1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Konflik di Yerusalem Meluap Ke Jalur Gaza

19 April 2022

Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza setelah mendapat tembakan roket Hamas. Eskalasi kekerasan di Yerusalem perlahan menjadi prahara politik bagi Perdana Menteri Naftali Bennett.

https://p.dw.com/p/4A5O1
Serangan udara Israel terhadap posisi Hamas di Khan Younis, 2 Januari 2022
Serangan udara Israel terhadap posisi Hamas di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, Januari silamFoto: Ashraf Amra/APA/ZUMA/dpa/picture alliance

Sebuah roket dikabarkan meluncur dari Jalur Gaza ke selatan Israel pada Senin (18/04) malam. Roket meledak di udara usai ditangkal rudal anti serangan udara Israel.

Sebagai aksi balasan, sejumlah jet tempur membombardir "situs pembuatan senjata” milik Hamas di selatan Gaza, pada Selasa (19/04) dini hari, kata militer di markasnya di Tel Aviv. Hingga kini, tidak satu pun kelompok bersenjata Palestina mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Insiden di Gaza melengkapi Ramadan penuh kekerasan bagi warga Palestina, menyusul eskalasi antara demonstran dan kepolisian Israel di Haram al-Sharif. Setahun silam, eskalasi serupa memicu perang selama 11 hari di Gaza.

Senin kemarin, polisi Israel mengumumkan telah menangkap 11 warga Palestina dalam serangkaian aksi penggerebekan di Tepi Barat Yordan. Di Jenin, aparat keamanan Israel mengaku mendapat lemparan batu dan bom molotov.

"Tentara diperintahkan merespons dengan menggunkan peluru tajam terhadap tersangka yang melemparkan bahan peledak,” kata petinggi militer Israel. Akibatnya dua orang warga mengalami luka serius, lapor Kementerian Kesehatan Palestina. 

Dalam beberapa pekan terakhir, sedikitnya 26 warga Palestina tewas dalam aksi aparat keamanan Israel. Sebagian besar tewas dalam bentrokan atau karena menyerang tentara dengan senjata tajam atau bahan peledak. Namun begitu, setidaknya dua warga sipil tak berdosa juga dilaporkan tewas ditembak aparat. 

Pembagian Yerusalem
Haram al-Sharif yang merupakan bagian dari kota tua Yerusalem berada di bawah otoritas Palestina.

Prahara diplomasi di Timur Tengah

Serangan kepolisian Israel terhadap demonstran Palestina yang membarikade diri di dalam Masjid al-Aqsa turut memicu respons dari jiran Arab. Yordania dan Mesir, yang selama ini saling mengkoordinasikan situasi kemaanan dengan Israel, mengecam serangan terhadap al-Aqsa dan memanggil duta besarnya sebagai protes.

Perkembangan di Yerusalem ikut dibahas antara Raja Abdullah II dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. Keduanya menyepakati "pentingnya untuk menghentikan semua langkah ilegal dan provokatif oleh Israel,” di Haram al-Sharif, lapor kantor berita AP.

Yordania berniat mengajak negara Arab lain untuk membahas situasi tersebut.

Sementara itu, Amerika Serikat mengimbau semua pihak untuk "menahan diri, menghindari aksi-aksi dan retorika provokatif, serta merawat status quo yang bernilai historis,” di Haram al-Sharif, tulis Kementerian Luar Negeri, Senin (18/04).

Selasa (19/04), Dewan Keamanan PBB menjadwalkan sidang tertutup untuk membahas masalah Palestina dan Israel. 

Sejak beberapa tahun terakhir, Israel berusaha menggiatkan upaya diplomatik untuk mendapat pengakuan dari negara-negara muslim, antara lain dengan mengesampingkan isu Palestina. Namun eskalasi kekerasan terbaru di Yerusalem kembali menempatkan isu tersebut sebagai pusat perhatian.

Status quo al-Aqsa di Yerusalem 

Palestina sejak lama mengkhawatirkan status Haram al-Sharif sebagai situs suci umat muslim. Di atas bukit suci itu dulu berdiri Kuil Solomon yang menjadi kiblat keimanan bagi umat Yahudi. Dalam kesepakatan dengan Palestina, warga Yahudi diizinkan untuk berkunjung ke Haram al-Sharif, tapi dilarang untuk berdoa.

Status quo itu mulai goyah seiring menguatnya klaim teritorial oleh kaum nasionalis Israel dan ekstremis Yahudi terhadap situs suci tersebut. Sejak beberapa tahun terakhir, mereka rajin mengadakan kunjungan ke Haram al-Sharif, yang memaksakan pengamanan ketat oleh kepolisian. 

Ketegangan memuncak ketika beberapa pekan lalu seruan kelompok ekstremis Yahudi untuk menyembelih hewan di atas bukit suci itu menyebar di kanal-kanal media sosial Palestina. Akibatnya warga muslim diminta untuk melindungi Masjid al-Aqsa. 

Jumat (15/04) lalu, pemuda Palestina dilaporkan mulai menumpuk batu di pintu masuk al-Aqsa, yang selama ini digunakan oleh peziarah Yahudi. Kepolisian lalu merangsek masuk untuk membubarkan demonstran.

Israel dicurigai ingin membagi dua Haram al-Sharif untuk membuka sinagoga bagi warga Yahudi. Cara ini pernah dipraktikkan terhadap Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat Yordan, yang dibangun di atas Gua Makhplea, sebuah situs suci Yahudi.

Namun pemerintah Israel bersikeras tidak menggugat status quo Haram al-Sharif.

rzn/as (ap,rtr)