1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Darurat NATO Kecam Keras Rusia

19 Agustus 2008

Ameríka Keras. Tapi Eropa terlalu tergantung pada pasokan energi Rusia.

https://p.dw.com/p/F0qN
Foto: picture-alliance / dpa

Dalam sidang darurat di Brussels, para menteri luar negeri Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bulat mengecam invasi Rusia di Georgia. Sebagaimana diungkap Menteri Luar Negeri Inggris David Millband:

"KTT ini memunculkan dukungan kuat secara politik maupun secara praktis terhadap Georgia. Karena sangatlah penting bahwa kedaulatan dan kemerdekaan negeri itu secara layak dibela."

Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menyatakan, KTT kali ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang akan dilakukan NATO. Frank Walter Steinmeier:

"Kami harus merumuskan peran apa yang akan diambil NATO. Yang jelas, kehadiran NATO di kawasan itu akan sangat terbatas perannya. Kami juga jelas harus membahas lagi bagaimana bentuk hubungan NATO dengan Rusia.“

Sejauh ini NATO mendesak Rusia untuk mematuhi kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Prancis. Namun satu-satunya perkembangan positif hanyalah pertukaran sejumlah kecil tahanan Rusia dan Georgia. Di luar itu, Rusia justru terus menunda penarikan pasukannya dari Georgia. Sebelumnya, presiden Georgia Mikhail Saakhasvili menuduh Rusia bahkan telah menculik sejumlah warga sipil Georgia. Dikatakan Shaakasvili:

"Yang juga mencemaskan saya adalah, adanya ratusan rakyat sipil kami yang disandera oleh tentara Rusia dan disekap. Sementara itu permintaan berbagai organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah Internasional, untuk berhubungan dengan mereka, ditolak. Mereka itu tak bisa disebut tawanan perang. Melainkan sandera."

KTT Darurat NATO ini diwarnai perbedaan pendapat, mengenai sejauh apa mereka bisa bersikap. Amerika Serikat, yang meminta diselenggarakannya KTT Darurat hari ini, menginginkan agar NATO membekukan pertemuan rutin tingkat menteri dengan Rusia. Sikap keras Amerikas Serikat didukung oleh para anggota baru NATO yang berasal dari negeri bekas blok Uni Sovyet, seperti Polandia dan Republik Ceko. Namun berbagai negara Eropa lain menahan diri. Maklum, Rusia merupakan pemasok 40 persen kebutuhan energi Eropa.

Menlu Inggris David Milband menyatakan, ia merasa solusi atas krisis di Georgia tidak bisa diperoleh melalui tindakan mengucilkan Rusia. Sementara itu Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier mengungkapkan:

"Yang paling penting sekarang ini adalah mendorong agar gencatan sencata yang masih sangat rapuh ini bisa diarahkan menjadi gencatan senjata yang langgeng. Untuk itu diperlukan stabilisasi kawasan. Dan kami mendesak Rusia agar secepatnya menarik pasukannya, setidaknya dari wilayah-wilayah utama Georgia.“

Yang dimaksud wilayah utama Georgia oleh Frank-Walter Steinmeier tampaknya adalah Georgia di luar wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia. Dua wilayah yang ingin memerdekakan diri dengan dukungan Rusia.

Krisis ini memang bermula dari upaya Georgia merebut kembali Ossetia Selatan dari kalangan pemberontak dukungan Rusia. Rusia lalu mengirim pasukan ke Ossetia Selatan, kemudian meluas ke Abhkazia, bahkan kemudian pasukan Russia menginvasi berbagai wilayah Georgia lainnya. (gg)