1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Puncak Uni Eropa

17 Juni 2006

Konstitusi Eropa masih menjadi tema perdebatan Pertemuan Puncak di ibukota Belgia.

https://p.dw.com/p/CPK1
Foto Bersama Pimpinan Uni Eropa
Foto Bersama Pimpinan Uni EropaFoto: AP

Ketegangan sudah terasa sejak awal konferensi puncak Uni Eropa di Brussel. 25 Kepala Negara dan pemerintahan Eropa, hari Kamis (15/6) malam bertemu di ibu kota Belgia untuk membicarakan penyelesaian krisis Undang-Undang Eropa. Prancis dan Belanda, yang warganya satu tahun lalu menolak perjanjian itu, ditambah Inggris, menghambat setiap keputusan. Hal yang membuat kesal sejumlah negara Eropa lainnya dan meminta pemerintah di Paris dan Den Haag mengajukan konsep yang jelas untuk mengatasi krisis itu.

Mengenai konferensi puncak di Brussel, Harian Inggris Financial Times menulis:

Satu tahun setelah guncangan politik akibat ditolaknya konstitusi Eropa di Prancis dan Belanda, masih belum tampak kesediaan Uni Eropa muncul kembali dari kejatuhan politiknya. Meskipun pertimbangan dan perpanjangan agenda yang menjadi bagian penyelamatan konsitusi, agar ke-25 anggotanya dapat terus bekerja, diskusi tentang masa depan institusi tersebut sudah dimulai. Selain itu kelihatannya tanda tanya tentang masa depan perluasan Uni Eropa semakin besar. Tapi konferensi puncak bukanlah gambaran seutuhnya. Banyak yang dapat ditawarkan Uni Eropa bagi rakyatnya. Hanya saja figur pimpinannya kurang kompeten menjual tawaran ini.”

Sementara harian Perancis Nice-Martin melihat hampir tak ada harapan bagi Konstitusi Uni Eropa. Harian yang terbit di Nizza ini berkomentar:

Perjanjian Undang-Undang yang seharusnya menyiapkan masa depan Uni Eropa yang gemilang telah menjadi salibnya. Kedua negara yang telah menolak ratifikasinya menganggapnya rapuh. Tapi terutama tak sedetik pun Inggris berpikir untuk mengorganisasi sebuah referendum, yang sudah pasti akan dijawab ‘Tidak’. London sangat gembira bahwa mereka dapat terelak dari hal itu.”

Krisis konstitusi Eropa tampaknya jauh lebih mendasar ketimbang yang diduga selama ini, dikomentari Harian Rusia Kommersant sebagai berikut:

"Masalah penyelesaian krisis Eropa adalah kelanjutan dari pertanyaan abadi: Apa yang lebih dulu ada ayam atau telur? Biasanya rakyatlah yang membentuk suatu negara, dan membentuk undang-undang. Jika yang mula-mula dibentuk Undang-Undang Eropa, akan datang tugas baginya, menciptakan kebersamaan bersejarah baru: Masyarakat Eropa. Karena rakyat di Uni Eropa baru saja mulai mengenal satu sama lain.“

Apa pendapat harian Belgia sendiri tentang krisis konstitusi? Harian De Standaard masih belum memperoleh jawaban yang meyakinkan dalam konferensi puncak Uni Eropa tentang hal itu.

Pertanyaan utama yang harus dijawab ke-25 peserta konferensi adalah apa yang akan mereka perbuat dengan Undang-Undang yang sudah diterima di 15 negara anggota dan ditolak di dua negara.”