1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korut Ingin Tembakkan Rudal ke Guam Pertengahan Agustus Ini

10 Agustus 2017

Korea Utara berencana menembakkan empat roket ke dekat wilayah Guam, basis kekuatan Amerika Serikat di Samudera Pasifik, pada pertengahan Agustus nanti.

https://p.dw.com/p/2hxzY
Südkorea TV zeigt die Distanz von Nordkorea zu Guam bei einem möglichen Rakteneinsatz
Foto: Getty Images/AFP/J. Yeon-Je

Jika direstui pemimpin Korea Utara Kim Jung Un, pemerintahan di Pyongyang berencana meluncurkan empat roket  Hwasong-12  yang akan terbang di atas Jepang dan mendarat sekitar 30 sampai 40 kilometer jauhnya dari wilayah Guam di Pasifik barat. Demikian pernyataan Jenderal Kim Rak Gyom, Komandan Pasukan Strategis Tentara Rakyat Korea (KPA), setelah peringatan demi peringatan dilontarkan Presiden AS, Donald Trump.

Dikatakan Jendral Kim, ucapan Presiden Trump bahwa Korut memancing "api dan amarah" adalah "bongkahan omong kosong." Dia menambahkan "Dialog yang tenang tidak mungkin dilakukan dengan orang yang tidak punya akal sehat seperti itu dan hanya kekuatan militer mutlak yang bisa dicernanya." Demikian papar Jenderal Kim Rak Gyom lebih lanju, seperti dilansir kantor berita KCNA.

"Tindakan militer yang akan dilakukan KPA akan efektif untuk menahan gerakan panik AS di selatan Semenanjung Korea dan sekitarnya," ditambahkan Kim. Dia mengatakan rencananya akan selesai pada pertengahan Agustus dan KPA tersebut kemudian akan menunggu perintah "panglima tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea."

Korsel: Pembalasan keras

Komentar Kim adalah eskalasi terbaru dalam perang kata-kata antara Washington dan Pyongyang mengenai program senjata nuklir Korea Utara dan sanksi PBB terhadapnya.

Trump sebelumnya telah mengeluarkan  ancaman lebih lanjut terhadap Korea Utara. Sementara militer Korea Selatan juga mengeluarkan peringatan keras kepada Pyongyang,

Juru bicara Kepala Staf Gabungan Koera Utara Roh Jae Cheon mengatakan bahwa jika Korut jadi menyerang AS atau Korea Selatan, maka Korut akan menghadapi "sekutu yang kuat dan pembalasan keras".

"Ini adalah tantangan serius bagi rakyat kami dan aliansi Korea Selatan-AS," tambahnya. Demikian dilaporkan kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Jepang ikut bersuara

Ancaman Korea Utara terhadap Guam "mutlak tidak bisa diterima," kata Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga. "Kami mendesak Korea Utara untuk menerima peringatan dan teguran tegas yang dikeluarkan berulang kali oleh masyarakat internasional dengan serius," ujar Suga kepada wartawan

Suga juga meminta Pyongyang "untuk mematuhi sanksi yang diberlakukan Dewan Keamanan PBB - minggu lalu - dan melakukan pengekangan diri atas provokasi lebih lanjut. "

Sementara itu menlu AS Rex Tillerson, yang singgah di Guam setelah melakukan  perjalanan ke Asia Tenggara, menekankan bahwa, risiko perang antara kedua saingan nuklir itu "tidak akan dilakukan seketika". Menurutnya, situasinya tidak berbeda jauh dalam beberapa hari terakhir, dan bahwa rakyat Amerika "bisa tidur nyenyak di malam hari."

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS James Mattis meminta Korea Utara untuk "berhenti mempertimbangkan tindakan yang akan menyebabkan berakhirnya rezim dan penghancuran rakyatnya. "

"Sementara Departemen Luar Negeri kita berusaha keras untuk menyelesaikan masalah ini lewat ancaman global, dengan melalui cara diplomatik. Perlu dicatat bahwa gabungan sekutu militer sekarang dilatih dengan kemampuan defensif dan ofensif yang kuat di muka Bumi," katanya.

Sebelumnya Trump mengeluarkan pernyataaan di Twitter: pesan pertama saya sebagai presiden adalah untuk memperbaiki  dan memodernisasi persenjataan nuklir. Sekarang kondisinya jauh lebih kuat dari sebelumnya."

Pernyataan tersebut diperdebatkan oleh banyak pakar militer AS, yang mengatakan bahwa modernisasi semacam itu tidak akan mungkin terjadi dalam waktu singkat, karena AS telah secara signifikan mengurangi persenjataan nuklirnya sejak berakhirnya Perang Dingin.

Meski mendapat sanksi internasional, Korea Utara melakukan uji coba rudal antarbenua yang kedua pada tanggal 28 Juli lalu dan mengklaim bahwa sekarang mereka memiliki kemampuan menggapai semua daratan AS.

ap/ml (dpa/rtr/ap)