1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Turki Melawan Pemberontak Kurdi

24 Oktober 2007

Konflik antara Turki dan kelompok pemberontak Kurdi-PKK di utara Irak memicu ketegangan baru di kawasan tsb.

https://p.dw.com/p/CJ8A
Militer Turki dikerahkan ke perbatasan utara Irak
Militer Turki dikerahkan ke perbatasan utara IrakFoto: AP

Provokasi yang dilancarkan PKK, memicu kemarahan besar di Ankara. Dengan mandat dari parlemen, militer Turki mengancam serangan militer melintasi perbatasan ke utara Irak. Negara Barat khususnya AS, beberapa dekade lamanya tidak berbuat apapun untuk mencegah eskalasi konflik. Harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich dalam tajuknya menulis : Sekarang AS harus bertindak dengan segala cara, untuk melenyapkan kehadiran kelompok pemberontak Kurdi-PKK. Sikap Washington yang tidak menghukum PKK, berdampak membiarkan mitra aliansi pertahanan terpentingnya selama beberapa dekade di kawasan itu, yakni Turki berjalan sendirian, sekaligus memicu munculnya perang baru. Pemimpin Kurdi di utara Irak juga harus menyadari, kerjasama dengan Turki melawan PKK merupakan kepentingan mendasar bagi eksistensinya.

Harian Spanyol El Periodico yang terbit di Barcelona berkomentar : Pimpinan negara barat memandang pergerakan militer Turki ke perbatasan di utara Irak dengan campuran perasaan, antara ketakutan dan ketidakberdayaan. Turki adalah mitra keamanan terpenting AS di kawasan dimana Washington nyaris tidak punya teman lagi. Situasinya amat dilematis. Sebetulnya AS harus bertindak, tapi Washington samasekali tidak tegas. Tidak ada mobilisasi diplomasi, untuk menghentikan provokasi pemberontak Kurdi terhadap Turki. Bahkan AS samasekali tidak mengingatkan Ankara, akan munculnya destabilisasi jika menyerang kawasan utara Irak.

Sebaliknya harian AS The Washington Post yang terbit di Washington dalam tajuknya menulis komentar yang memojokkan Turki. Serangan ke utara Irak tidak akan menguntungkan siapapun, kecuali kelompok ekstrimis Kurdi. PM Recep Tayyip Erdogan dan para panglima militernya juga mengetahui, serangan militer semacam itu hanya membuat partai pekerja Kurdi-PKK dapat melanjutkan permainannya. Jika dilancarkan invasi militer, kerugian yang dialami Ankara jauh lebih besar, ketimbang kemungkinan dapat menghentikan aksi PKK di utara Irak.

Dan terakhir harian Jerman Wiesbadener Kurrier yang terbit di Wiesbaden dalam tajuknya berkomentar : Pada akhirnya, AS sebagai penguasa pendudukan Irak harus dapat menjamin, bahwa dari kawasan utara Irak tidak akan dilancarkan lagi serangan terhadap Turki yang mitranya dalam NATO. Apakah Washington mengambil tindakannya dengan cara menekan pimpinan Kurdi, Barzani dan Talabani, atau jika terpaksa melancarkan serangan langsung ke utara Irak, itu tidak penting. Yang jelas, bagi Turki eskalasi terbaru yang sudah menewaskan puluhan warganya di perbatasan ke Irak, sudah tidak dapat ditolerir lagi. Menimbang tekanan rakyat di jalanan dan meningkatnya terror dari kelompok Kurdi, pemerintah Erdogan kemungkinan tidak bisa menahan lebih lama lagi militernya yang siap melakukan serangan.