1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Uni Eropa tentang Turki

16 Desember 2004

Konferensi tingkat tinggi Uni Eropa untuk membahas kesepakatan, dimulainya perundingan keanggotaan dengan Turki, menjadi sorotan harian-harian internasional.

https://p.dw.com/p/CPPs
Plakat Turki-Uni Eropa di Ankara
Plakat Turki-Uni Eropa di AnkaraFoto: AP

Terutama ditekankan konsekuensi yang harus ditanggung, jika akhirnya Turki diterima menjadi anggota penuh. Selain itu, ketidak adilan sikap anggota Uni Eropa terhadap Turki, yang sejak lama menjadi mitra NATO dan anggota kesepakatan bea dan cukai bersama Eropa, juga diulas secara tajam.

Harian Perancis La Tribune yang terbit di Paris, menyoroti konferensi tingkat tinggi Uni Eropa yang akan membahas dimulainya perundingan keanggotaan dengan Ankara sbb :

Argumentasi apa yang dapat membenarkan, bahwa Uni Eropa menekan Turki dengan berbagai persyaratan sulit, sementara negara-negara lain yang belum lama ini menjadi anggota baru, samasekali tidak perlu memenuhi persyaratan semacam itu? Perlakuan yang terhadap semua, itulah aturannya, dan aturan itu harus tetap ditaati. Setelah lampu hijau dari 25 negara anggota Uni Eropa, ibaratnya bola kini berada di pihak Turki. Sekarang terpulang kepada Turki, untuk membuktikan, semua persyaratan yang diajukan Eropa dapat dipenuhi. Yakni semua persyaratan yang sama, yang di masa lalu juga diterapkan kepada negara-negara calon anggota baru, yang harus dapat dipenuhi oleh mereka, sebagai syarat pembuka pintu Uni Eropa.

Harian Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid, menyebutkan konferensi tingkat tinggi Uni Eropa kali ini, dibebani tanggung jawab sejarah. Harian ini menulis :

Para kepala negara dan kepala pemerintahan 25 negara Uni Eropa, dibebani tanggung jawab sejarah. Parlemen Uni Eropa dengan suara mayoritas, menyetujui dimulainya perundingan keanggotaan dengan Turki. Hal ini merupakan sukses besar bagi pemerintahan di Ankara. Semua indikasi menegaskan, KTT kali ini akan mengikuti langkah parlemen Eropa. Walaupun begitu, keputusannya tidak selalu diterima dengan tangan terbuka di negara anggota. Misalnya, mayoritas warga Jerman dan Perancis menolak keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Jadi, tidak tertutup kemungkinan, di masa depan tema ini akan diputuskan melalui referendum.

Harian Perancis Le Figaro yang terbit di Paris, secara kritis mengulas pernyataan presiden Perancis, Jacques Chirac menyangkut dukungan bagi dimulainya perundingan penerimaan dengan Turki sbb :

Situasi semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, presiden Chirac memperhatikan pendapat dan emosi rakyatnya. Akan tetapi, dalam tema Turki, Chirac tidak mempedulikan pendapat umum di negaranya. Bahkan ia diisolasi oleh kubu politiknya sendiri. Warga Perancis memiliki perasaan cemas, bahwa pilihan politik luar negeri presidennya, mengandung risiko bagi negara tsb. Sekarang semakin terasa, Chirac lebih banyak mengurusi situasi dunia, dan berhenti mengurus kepentingan Perancis.

Sementara harian Rusia, Kommersant mengulas tema Uni Eropa dam Turki sbb :

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Uni Eropa secara mendasar telah berubah. Sekarang Uni Eropa semakin diakui sebagai kekuatan yang memainkan peranan penting, jauh melebihi batasan Eropa. Penerimaan Turki sebagai anggota, tidak hanya memberikan peluang yang sangat menguntungkan, agar dapat semakin mendekatkan posisinya ke perbatasan strategis penting Timur Tengah. Akan tetapi juga memberikan sinyal kepada tetangganya, bahwa Eropa sebagai pimpinan dunia yang modern, siap menerima semuanya, tidak peduli dari mana akar sejarah maupun kebudayaannya.

Harian Belgia De Standaard yang terbit di Brussel menyebutkan, tidak ada alternativ lain, kecuali keputusan yang positif. Lebih lanjut harian ini menulis :

Di Brussel, para kepala negara dan kepala pemerintahan Uni Eropa, melanjutkan diskusi kontroversial dari tahun lalu. Ketika itu, pertanyaannya bukan apakah tahun depan dapat dimulai perundingan dengan Turki ? Melainkan, seberapa ketat persyaratannya. Tapi sekarang tidak ada alternatif lain, kecuali menarik keputusan yang positif. Dampak dari terlambatnya pembentukan Eropa yang baru, akan merupakan bencana bagi NATO. Sebab, dikabarkan AS akan hadir dalam KTT Uni Eropa. Artinya, dalam masalah Turki, inti permasalahannya tidak lagi murni urusan Eropa. Akibatnya, perundingan akan macet.