1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kongres AIDS Berakhir di Bali

14 Agustus 2009

Belum ada obat ajaib untuk menyembuhkan HIV/AIDS, justru karena itu perlu penanganan lebih baik.

https://p.dw.com/p/J9Az
Simbol Solidaritas Perlawanan Terhadap HIV/AIDSFoto: picture-alliance/dpa

Sejak awal, target utama yang ingin dicapai adalah memberikan perawatan bagi sedikitnya 60% penderita AIDS di Asia-Pasifik. Hal yang menurut Ketua Kongres ICAAP ke-9, Prof. Dr. Zubairi Djorban, sudah dicapai di Amerika Latin.

Sebuah laporan UNAIDS yang diterbitkan dalam rangka Kongress di Bali ini menulis, pada tahun 2008 perempuan tercatat mencapai 35 persen seluruh penderita AIDS di Asia-Pasifik. Meningkat dari hanya 17 persen di tahun 1990. Disebutkan juga, satu setengah juta perempuan Asia mengidap virus HIV/AIDSitu akibat penularan dari pasangan hidupnya. Laporan UNAIDS itu memperkirakan, 50 juta perempuan lainnya terancam mengalami infeksi melalui cara yang sama. Khususnya dari pasangan yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi.

Direktur Regional UNAIDS, Prasada Rao mengkategorikannya sebagai lelaki yang berhubungan seksual dengan sesama lelaki, pengguna obat bius melalui suntikan, dan pelanggan pekerja seks komersial atau pelacur.

Disamping itu, Rao juga menyatakan penyelamatan anak-anak dan remaja dari HIV/AIDS di kawasan Asia-Pasifik harus dilakukan secara lebih baik.“Kita harus menyelamatkan anak-anak yang sudah terinfeksi atau mungkin terinfeksi. Sampai kini penanggulangannya belum optimal di kawasan ini, dan harus dibuat lebih baik dari sebelumnya”

Prof. Dr. Zubairi Djorban mengamini pernyataan Rao dan menegaskan perlindungan terhadap remaja harus dilakukan lebih awal. “Remaja berada dalam fase pancaroba, ingin mencoba-coba termasuk narkotik dan seks. Untuk itu yang penting adalah edukasi dan informasi bagaimana mengubah prilaku remaja”

Di Indonesia, hampir 40% pekerja seks komersial terhitung remaja. Selain itu, 50 persen pengguna obat bius melalui jarum suntik berusia antara 15 hingga 24 tahun. Karenanya Komisi Penanggulangan AIDS Nasional mencanangkan dimasukannya edukasi HIV/AIDS ke dalam kurikulum pendidikan sekolah.

Direktur Regional UNIFEM, Jean Cunha menyatakan bahwa di Asia terdapat “budaya diam” untuk hal-hal yang dianggap sensitif, termasuk isu seksualitas. Hal ini menyebabkan banyak perempuan Asia tidak mampu melindungi diri mereka sendiri. Hubungan yang tak seimbang dalam struktur keluarga Asia, serta tabu yang menyelimuti isu seks menyebabkan tema ini jarang dibahas dalam keluarga.

Bagi banyak perempuan khususnya, ada rasa ketakutan untuk membicarakan seksualitas secara terbuka. Mereka takut harus mengalami kekerasan atau dicap sebagai pelacur, bila menuntut seks yang aman. Sementara laporan UNAIDS merekomendasikan agar pendidikan HIV/AIDS juga ditujukan kepada lelaki. Sedangkan Ketua Divisi Program Migrasi, Trafficking dan HIV/AIDS Solidaritas Perempuan merekomendasikan untuk juga mulai mengembangkan strategi penanggulangan HIV/AIDS pada buruh migran.

Kongress ICAAP yang berakhir Kamis, 13 Agustus di Bali menyorot tema-tema yang meliputi resiko penularan HIV/AIDS, kemajuan dalam perawatan AIDS dan dampak krisis ekonomi global terhadap para penderitanya. Wakil dari 65 negara yang hadir juga membahas soal akses terhadap medikasi. Disebutkan, hanya seperempat dari semua penderita AIDS di kawasan Asia dan Pasifik, memiliki kesempatan untuk mendapatkan obat-obatan yang bisa menghambat perkembangan penyakit itu.

EK/HP/dw/ips/rtr/afp