1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Uni Eropa, Pengosongan Jalur Gaza, Harga Minyak Bumi

21 Juni 2005

Krisis yang melanda Uni Eropa, masih tetap mendapat sorotan media Internasional. Juga rencana pengosongan Jalur Gaza dan harga minyak Bumi menjadi sorotan tajam.

https://p.dw.com/p/CPNs
Krisis berat melanda Uni Eropa
Krisis berat melanda Uni EropaFoto: AP

Uni Eropa dilanda krisis. Setelah gagalnya koferensi puncak di Brüssel, Uni Eropa diliputi tanda tanya besar mengenai masa depannya. Berbagai langkah dan usulan disampaikan untuk menyelamatkannya. Eropa harus memikirkan kembali konsep yang akan dijalankannya. Demikian komentar harian Perancis LE FIGARO. Kami baca:

Negara anggota Uni Eropa mempertanyakan diri sendiri. Apakah Eropa masih dapat memberikan isyarat kepanggung politik dunia, atau akan terjerumus dan hancur sendiri. Eropa yang lemah sangat memprihatinkan, karena juga memberikan dampak terhadap aspek yang lain. Kekuatan demokrai Eropa telah ditunjukkan dengan tumbangnya tembok Berlin tanpa pertumpahan darah, dan membawa Eropa Timur menuju ekonomi pasar. Sekarang Uni Eropa harus memberikan definisi yang baru bagi proyeknya. Integrasi anggota yang „ lama“ dan melanjutkan perluasaan keanggotaan harus kembali dipikirkan.

Harian ekonomi Belgia L’ECHO yang terbit di Brüssel, menurunkan komentar dengan judul „ Uni Eropa tanpa perspektiv“. Kami kutip:

Bila kesepakatan terlambat dicapai, maka awal yang baik bagi program mendatang, akan terancam bahaya. Diperlukan waktu antara 12 sampai 18 bulan, bagi dapat dicapainya aturan yang diperlukan untuk menerapkan anggaran yang pas, terutama untuk membantu kawasan regional. Komisi Uni Eropa mengingatkan, struktur dana dari kerangka keuangan dari tahun 2000 sampai 2006, tidak dapat diberikan, pada tahun pertama. Dengan demikian muncul kecemasan terjadinya kembali penundaan. Akibatnya 10 negara anggota baru yang ditawarkan bantuan sebesar 162 juta Euro, akan menjadi korban pada menit terakhir.

Sementara itu harian Italia LA STAMPA yang terbit di Turino, menyoroti pertemuan antara politisi Uni Eropa dengan Presiden Amerika Serikat George W Bush. Selanjutnya kami baca:

Penolakan terhadap konstitusi Uni Eropa dan pertikaian menyangkut masalah keuangan, menyulut reaksi kritis di Amerika Serikat. Beberapa politisi konservativ melihat kegagalan ganda itu, dengan alasan latar belakang ideologi, dan kecemasan persaingan antara Eropa dengan Amerika Serikat. Sementara media liberal di Amerika Serikat menuding Eropa kehilangan kepekaan terhadap masalah politiknya sendiri. Presiden George W Bush mengetahui perdebatan mengenai masalah ini , dan dalam acara jumpa pers bersama dengan politisi Uni Eropa berusaha untuk menangkal tudingan itu.

Mengenai pertemuan antara politisi Uni Eropa dengan Presiden Amerika Serikat George W Bush juga dikomentari harian Italia lainnya LA REPUBLICA.

Kami baca:

Dari kesulitan dan konflik yang terjadi dalam tubuh Uni Eropa, Amerika Serikat tidak hendak mengambil keuntungan. Dan juga tidak menghendaki kembali me-rem pendekatan antara kedua belah pihak, yang dilakukan sejak bulan Februari lalu, setelah diwarnai ketegangan akibat perang Irak. Paling tidak itu yang dijanjikan Presiden George W Bush dalam pertemuan puncak tahunan dengan Uni Eropa. Tapi yang pasti dibalik langkah diplomasi ini, terdaoat perbedaan pandangan dikalangan pemerintah Amerika Serikat, bagaimana memberikan reaksi terhadap masalah dan krisis yang dihadapi Uni Eropa. Ada yang mengusulkan dilakukannya langkah yang dapat menarik keuntungan politik, disamping keuntungan ekonomi dan perdagangan. Yang lainnya menampilkan sikap hati-hati, dengan tujuan agar dalam perundingan dengan Cina serta dalam menangani sejumlah masalah peka lainnya dipangung politik dunia, Amerika Serikat mendapatkan dukungan dari Uni Eropa. Pada akhirnya pilihan yang kedua nampaknya yang akan diambil Gedung Putih.

Baiklah kita beralih ketema kedua, yakni penarikan Israel dari Jalur Gaza. Direncanakan pertengahan Agustus mendatang, penarikan diri dan pengosongan pemukim Yahudi di Jalur Gaza akan dimulai. Mengenainya berikut komentar harian Austria DER STANDARD. Kami kutip:

Apa yang akan terjadi, bila rencana pengosongannya benar-benar terwujud? Presiden Palestina Mahmud Abbas bagaimanapun, tidak menginginkan dilucutinya persenjataan kelompok militan Hamas, melainkan mengarahkannya menjadi moderat dan kemudian secara bertahap memasuki arena politik. Sampai hal itu terwujud, tidak tertutup kemungkinan pecahnya pemerintahan otonomi Palestina. Dan di Israel sendiri pada tahun 2006 akan diselenggarakan pemilihan umum, yang pasti akan menimbulkan stagnasi dan juga mungkin hanya membawa jargon politik.

Kita sampai pada tema ketiga, yakni melambungnya harga minyak bumi. Mengenainya harian Perancis LES ECHOS yang terbit di Paris menurunkan komentar berjdul „ harga minyak yang tinggi dengan jelas mengerem pertumbuhan konjuktur. Selanjutnya kami baca:

Menguatnya nilai mata uang Euro termasuk penyebab meningkatnya dengan drastis harga minyak bumi. Sejak awal tahun, nilai mata uang Euro naik sebesar 10 persen dibandingan dengan mata uang dollar. Ketidakpastian ekonomi dan politik mengenai perkembangan Eropa telah melemahkam mata uang Euro. Meskipun harga minyak yang sekarang, tidak memberikan dampak guncangan seperti yang terjadi pada tahun 1973 atau 1979, Tapi yang pasti harga minyak bumi yang melambung telah mengerem dengan jelah pertumbuhan ekonomi.

.