1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konsep Baru Kemitraan Jerman

8 Februari 2012

Apa artinya bagi Jerman bila peta kekuatan di dunia bergeser? Jika pengaruh negara seperti India, Brasil atau Afrika Selatan menguat secara politik dan ekonomi.

https://p.dw.com/p/13ztu
German Foreign Minister Guido Westerwelle delivers a statement during the Conference on Security Policy, on Friday, Feb. 3, 2012 in Munich. Uncertainty over the future of the Middle East and the implications of the financial crisis in Europe loom large as top security and defense officials gather in Munich this weekend. The Munich Security Conference, now in its 48th year, begins Friday with officials from more than 70 countries expected to include U.S. Secretary of State Hillary Rodham Clinton and Defense Secretary Leon Panetta, Russian Foreign Minister Sergey Lavrov, German Defense Minister Thomas de Maiziere, French Foreign Minister Alain Juppe, EU foreign policy chief Catherine Ashton. (Foto:Matthias Schrader/AP/dapd)
Menlu Jerman, Guido WesterwelleFoto: dapd

Jerman memperkenalkan konsep baru untuk bekal menghadapi kekuatan dunia yang berubah. Saat memperkenalkan konsep baru kebijakan Jerman hari Rabu (8/2), Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle menyebut perubahan di dunia saat ini "melaju" dan "sangat cepat". Sejumlah negara hanya dalam rentang waktu satu dasawarsa menggandakan pertumbuhan ekonominya, kebangkitan Cina sebagai ekonomi kedua terkuat di dunia, pelaku utama baru di panggung internasional. Itulah kenyataan yang saat ini yang harus dihadapi oleh kebijakan politik luar negeri Jerman.

Menlu Guido Westerwelle: "Pada pertemuan G20, negara-negara berkembang duduk di meja perundingan dengan posisi yang sama. Mereka datang berbekal sesuatu dan punya sesuatu yang dapat dikemukakan. Sekarang Brasil telah melampaui Inggris. Negara-negara ambang industri memiliki lebih banyak cadangan devisa ketimbang negara-negara industri. Dan merekalah yang saat ini menampilkan sebagian besar pertumbuhan ekonomi. Konsep yang kami paparkan ini mengenai perubahan bagi kebijakan luar negeri dan apa artinya bagi negeri kita (Jerman-red)."

Chinese Premier Wen Jiabao, right, shakes hand with Germany's Vice Chancellor and Foreign Minister Guido Westerwelle before a meeting at the Zhongnanhai compound in Beijing, China, Friday, Jan. 15, 2010. (AP Photo/Ng Han Guan, Pool3
Westerwelle dan Perdana Menteri Cina, Wen JiabaoFoto: AP

Konsep penampilan diri sebagai calon mitra

18 bulan diperlukan untuk merampungkan konsep 60 halaman tersebut yang memuat posisi masing-masing kementerian Jerman. Banyak dari pemikiran itu sudah direalisasikan, demikian kata Westerwelle. Para diplomat dari seluruh dunia kini mencermati bagaimana Jerman ingin menampilkan diri sebagai calon mitra.

Westerwelle: "Kami melihat negara dengan kebangkitan ekonomi tidak hanya sebagai negara ambang industri. Karena itu mereka juga merupakan kekuatan baru yang ikut membentuk. Banyak di antara mereka menjadi pusat kekuatan baru secara politik dan budaya. Mereka mengambil alih tanggung jawab, dan dengan semestinya mereka menuntut peningkatan hak untuk dapat ikut menentukan dalam panggung politik internasional. Siapa yang hendak ikut membentuk globalisasi, memerlukan mitra yang kuat."

Semua pihak dapat mengambil keuntungan dari kemitraan itu, tambah Westerwelle sembari menawarkan kerja sama di semua bidang, dari pendidikan, kebijakan lingkungan hingga keamanan. Jerman relatif besar di Eropa, namun di dunia relatif kecil. Persyaratannya adalah titik tolak bahwa "dunia barat tidak lagi sendiri mengayunkan tongkat konduktor di dunia", bahkan mungkin juga harus menyerahkan kekuasaannya.

Treffen G4 Minister in New York Antonio Patriota, Brasilien, Guido Westerwelle,Deutschland, S. M. Krishna, Indien, Takeaki Matsumoto, Japan 11.02.2011
Pertemuan G4 di New YorkFoto: DW

Tidak ada kekuatan baru yang menunggu

Bahwasanya teori dan praktik berbeda, terilhat pada kasus di PBB. Sejak bertahun-tahun Amerika Selatan, Afrika dan Asia menuntut peningkatan hak suara di Dewan Keamanan PBB, namun anggota tetap DK yang sangat berpengaruh tidak menggubrisnya. Semakin banyak jumlah negara maju, semakin banyak potensi konflik, demikian diperkirakan Volker Perthes, Direktur Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik Jerman: "Akan semakin jelas bagi kita bahwa sejumlah sahabat dekat dan aliansi kita tidak begitu senang bila kekuatan-kekuatan baru ikut berdiri di atas panggung politik dunia."

Namun, dalam jangka panjang dunia tidak lagi dapat diatur hanya oleh kelima pemegang hak veto DK PBB atau Kelompok G8, ujar Perthes. Sehubungan dengan besarnya masalah global saat ini, koalisi diperlukan di mana-mana.

Westerwelle menegaskan, aliansi dan kemitraan yang sudah ada sejak dahulu, jelas tidak dipertanyakan. Tetapi ia juga menggambarkan kebutuhan Jerman untuk mempromosikan kekuatan-kekuatannya sendiri secara aktif dan global. "Kita harus mengubah pemikiran kita di Jerman", kata Menlu Westerwelle. "Tak seorang pun dari pusat-pusat kekuatan baru ini menunggu kita."

Nina Werkhäuser/Christa Saloh-Foerster

Editor: Andy Budiman