1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

221208 Griechenland Flüchtlingspolitik

23 Desember 2008

Human Rights Watch mengkritik Yunani karena mengabaikan anak-anak pengungsi. Kritik tajam juga dilontarkan kepada Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/GM1W
Seorang bocah perempuan, imigran Kurdi dari Irak, di Yunani.Foto: AP

Mereka mengungsi, tiba di negeri asing, tanpa orang tua. Mereka mendapat sebutan resmi 'pengungsi di bawah umur tanpa pendamping'. Mereka datang dari Asia, Afrika, dan banyak diantaranya yang dalam perjalanan ke Eropa, terhenti di Yunani.

Tapi apa yang harus mereka alami di sana menimbulkan amarah, kata Human Rights Watch.

Dilempar ke laut dan dipukuli

Organisasi hak asasi tersebut mengumpulkan kisah-kisah mengejutkan dari pengungsi anak-anak. Misalnya yang dituturkan seorang remaja pria 16 tahun asal Afghanistan, yang jatuh ke tangan penjaga pantai Yunani.

Human Rights Watch mengutip pernyataannya. Ia mengatakan, ''Mereka menangkap saya. Mula-mula tas saya dilempar ke laut, berikutnya saya yang dilempar. Lalu saya ditarik keluar, dipukuli, lalu dilempar lagi ke laut. Ditarik lagi keluar, dipukuli lagi. Begitu berulang-ulang."

Polisi tidak lebih baik

Penjaga pantai di Yunani memang dikenal kasar. Tapi di kantor polisi Yunani lainnya pun anak-anak pengungsi itu tidak mendapat perlakuan lebih baik.

Seorang anak perempuan 12 tahun dari Afghanistan melaporkan kepada Human Rights Watch, "Saya tidur tanpa kasur, hanya selembar kain. Tempat itu kotor dan penuh kepinding. Sepanjang malam kami tidak bisa tidur karena gigitan kepinding yang membuat gatal-gatal.“

Pengungsi secara sitematis tidak dilindungi

Ada satu hal yang sama, kata Simone Troller dari Human Rights Watch, "Kami bisa bilang bahwa dinas pemerintah Yunani secara sitematis tidak melindungi anak-anak ini. Itu berarti, mereka berhubungan langsung dengan aparat, kebanyakan ditahan, sebagian besar untuk waktu yang lama, hari, minggu bahkan sampai tiga bulan. Pada hari si anak dibebaskan, ia mendapat selembar kertas bertuliskan huruf Yunani, yang menyatakan ia harus meninggalkan negara itu dalam 30 hari. Berbekal kertas itu si anak keluar dari penjara.“

Sendirian, tanpa tujuan, tanpa tuntunan. Organisasi hak asasi Human Rights Watch mengutip pernyataan remaja 15 tahun dari Nigeria. Ia mengatakan, "Saya tidak tahu harus kemana. Saya tidur di jalan, kedinginan dan ketakutan. Biasanya saya jalan kaki sampai pukul satu atau dua malam, lalu mencari taman dimana saya bisa tidur.“

Beban berat bukan alasan

Dinas pemerintah Yunani mengetahui masalah ini tapi beralasan beban mereka terlalu berat. Tahun lalu saja, lebih dari 100 ribu pengungsi datang ke negeri itu. Human Rights Watch memahami kesulitan tersebut, tapi tidak menerima permintaan maaf untuk itu.

Simone Troller mengatakan, "Kita menghadapi sepotong kecil dari keseluruhan imigran ilegal, hanya satu sampai dua persen. Jika Yunani bilang, sudah melakukan apa yang mampu dilakukan, tapi tidak bisa berbuat lebih, jelas tidak bisa dipercaya. Yunani lupa, semua negara Eropa barat menghadapi persoalan dari pengungsi anak. Yang kurang di sini adalah kemauan politik. Sekarang Yunani menyediakan 200 tempat bagi anak-anak itu, angka yang tidak ada apa-apanya bagi sebuah negara.“

Human Rights Watch juga melontarkan kritik pada Uni Eropa. Bagaimana mungkin UE berpangku tangan, membiarkan anggotanya dengan batas wilayah begitu panjang, berkutat dengan masalah seperti itu, sendirian? (rp)