1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Komisi UE; Kasus kematian di Thailand Selatan

28 Oktober 2004

Ketua Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso kemarin memutuskan untuk menarik semua calon anggota komisi yang diusulkannya. Barroso kini akan membentuk tim yang baru secepat mungkin. Keputusan Barroso itu dikomentari banyak harian Eropa, kemudian di bagian kedua kami kemukakan juga komentar mengenai kasus kematian para demonstran di Thailand selatan.

https://p.dw.com/p/CPQP

Ketua Komisi UE Barroso, yang sebelumnya berkeras akan mempertahankan seluruh anggota timnya, kemarin di hadapan parlemen mengatakan, ia akan mengubah susunan anggota komisi dan meminta penundaan pemungutan suara, yang dipastikan akan membawa kekalahan bagi dirinya.

Harian Jerman Stuttgarter Nachrichten mengomentari perdebatan tentang susunan anggota komisi UE mendatang:

Barroso harus membuktikan bahwa ia telah belajar dari kesalahan-kesalahan awalnya dan bahwa ia mampu memimpin Eropa. Sebaliknya para kepala negara dan pemerintah UE harus menunjukkan kemauan baiknya agar jangan menggelar adu kekuatan nasional di forum UE. Parlemen harus mengisyaratkan tidak akan menolak usulan dan kompromi politik yang bijaksana.

Sementara harian Swis Basler Zeitung dalam komentarnya menulis, macan kertas menunjukkan gigi.

Parlemen Eropa sering dilecehkan sebagai warung kopi dan macan kertas. Meski di tahun-tahun belakangan lebih berperan dalam memutuskan UU UE. Dan perannya akan lebih ditingkatkan dengan disahkannya konstitusi baru. Namun Parlemen masih berjuang untuk lebih banyak pengaruh dalam kerjasama dengan Komisi UE dan Dewan Menteri UE. Namun untuk mengatasi masalah-masalah urgen di Eropa, seperti kelesuan ekonomi, pengangguran atau soal imigran, hanya menunjukkan kekuatannya dalam soal pencalonan para anggota komisi UE, tidaklah cukup. Jadi, jalan masih panjang dari warung kopi menjadi lembaga yang sama hak dan sederajat dengan Komisi dan Dewan Eropa.

Sementara harian Belanda Trouw dengan kritis berkomentar:

Parlemen menimbulkan kesan, seakan-akan calon dari Italia Buttiglione ditolak karena faham agamanya tentang homoseksualitas. Itu berarti, seorang tokoh Katolik yang konservatif tidak cocok untuk jabatan sebagai komisaris UE. Memang Parlemen menandaskan, penolakannya disebabkan karena Buttiglione telah membuktikan tidak dapat memisahkan pandangan pribadinya dari jabatan resminya. Mungkin itu benar. Namun tetap argumen yang lemah terhadap seseorang yang tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Parlemen telah menunjukkan keberaniannya untuk menolak, namun juga perlu penjelasan tentang tindakannya.

Harian Swiss Tages-Anzeiger berkomentar:

Hendaknya kemenangan Parlemen Eropa jangan dilebih-lebihkan. Sebab Parlemen UE sudah pernah menggulingkan Komisi semasa jabatannya. Itu hanya menaikkan popularitas untuk sejenak. UE hanya dapat menarik hikmahnya, apa bila sebagai kelanjutan kasus Buttiglione juga dengan serius membahas soal kaitan antara agama dan politik, justru mengingat masalah keanggotaan Turki.

****

Kasus kematian puluhan demonstran di Thailand selatan mengundang reaksi keras dari luar negeri, terutama dari negara-negara tetangga, termasuk Indonesia. Kami kutip komentar harian Indonesia KOMPAS tentang kasus itu:

KEMATIAN puluhan demonstran dalam tahanan militer di Thailand selatan telah menimbulkan kehebohan besar. Kasus kematian itu bahkan dianggap sebagai skandal karena lebih memperlihatkan kecerobohan aparat keamanan.

Sejauh diungkapkan petugas keamanan, para korban mati lemas hari Selasa, 26 Oktober, ketika diangkut dengan truk militer ke sebuah tahanan di barak militer setelah pecah demonstrasi sehari sebelumnya yang berwarna kekerasan. Puluhan demonstran itu meninggal karena kehabisan oksigen. Penjelasan itu tidak memuaskan. Apalagi beredar pula spekulasi tentang kemungkinan ada unsur kesengajaan dalam tragedi kemanusiaan itu. Ada pula yang menyebutnya sebagai suatu pembantaian. Selama penyebab kematian ini tidak diungkapkan secara tuntas dan dapat diterima akal sehat, berbagai spekulasi akan muncul, yang dipastikan akan menambah ketegangan. Tragedi yang menewaskan puluhan orang pekan ini dinilai sebagai bukti, hak asasi sedang berada di bawah ancaman penguasa yang terkesan semakin tidak toleran terhadap demonstrasi sebagai ekspresi perbedaan pendapat.