1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Puncak Uni Eropa

17 Juni 2004

Selama dua hari, Uni Eropa menyelenggarakan Konferensi Puncak di Brüssel.

https://p.dw.com/p/CPRo

Kepala Negara dan Pemerintahan dari ke 25 negara anggota hendak mengusahakan dicapainya kesepakatan mengenai konstitusi Uni Eropa. Bulan Desember tahun lalu, pertikaian mengenai pembagian kekuasaan diantara negara-negara anggota menggagalkan dicapainya kesepakatan. Sampai sekarang masih terdapat beberapa masalah yang dipertikaikan. Tapi sementara itu terlihat adanya isyarat kesediaan dari semua pihak untuk melakukan kompromi. Selain itu juga dibahas calon penggganti Romano Prodi untuk menduduki jabatan Ketua Komisi Uni Eropa. Masa jabatan Romano Prodi akan berakhir bulan Oktober. Sejumlah nama disebut-sebut sebagai kandidat calon Ketua Komisi Uni Eropa yang baru. Pertemuan puncak Uni Eropa di Brüssel, akan ketengahkan sebagai satu-satunya tema dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW. Pertama-tama kami kutip komentar harian Inggris THE TIMES yang terbit di London. Secara khusus dalam komentarnya menyoroti calon pengganti Romano Prodi. Kami kutip:

18 bulan yang lalu, Jose Maria Aznar, mantan Perdana Menteri Spanyol, telah disebut-sebut sebagai calon yang diunggulkan. Tapi setelah ia mendukung invasi militer Amerika Serikat dan Inggris ke Irak, namanya hilang dari peredaran sebagai kandidat Ketua Komisi Uni Eropa. Perancis dan Jerman dengan jelas membuatnya kehilangan peluang. Sekarang Uni Eropa hendaknya mengunggulkan figur kedua terbaik dari Spanyol, yakni Javier Solana yang sekarang memegang jabatan urusan politik luar negeri dan keamanan Uni Eropa. Ia sebelumnya juga pernah memangku jabatan Sekjen NATO.

Harian Belanda ALGEMEEN DAGBLAD yang terbit di Den Haag menyoroti konferensi puncak Uni Eropa pertama, setelah penambahan anggotanya menjadi 25 negara. Selanjutnya kami baca:

Ditahun belakangan Uni Etopa dililit chaos, sehubungan pertikaian mengenai Irak, tidak ditaatinya kesepakatan mengenai defisit anggaran belanja, tidak adanya kebijakan dibidang lapangan kerja dan sikap menggerutu karena belum dicapainya kesepakatan mengenai konstitusi Uni Eropa. Apa yang dilakukan Kepala negara dan pemerintahan negara anggota Uni Eropa selama ini tidaklah memadai. Sekarang dituntut adanya motivasi dan semangat yang tinggi. Pimpinan politik terkemuka mewakili perbedaan pandangan mengenai arah masa depan yang akan ditempuh Eropa. Bila dalam pertemuan puncak di Brüssel, para Kepala Negara dan pemerintahan tetap berbeda pandangan, dan tidak mencapai kata sepakat mengenai konstitusi Uni Eropa dan ketua baru komisi Uni Eropa, maka para pemilih berhak melontarkan suara protes.

Harian Ekonomi Perancis LES ECHOS yang terbit Paris mengkaitkan konferensi puncak Uni Eropa di Brüssel, dengan harapan dapat dicapainya kesepakatan mengenai konstitusi Uni Eropa. Kami baca:

Meskipun goyah, Eropa dapat melangkah kedepan. Dengan demikian dipertanyakan, apa keberhasilan yang akan dapat dicapai dalam pertemuan puncak di Brüssel?. Adalah situasi yang buruk, bila kesepakatan mengenai konstitusi dikukuhkan oleh parlemen Eropa, yang delapan hari lalu hanya didukung oleh kurang dari setengah suara pemilih. Kepala Negara dan Pemerintah negara anggota Uni Eropa harus menyadarinya, bila tidak ingin terperosok kedalam kekalahan kedua dalam waktu sepekan. Mereka harus berusaha keluar dari kemelut untuk menciptakan kebajikan. Dalam kenyataannya, konstitusi Uni Eropa membuka jalan bagi peningkatan bobot keseimbangan dilingkungan Uni Eropa.

Pertemuan puncak Uni Eropa harus memikirkan suara para pemilih. Demikian ditulis harian Denmark BERLINGSKE TIDENDE yang terbit di Kopenhagen. Kami baca:

Tidak ada gunanya mempercepat kerjasama dikalangan Uni Eropa, tanpa keikutsertaan para pemilih. Kurangnya jumlah warga yang memberikan suaranya dalam pemilihan parlemen Eropa merupakan isyarat yang tidak baik terhadap dukungan warga bagi proyek yang akan dijalankan Uni Eropa.

Terakhir kembali kami kutip komentar harian Inggris FINANCIAL TIMES yang terbit di London. Kami baca:

Kepala Negara dan pemerintahan negara anggota Uni Eropa punya peluang terakhir untuk menyepakti konstitusi Uni Eropa. Mereka jangan sampai bertindak keliru. Untuk mencapai kesepakatan terhadap konstitusi Uni Eropa hanya dapat dilakukan bila semua pihak melakukan kompromi. Hal ini amat sulit bagi Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Juga bagi Kepala Negara dan pemerintahan lainnya, tidaklah mudah untuk melakukannya. Bila kembali menghadapi kegagalan, Uni Eropa oleh bagian lain didunia, akan dinilai ibarat sebuah impian yang berantakan.