1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Uni Eropa Bahas Krisis Ekonomi dan Perlindungan Lingkungan

Sari Katiman12 Desember 2008

Resesi dan perlindungan iklim menjadi tema mendesak yang harus dipecahkan Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/GF2D
Kanselir Jerman Angela Merkel (ki) dianggap sebagai penghambat program konjungtur Uni Eropa.Foto: AP

Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa di Brussel untuk membahas berbagai tema, mulai dari paket perlindungan iklim hingga program konjungtur dikomentari sejumlah harian internasional.

Harian Perancis Dernières Nouvelles d'Alsace yang terbit di Strassburg berkomentar:

Uni Eropa ibaratnya kapal yang masih oleng dihantam cuaca buruk, walaupun sudah berhasil melewati badai krisis ekonomi. Tetapi mengingat badai hebat yang bernama resesi, Eropa harus membuang beban yang berlebihan. Seperti paket perlindungan iklim dan energi yang kelihatannya tidak cocok dengan tema krisis ekonomi. Tetapi karena Uni Eropa tidak mau mengaku kalah, konsep politik lingkungan yang ambisius masih dipertahankan. Landasan dari berbagai kompromi adalah aturan-aturan khusus, sehingga semuanya menjadi tidak jelas. Dan bersamaan dengan itu birokrasi yang lamban ditugasi mengurus dan mengawasi hak-hak emisi. Tetapi menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, kelihatannya adalah salah satu prioritas utama Uni Eropa.


Harian Jerman Rhein-Zeitung yang terbit di Koblenz berkomentar:

Tingkat kepercayaan terhadap Uni Eropa menjadi taruhan, berkaitan dengan permainan tarik ulur menyangkut terget perlindungan iklim dan paket konjungtur. Dalam perang melawan perubahan iklim global, serta dalam reformasi rancang bangun pasar keuangan, Uni Eropa menuntut peranan sebagai pemimpin. Sekarang Uni Eropa harus menunjukkan tindakan nyata. Barang siapa yang sekarang ini memutuskan target, tetapi menenerapkannya secara ogah-ogahan, tidak pantas menjadi teladan. AS, Cina, India dan negara lainnya memperhatikan dengan cermat tindakan di Brussel. Jika Eropa menghindar dari kewajibannya, dapat dipastikan mereka tidak akan bisa memaksakan kewajiban yang ambisius. Tanpa rancangan yang disepakati secara internasional, planet bumi tidak akan dapat diselamatkan dan ekonomi dunia dapat diamankan dari krisis.


Harian Jerman lain Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar:

Tidak ada yang mengetahui apa yang tepat untuk menanggulangi krisis. Sebaliknya perkara yang kiranya salah sudah diketahui. Antara lain penurunan pajak pertambahan nilai yang dilakukan Brown, yang tidak membuat konjungtur lebih stabil, tapi malahan menyulitkan situasi keuangan negara. Kanselir Jerman Merkel bertindak ekonomis, karena melakukan tindakan menunggu. Namun ia diisolasi, seperti juga pendahulunya Schröder dalam politik Iraknya. Kekeliruan yang dilakukan salah satu negeri industri terpenting di dunia, akan mengimbas semua negara. Sikap menunggu saat ini masih tepat. Akan tetapi iklim perekonomian selalu berubah dengan cepat, dan dari politik tangan dingin dapat segera menjadi sebuah kesempatan yang terlepas.


Terakhir harian Perancis lain La Presse de la Manche berkomentar :

Tentu saja peristiwa tak terduga seperti resesi, dapat memunculkan keraguan terhadap keputusan politik. Tetapi keadaan juga mendesak. Kanselir Jerman Angela Merkel sendiri menamakan sasaran perlindungan iklim adalah prioritas dan dia juga berjuang untuk menggolkan sasaran tersebut pada saat Jerman menjadi ketua Dewan Uni Eropa. Dan sekarang Merkel menyepak upaya Uni Eropa, yang dahulu sukses ia perjuangkan. Padahal semua tahu, persatuan itu mutlak diperlukan.