1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Akan Kirim ’12 Juta’ Pamflet Propaganda

22 Juni 2020

Pyongyang akui telah menyiapkan berbagai metode, termasuk penggunaan 3.000 balon untuk mengirim pamflet hingga ke daerah terdalam Korea Selatan. Respons Seoul tergantung pada peralatan pengiriman yang digunakan Korut.

https://p.dw.com/p/3e9Lh
Balon udara yang berisi pesan atau uang untuk Korea Utara
Balon udara yang berisi pesan atau uang diterbangkan aktivis ke Korea UtaraFoto: picture-alliance /abaca/M. Han

Berdasarkan informasi dari media pemerintah setempat (22/06), Pyongyang bersiap untuk mengirimkan sekitar 12 juta pamflet propaganda ke Korea Selatan dengan menggunakan 3.000 balon.

Ketegangan di Semenanjung Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Krisis ini memuncak setelah Korea Utara meledakkan Kantor Penghubung Utara-Selatan di kawasan perbatasan Kaesong pada pekan lalu dan pasca aktivis Korea Selatan mengirimkan lebih dari 500.000 pamflet berisi kritikan kepada Kim Jong Un pada akhir Mei.

Sebagai tindakan balasan, Pyongyang kemudian memutus semua jalur komunikasi lintas batas dan mengancam akan mengambil langkah-langkah untuk membatalkan kesepakatan 2018 guna mengurangi ketegangan di perbatasan melalui pamflet propaganda.

"Rencana kami mendistribusikan pamflet kepada musuh merupakan tindakan atas amarah seluruh masyarakat," kata kantor berita Korea Utara, Central News Agency. "Waktu pembalasan sudah dekat."

Menurut pernyataan itu, Pyongyang telah menyiapkan berbagai metode, termasuk menggunakan balon udara untuk mengirimkan pamflet hingga daerah terdalam Korea Selatan.

Korea Utara meledakkan kantor Penghubung Utara-Selatan di kawasan perbatasan Kaesong.
Korea Utara meledakkan kantor Penghubung Utara-Selatan di kawasan perbatasan Kaesong. Tidak ada korban dalam peledakan itu, karena kantor dalam keadaaan kosongFoto: Reuters/Kcna

Seoul mendesak agar tenang

Korea Selatan meminta saingannya tersebut untuk menunda rencana mengirimkan pamflet propaganda yang akan melintasi perbatasan.

Yoh Sangkey, juru bicara Kementerian Unifikasi Seoul, mengatakan kepada wartawan bahwa Pyongyang harus membatalkan rencananya untuk mengirim pamflet propaganda yang "sama sekali tidak membantu perbaikan hubungan Selatan-Utara."

Menteri Pertahanan Korea Selatan Jeong Kyeong-doo mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Seoul akan mengambil langkah "segera, cepat, dan tepat", dan aparat militer juga akan merespon langkah Pyongyang, tergantung pada peralatan pengiriman yang digunakan untuk meluncurkan pamflet itu.

Opsi pengiriman Pyongyang di selatan perbatasan sangat terbatas. Namun beberapa analis percaya bahwa drone mungkin menjadi salah satu metode yang digunakan jika cuaca tidak menguntungkan untuk menerbangkan balon. Korea Selatan kemungkinan akan merespons keberadaan drone di wilayah udaranya.

Pemerintah Seoul berusaha merespons dengan cepat, bergerak untuk memberlakukan undang-undang yang melarang semua aktivis sipil meluncurkan balon melintasi perbatasan. Namun, upaya itu belum sepenuhnya menghentikan aktivitas. Seorang aktivis Korea Selatan baru-baru ini mengatakan ia akan menjatuhkan sekitar satu juta pamflet di perbatasan pada hari Kamis, bertepatan dengan peringatan ke-70 dimulainya Perang Korea.

Sebelumnya, para pengamat mengatakan, Korea Utara frustasi karena tidak ada kelanjutan pembicaraan antara Donald Trump dan Kim Jong Un, yang pertama kali melakukan pertemuan langsung di Singapura. Ketika itu, foto kedua pemimpin berjabat tangan menjadi peristiwa bersejarah yang mendapat sorotan luas. Donald Trump menyebut Kim Jong Un sebagai "pemimpin" dan "teman”. Tetapi perundingan nuklir sekarang terhenti, setelah AS menolak mencabut sanksi ekonomi.

Kedua negara Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang, setelah perang antar Korea tahun 1953 hanya diakhiri dengan kesepakatan gencatan senjata, tanpa perjanjian damai.

ha/ts (AP, dpa, AFP)