akan menarik bagian terbesar dari pasukan tempurnya selambatnya Agustus tahun depan:

"Operasi tempur kita di Irak akan berakhir pada 31 Agustus 2010. Prioritas utama selama penarikan pasukan adalah keamanan tentara dan warga sipil di Irak. Kami akan melaksanakannya dengan hati-hati, dalam kerjasama erat dengan pimpinan militer dan pemerintah Irak."

Tiga bulan ke depan, tentara AS direncanakan tidak lagi ditempatkan di kota-kota besar. Tugas ini akan diambil alih oleh tentara Irak yang akan bertanggung jawab atas keamanan negaranya sendiri.

Kebijakan itu diterapkan bersamaan dengan pergantian strategi dalam kebijakan politik luar negeri AS yang memutuskan untuk meningkatkan jumlah pasukannya di Afghanistan. Di Baghdad Obama berjumpa dengan perwira dan pasukan AS serta PM Irak al-Maliki. Sedangkan dengan politisi Irak lainya ia hanya melakukan pembicaraan lewat telepon. Mengenai keadaan di Irak, ia hanya mengutarakan harapan bahwa berbagai kelompok di negara itu dapat menemukan penyelesaian yang adil bagi kehidupan bersama.

Lawatan Presiden AS dibayangi oleh serangkaian serangan setelah fase di mana kekerasan di Irak menurun. Hari Senin, (06/04) 37 orang tewas dalam tujuh serangan yang terjadi berturut-turut. Bulan lalu, sekitar 130 orang tewas dalam serangan yang dilancarkan hanya di Baghdad. Selasa (07/04) sembilan orang tewas dalam ledakan bom mobil juga di Baghdad.

Selain itu ketidakpuasaan merebak di kalangan angkatan bersenjata Irak. Bekas pejuang Al Qaida yang beralih ke kubu pemerintah, kini berang. Mereka dibiayai dan dilatih oleh AS. Untuk imbalannya mereka dijanjikan akan mendapatkan posisi di angkatan bersenjata, kepolisian atau di salah satu kementrian Irak. Tapi dari jumlah keseluruhan hanya sekitar lima hingga sepuluh persen dari pejuang Sunni itu yang dapat mengharapkan posisi tersebut. Padahal 500 dari 90. 000 pejuang tersebut harus mempertaruhkan nyawa dalam menjalankan tugasnya. Sejumlah bekas pejuang bahkan dipenjara atas kaitannya pada masa lalu atau dugaan keterlibatan tertentu dengan Al Qaida. Karena itu banyak bekas pejuang dalam pasukan yang dinamakan "Putra-putra Irak" mengancam untuk kembali bergabung dengan kelompok perlawanan jika pemerintah di Baghdad tidak menepati janjinya. Ini adalah masalah yang dikenal oleh Obama, namun tampaknya tidak dapat diselesaikan dalam kunjungan pendeknya di Baghdad. (cs)