1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kota Oxford Cabut Penghargaan Kepada Aung San Suu Kyi

28 November 2017

Kota Oxford mencoret nama Aung San Suu Kyi dari daftar kehormatan Freedom of the City. Alasannya, Suu Kyi tidak bertindak cepat mencegah krisis Rohingya.

https://p.dw.com/p/2oNdf
Großbritannien Oxford University Museum of Natural History
Foto: Imago/blickwinkel/McPhoto/O. Protzex

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dicoret daru daftar kehormatan Freedom of the City kota Oxford, di mana dia pernah belajar dan membesarkan anak-anaknya."Ketika Aung San Suu Kyi diberi Freedom of the City pada tahun 1997, itu adalah karena dia mencerminkan nilai toleransi dan internasionalisme Oxford," kata dewan kota dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin malam (27/11).

"Hari ini kita telah mengambil langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, membatalkanpenghargaan kehormatan tertinggi kota, karena kelambanannya dalam menghadapi penindasan populasi minoritas Rohingya," demikian disebutkan dalam rilis itu. Keputusan tersebut diambil dengan suara bulat. "Reputasi kami ternoda dengan menghormati orang-orang yang menutup mata terhadap kekerasan."

Universitas Oxford sudah menurunkan potret Suu Kyi dari daftar almamater di dindingnya. Almarhum suami Saung San Suu Kyi, Michael Aris, adalah seorang dosen sejarah Asia di universitas Oxford. Pasangan itu tinggal di kota itu dan membesarkan kedua putra mereka di sana.

Setelah mendapat kecaman internasional, Aung San Suu Kyi akhirnya mengunjungi kawasan Rakhine yang dilanda kekerasan, 2 November 2017
Setelah mendapat kecaman internasional, Aung San Suu Kyi akhirnya mengunjungi kawasan Rakhine yang dilanda kekerasan, 2 November 2017Foto: Reuters

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, lebih dari 620.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus lalu dan sekarang tinggal di di kamp-kamp pengungsi setelah aksi kekerasan militer di Myanmar oleh PBB disebut sebagai "pembersihan etnis".

Di Myanmar, pimpinan Gereja Katolik Paus Fransiskus bertemu dengan beberapa pemimpin agama hari Selasa (28/11). Paus Fransiskus menekankan pentingnya "kesatuan dalam keragaman" tanpa langsung menyebut Muslim Rohingya.

"Persatuan selalu merupakan produk keragaman," kata "Persatuan selalu merupakan produk keragaman," kata Francis kepada para pemimpin agama Buddha, Islam, Hindu, Yahudi dan Kristen di Yangon.

Paus Fransiskus di Naypyidaw, Myanmar
Paus Fransiskus di Naypyidaw, MyanmarFoto: Getty Images/AFP/V. Pinto

Kepada para pemimpin agama Buddha, Islam, Hindu, Yahudi dan Kristen yang berkumpul di Yangon. Menurut pejabat Vatikan,  yang memberikan briefing pada pertemuan 40 menit tersebut.

Sehari sebelumnya, Paus Fransiskus mengadakan pembicaraan pribadi dengan para pemimpin militer Myanmar di Yangon. Militer Myanmar membantah tuduhan pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan pemindahan paksa yang dilontarkan berbagai organisasi kemanusiaan.

Hanya sekitar 700.000 dari 51 juta penduduk Myanmar yang beragama Katolik Roma. Ribuan dari mereka melakukan perjalanan dari jauh untuk melihat pemimpinnya. Lebih dari 150.000 orang telah mendaftarkan diri untuk sebuah misa yang akan dipimpin Paus Fransiskus di Yangon hari Rabu (29/11). Pemimpin gereja Katolik Roma itu juga akan melakukan perjalanan ke Bangladesh.

hp/ (afp, rtr)