1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Cina-Uni Eropa Dibuka di Beijing

28 November 2007

Kekhawatiran akan lesunya hubungan Cina dan Uni Eropa mulai pudar seiring dengan dibukanya pertemuan puncak di Beijing. Keduanya terbukti berusaha serius menghapuskan hambatan perdagangan.

https://p.dw.com/p/CUBr
Bendera Uni Eropa dan Cina berkibar di hari pembukaan KTT di Beijing.Foto: picture-alliance / dpa

Suasana lesu yang menyelimuti sebelum pertemuan puncak tidak menghentikan para petinggi Cina untuk melontarkan pujian terhadap Uni Eropa.

Padahal di hari pertama pertemuan puncak Uni Eropa dan Cina di Beijing itu, kedua pihak harus menghadapi berbagai perbedaan mendasar dalam menetapkan kebijakan di pemerintahan masing-masing.

Uni Eropa misalnya kerap mengeluhkan kebijakan moneter pemerintah Cina dan lemahnya perlindungan terhadap produk asing. Di sisi lain, Beijing terus menggerutu lantaran Uni Eropa enggan mencabut embargo senjata terhadap negaranya.

Meskipun demikian, hubungan Cina dan Uni Eropa tidak seburuk seperti yang sering diberitakan, begitu menurut Peter Mandelson, komisaris perdagangan Uni Eropa." Kemitraan perdagangan antara Uni Eropa dan Cina adalah sesuatu yang natural.” Ujar Mandelosn.

Hubungan Uni Eropa dan Cina saat ini memang selalu dibayang-bayangi neraca perdagangan yang belakangan fluktuatif. Bagi Beijing, Uni Eropa adalah salah satu pasar paling penting buat produk-produk Cina. Tahun lalu saja, Cina berhasil mengekspor produk ke Eropa dengan nilai 200 Milliar Euro atau setara dengan 250 triliyun rupiah.

Sedangkan buat Uni Eropa, banjir barang buatan Cina menimbulkan masalah sendiri. Barang-barang yang diekspor dari Cina rata-rata berkualitas rendah, beberapa bahkan dikategorikan mengandung zat berbahaya.

Soal ini Brussel sempat dibuat kelimpungan. Pasalnya delapan puluh persen mainan yang ada di Eropa dibuat di Cina, dan belakangan banyak produk mainan buatan Cina yang ditarik dari pasaran lantaran diketahui mengandung racun.

“Kita harus mengatakan dengan tegas kepada Cina, bahwa pasar di Eropa sangat dilindungi dari produk yang berbahaya. Dan mereka juga harus mengerti, bahwa kita cuma ingin mempertahankan nilai-nilai kita.” Begitu tandas Maglena Kuneva, komisaris perlindungan konsumen di Komisi Eropa.

Keluhan-keluhan Uni Eropa itu memang ahirnya ditanggapi dengan bijak oleh Beijing. Tahun lalu saja pemerinah Cina sudah mencabut izin ekspor beberapa perusahaan yang ketahuan menggunakan material berbahaya dalam produknya. Tapi meskipun demikian, hubungan perdagangan Uni Eropa dan China tidak serta merta menjadi harmonis.

Berulang kali Brussel mengeluhkan defisit perdagangan Uni Eropa terhadap Cina. Memang volume ekspor Uni Eropa ke Cina jauh lebih kecil dari volume impor ke Eropa. Hal tersebut dikarenakan kebijakan moneter Beijing yang mematok rendah nilai tukar Yuan. Eropa juga sempat naik pitam ketika mengetahui produk-produk unggulannya selalu dibongkar untuk ditiru begitu sampai ke Cina, dari radio sampai mobil bertekhnologi tinggi.

Tak heran, kalau uni Eropa bersikeras memasukkan tema produk bajakan ke dalam agenda utama pembahasan dalam pertemuan puncak di Beijing hari ini. Meskipun demikian, Brussel dioperkirakan tidak akan pernah mengambil langkah drastis menyangkut berbagai hambatan tersebut, karena apapun yang terjadi, denyut ekonomi Eropa sangat bergantung terhadap pasar di Cina.