1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

311008 Zentralasien Finanzkrise

Pallokat, Jan (DW exkl) 31 Oktober 2008

Forum Ekonomi Dunia menggelar pertemuan regional di Turki. Tema pokoknya, bagaimana Eropa dan kawasan Asia Tengah yang kaya sumber daya alam bisa bekerjasama lebih baik. Toh, awan gelap krisis keuangan tetap menaungi.

https://p.dw.com/p/FlDI
Menteri Ekonomi Turki Mehmet Simsek pada Forum Ekonomi Dunia di Istranbul.Foto: AP

Ratusan direktur perusahaán, politisi papan atas, ekonom datang ke Bosporus. Mereka berasal dari Asia Tengah, Timur Tengah, Uni Eropa dan Amerika. Pada pertemuan semacam ini terlihat, betapa krisis keuangan saat ini membuat seluruh dunia ibarat menahan nafas.

Para pemimpin perusahaan multinasional melaporkan, semakin banyak pemasok dan mitra yang hrus didukung secara finansial. Karena, apa manfaatnya produsen minuman ringan dari AS punya merk terkenal di seluruh dunia, jika distributor lokal kehabisan dana?

Ekonom dari seluruh dunia seolah berlomba memberi prognosa suram, akankah perekonomian dunia mandek dua, tiga, empat atau lima tahun, dan pertumbuhan ekonomi merosot dua, tiga atau lima persen? Termasuk Menteri Ekonomi Turki Mehmet Simsek yang dikenal optimis.

Simsek mengatakan, "Saya kira kawasan ini juga akan terpengaruh, karena apa yang terjadi di luar sana sangatlah besar. Kita sekarang menghadapi fase kedua. Setelah ekonomi keuangan kini giliran ekonomi riil, dimana kita akan melihat pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, di Turki dan di seluruh kawasan lainnya.“

Turki adalah contoh bagus, negeri itu juga terkena dampak krisis walaupun tidak membuat kesalahan besar. Ekspor terbesar Turki ditujukan ke Eropa. Jika ekonomi Eropa sakit, Turki terancam menderita.

Berkat modal global, proses pembangunan pesat berhasil dilakukan di Turki, Eropa Timur dan Asia. Apakah semua itu kini menajdi persoalan? Orang-orang yang berperan dalam kemajuan ekonomi, masih bertahan di dunia usaha. Contohnya pria Turki ini ini, manajer produsen minuman ringan yang sukses.

"Dampak krisis perlahan-lahan mulai terasa di Turki. orang-orang mulai berhemat, mengurangi pembelian, dan mereka yang punya simpanan membeli dolar", kata dia.

Lalu apakah perusahaan minuman ringan miliknya terpaksa harus menginjak rem?

"Sebaliknya, semakin sedikit orang yang mau membeli, semakin banyak kami mengeluarkan uang untuk iklan dan untuk menghidupkan bisnis. Tapi dalam produksi sudah diambil beberapa tindakan. Kami mengurangi waktu penyimpanan di gudang, kami juga berupaya menagih hutang.“

Kelemahan industri Turki adalah banyak yang terbelit hutang, juga yang di luar negeri, dimana para kreditor kini tak mudah memberi pinjaman. Banyak perusahaan mampu menghadapi kemandekan ekonomi, tapi hanya segelintir yang akan tahan melewati resesi.

Tapi tidak ada alasan untuk menyerah, seperti dikatakan Direktur Eksekutif Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwab.

"Kita sudah beberapa kali mengalami krisis. Pertama, krisis minyak bumi. Tapi memang, tidak ada krisis yang begitu dalam dan menyeluruh seperti krisis yang tengah kita hadapi saat ini. Tapi kita tidak boleh melihatnya sebagai akhir dari segalanya. Pepatah Cina mengatakan, sebuah krisis adalah juga peluang. Kini, kita punya peluang untuk menciptakan kondisi yang tahan lama bagi pertumbuhan ekonomi. Saya ingin merasakan semangat wirausaha, dan kita mampu menghadapinya.“ (rp)



E N D E