1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Kebijakan Suaka di Yunani

28 Oktober 2010

Dalam dua tahun terakhir, sekitar 40.000 orang meminta suaka di Yunani. Namun, muncul laporan bahwa mereka tidak diperlakukan secara manusiawi di sana.

https://p.dw.com/p/PrHc

Harian Belanda NRC Handelsblad berkomentar tentang situasi di penjara-penjara Yunani yang dianggap bisa membahayakan politik suaka Uni Eropa :

"Krisis Yunani lebih dari sekedar masalah geografis. Ini mengancam inti dari politik suaka Eropa yang pelik. Minggu lalu, utusan khusus PBB menggambarkan kondisi penjara di Yunani sebagai 'bencana'. Para pemohon suaka disekap secara tidak manusiawi, seringnya tanpa akses ke bantuan hukum, pakaian, selimut atau bahkan udara segar. Pendeportasian ke Yunani akan mebahayakan nyawa para pencari suaka. Situasi seperti ini seharusnya tidak terjadi di negara anggota Uni Eropa. Ini seperti bagian dari skenario mengerikan Yunani, yang dianggap sebagai negara yang gagal dan masih membutuhkan banyak bantuan."

Masih mengenai krisis kebijakan suaka Yunani juga ditulis oleh harian Der Standard yang terbit di Wina Austria :

"Inggris melakukannya. Belanda juga. Belgia, Norwegia dan Denmark juga melakukannya. Lima anggota Dewan Eropa telah menjalankan tuntutan pengadilan HAM Eropa di Strassburg. Mereka tidak akan mendeportasi seseorang, baik yang memerlukan perlindungan atau tidak, ke Yunani. Pertanyaannya adalah apakah Uni Eropa dan negara anggotanya kini berhasil mencapai tujuan yang sama dalam tema suaka, salah satu masalah yang paling diperdebatkan, karena berkaitan dengan bidang politik masing-masing negara. Mengenai kasus Yunani, harus ditemukan mekanisme yang membuat sistem deportasi bagi para pengungsi menjadi lebih manusiawi."

Harian konservatif Inggris The Times mengomentari tuntutan peningkatan anggaran rumah tangga Uni Eropa tahun 2011 mendatang oleh parlemen Eropa yang belum disahkan :

"Di masa penghematan dan tingkat inflasi yang rendah di negara-negara anggota, parlemen Eropa menuntut 5,9 persen peningkatan anggaran rumah tangga Uni Eropa. Ini tuntutan yang arogan, tidak ekonomis dan tidak pada tempatnya. David Cameron mengatakan, akan berjuang untuk menjaga kestabilan anggaran rumah tangga. Ini juga pertanda kurangnya solidaritas dengan para pembayar pajak Inggris, baik dari segi simbolis dan keuangan. Parlemen menyetujui peningkatan anggaran dan menolak kenaikan 2,9 persen yang diinginkan oleh para pemerintah. Parlemen seharusnya menuntut pengurangan anggaran rumah tangga. Cameron harus menolak rancangan anggaran rumah tangga ini."

Sudah sewajarnya Jerman skeptis akan tuntutan untuk lebih sedikit berhemat dan memperbanyak pengeluaran agar perekonomian Eropa kembali normal. Ini pendapat harian Belgia De Standaard :

"Ibarat undangan bagi pasar keuangan yang masih belum stabil untuk kembali berspekulasi dengan Euro. Pada akhirnya, kembali Jerman yang harus membayar tagihan yang ada. Sudah waktunya untuk merasakan dampak dari sikap sensitif Jerman. Tentu warga Jerman juga bisa berhemat lebih sedikit dan lebih banyak mengkonsumsi. Tetapi tidak akan membantu dengan menyalahkan mereka. Mereka membereskan situasi di negara mereka dengan susah payah, sementara yang lain menganggap diri benar dan terus berkhayal. Baru saat negara-negara pengguna mata uang Euro yang lemah memahami pesan yang sesungguhnya dan mulai berbenah, maka Jerman bisa tenang membiarkan Euro mereka bergulir kembali."

Masih seputar Uni Eropa, kali ini mengenai pendekatan organisasi ini ke Serbia. Harian Spanyol El Pais yang berhaluan liberal kiri menulis :

"Uni Eropa memutuskan untuk dengan hati-hati menghargai usaha Beograd membuka diri mereka. Bagi Serbia ini berarti membuka kemungkinan untuk menjalani proses penerimaan anggota baru Uni Eropa. Sesuatu yang memberikan harapan besar baru bagi negara yang memiliki citra buruk ini. Di bawah diktator ultranasionalis Slobodan Milosevic, Serbia menyebabkan perang Balkan dan kehilangan segalanya. Negara ini membutuhkan katarsis yang belum pernah dicapai sebelumnya. Paling cepat, Beograd bisa berharap diterima Uni Eropa dalam enam tahun lagi. Uni Eropa telah bersikap tepat dengan membuka hubungan dengan Serbia. Ini berarti mereka tenggang rasa dengan kondisi yang tidak stabil di kawasan itu."

Vidi Legowo-Zipperer / dpa

Editor : Hendra Pasuhuk