1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kongres Planet Diversity: Membela Keragaman Hayati

Edith Koesoemawiria14 Mei 2008

Menjelang Konferensi CBD mengenai Konvensi Keragaman Hayati dan Keamanan Biologis yang diselenggarakan PBB pekan depan, dari 12-16 Mei 2008 jaringan masyarakat sipil dan LSM lingkungan mengadakan pertemuan alternatif.

https://p.dw.com/p/E00e
Aktivis lingkungan dan HAM Vandana Shiva, pemenang Hadiah Nobel Alternatif 1993 bersama Jacob von Uexküll di Kongres Planet DiversityFoto: DW / Helle Jeppesen

Lokal, Beragam dan bebas GMO. Itulah tiga tema besar Kongres Planet Diversity. Lokal berkaitan dengan produksi pangan, yakni dari penggunaan bibit-bibit lokal hingga distribusi secara lokal. Beragam, ini merujuk pada keragaman hayati serta berbagai jenis tanaman yang seharusnya dibiarkan tumbuh di lokasi lahan tani. Sedangkan bebas GMO, mengingatkan tentang pentingnya menghindari teknologi yang memodifikasi genetika tumbuhan.

Bennedikt Haerlin, organisator Planet Diversity menjelaskan: “Kami ingin menunjukkan kepada publik bahwa sehubungan dengan pertanian, ada perlawanan besar terhadap segala bentuk penggunaan tumbuhan yang sudah dimodifikasi secara genetika. Selain itu, bahwa kami memantau negosiasi Protokol mengenai Keamanan Hayati, karena merasa khawatir bahwa industri-industri besar akan menyisihkan kedaulatan PBB melalui swastanisasi tanggung jawab.”

Konsep keamanan biologis amat penting dalam konferensi ini. Terutama, karena lima belas tahun terakhir ini sejumlah industri raksasa sudah tidak lagi hanya berkonsentrasi pada pemasaran pupuk kimia, pestisida dan herbisida. Melainkan telah mengembangkan teknologi sedemikian rupa, sehingga timbul ketergantungan pada bibit dan tumbuhan yang sudah melampaui proses silang genetika.

Kini ancaman perubahan iklim, juga membuka peluang bagi kelompok industri ini untuk memonopoli pasar dan mengedepankan produk-produk yang menyisihkan tumbuhan-tumbuhan asli lainnya.

Sejak hari Minggu (11/05), ratusan anggota LSM akar rumput dari seluruh dunia berbagi informasi di Kongres Planet Diversity. Mereka menyerukan hak azasi untuk mendapatkan makanan, menuntut peluang untuk menentukan sendiri tanaman yang akan dikelola dan melawan rekayasa genetika terhadap tumbuhan. Termasuk demi memenuhi kebutuhan bahan bakar nabati.

Acara yang diawali dengan demonstrasi dan festival budaya ini memberi peluang bagi para hadirin untuk membahas masalah pangan yang dihadapi komunitasnya. Mulai dari masalah bibit hingga ke monopoli hak paten.

“Bagi kami juga amat penting bahwa 700 orang dari 100 negara yang hadir di sini mulai membangun jaringan, bukan hanya untuk melawan GMO, tapi guna membangun pertanian yang mengutamakan keragaman hayati agar betul-betul menjadi alternatif bagi industrialisasi pertanian, yang telah menyebabkan punahnya demikian banyak jenis tumbuhan dan binatang,” begitu ungkap Bennedikt Haerlin.

Kongres yang padat acara ini akan diakhiri dengan pencetusan sebuah manifesto yang nantinya akan dipresentasikan kepada para delegasi yang hadir di Konferensi CBD mendatang. Manifesto itu diharapkan mengingatkan para pembuat kebijakan akan tuntutan rakyat dunia. Serta menjadi masukan yang dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan konservasi lingkungan hidup.