1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korsel: Rudal Nuklir Jarak Jauh Adalah "Garis Merah"

17 Agustus 2017

Korea Utara akan "melintasi garis merah" jika menempatkan hulu ledak nuklir pada sebuah rudal balistik antar benua, kata presiden Korea Selatan Moon Jae In.

https://p.dw.com/p/2iOGY
Südkorea Präsident Moon Jae-in
Foto: Getty Images/Jeon Heon-Kyun-Pool

Kemajuan pesat Korea Utara dalam mengembangkan senjata nuklir dan rudal yang mampu mencapai daratan Amerika telah memicu lonjakan ketegangan dalam beberapa hari terakhir. Pyongyang telah mengancam untuk menembakkan rudal ke Pulau Guam di Pasifik, pangkalan militer terbesar AS di Asia. Presiden Donald Trump memperingatkan, Korea Utara akan menghadapi "api dan kemarahan" jika terus mengancam Amerika Serikat.

Presiden Korea Selatan Kim Jae In memperingatkan Korea Utara tentang konsekuensi pengembangan senjata nuklir.

"Saya menganggap, Korea Utara sedang melintasi garis merah jika meluncurkan rudal balistik antarbenua lagi dan membuat senjata dengan menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal," kata Moon Jae-in dalam konferensi pers hari Kamis (17/8) di Seoul yang menandai 100 hari pelantikannya.

Amerika Serikat dan Korea Selatan secara teknis masih berada dalam kondisi perang dengan Korea Utara setelah konflik Korea 1950-53 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan dengan perjanjian perdamaian.

Südkorea Kim Jong Un im TV in Seoul
Warga Korsel mengikuti reportase televisi tentang rejim KorutFoto: picture-alliance/AP Photo/Lee Jin-man

Washington beberapa kali memperingatkan bahwa pihaknya siap menggunakan kekuatan militer jika diperlukan untuk menghentikan rudal balistik Korea Utara dan program nuklirnya.

"Tidak ada solusi militer "

Wakil Presiden A.S. Mike Pence mengatakan kepada wartawan di Chile hari Rabu (16/8), "semua opsi" tetap ada di meja berkaitan dengan Korea Utara. Dia meminta negara-negara Amerika Latin untuk memutuskan hubungan dengan Pyongyang.

Namun, kepala strategi Gedung Putih Steve Bannon menyatakan bahwa "tidak ada solusi militer" terhadap ancaman nuklir Korea Utara.

"Sampai seseorang merampungkan analisanya dan menunjukkan kepada saya, bahwa 10 juta orang di Seoul tidak meninggal dalam 30 menit pertama akibat senjata konvensional, saya tidak tahu apa yang sedang Anda bicarakan. Tidak ada solusi militer di sini," tegas Bannon kepada The American Prospect.

Bannon mengatakan, dia mendesak pemerintah AS untuk mengambil garis keras dalam perdagangan Cina dengan harapan bahwa Beijing akan membantu menghentikan pimpinan Korut Kim Jong Un.

Südkorea Joseph Dunford
Kepala Staf Gabungan AS, Jendral Joseph Dunford (kiri) dalam percakapan dengan Menteri Pertahanan Korsel, Song Young Moo (kanan)Foto: Getty Images/S. Kyung-Seok

"Bagi saya, perang ekonomi dengan Cina adalah segalanya. Dan kita harus fokus pada hal itu," tulis American Prospect Amerika mengutip Bannon.

Cina desak dialog

Fan Changlong, wakil ketua Komisi Militer Pusat Cina, mengatakan kepada Joseph Dunford, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, bahwa Ciina percaya satu-satunya cara efektif untuk menyelesaikan masalah Korea Utara adalah melalui dialog.

"Cina percaya bahwa dialog dan konsultasi adalah satu-satunya jalan efektif untuk menyelesaikan masalah semenanjung, dan bahwa cara militer tidak dapat menjadi pilihan," kata Kementerian Pertahanan Cina mengutip Fan.

Dunford menegaskan, latihan militer AS dan Korea Selatan tidak akan jadi topik pembicaraan dan negosiasi. Korea Utara melihat latihan bersama itu sebagai persiapan perang agresi terhadapnya. Manuver berikutnya dijadwalkan dimulai pada 21 Agustus, yang melibatkan puluhan ribu tentara AS dan Korea Selatan.

hp/rn (rtr, afp, dpa)