1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Uni Eropa Akan Hadapi Resesi Lebih Suram dari Perkiraan Awal

8 Juli 2020

Krisis corona akan mendorong Eropa ke dalam resesi yang lebih suram dari perkiraan awal, demikian kata Komisi Eropa. Meski begitu, beberapa negara diperkirakan alami pemulihan ekonomi yang lebih baik daripada yang lain.

https://p.dw.com/p/3ewFp
Simbol mata uang Euro
Foto: picture-alliance/dpa/D. Reinhardt

Tahun ini ekonomi zona euro akan jatuh dalam resesi yang lebih suram dari perkiraan semula, dan pemulihan ekonomi pada 2021 akan kurang kuat, demikian menurut prakiraan ekonomi yang dirilis oleh Komisi Eropa, Selasa (07/07).

Perkiraan ekonomi terbaru itu memprediksi bahwa ekonomi 19 negara yang menggunakan Euro akan menyusut sebesar 8,7% pada tahun 2020 sebelum kemudian pulih sebesar 6,1% di tahun depan.

Sementara untuk 27 negara anggota Uni Eropa (UE), penurunan sebesar 8,3% diperkirakan akan terjadi pada tahun 2020, sebelum kemudian tumbuh lagi sebesar 5,8% pada tahun 2021.

Ini berarti bahwa tahun 2021 ekonomi Eropa akan tetap lebih buruk daripada sebelum pecahnya wabah COVID-19.

Pada Mei lalu, Komisi Eropa memperkirakan penurunan keseluruhan sebesar 7,7% pada tahun 2020 dan kembali menguat sebesar 6,3% di tahun depan.

“Dampak ekonomi dari tindakan penguncian lebih parah dari yang kami perkirakan,” kata Wakil Presiden Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis dalam sebuah pernyataan yang dirilis bersama dengan perkiraan ekonomi terbaru tersebut.

Perbedaan drastis antara negara-negara UE

“Prakiraan musim panas itu menunjukkan, pertama bahwa jalan menuju pemulihan masih diliputi ketidakpastian,” kata Komisaris Ekonomi Uni Eropa Paolo Gentiloni pada konferensi pers di Brussels, Belgia.

“Perbedaan antara negara-negara anggota juga diperkirakan menjadi lebih besar”, tambahnya.

Ekonomi Prancis, Italia, dan Spanyol diperkirakan akan berkontraksi lebih dari 10% sebelum melakukan pemulihan parsial tahun depan.

Jerman, ekonomi terbesar Eropa, dipatok akan mengalami kontraksi yang relatif ringan sebesar 6,3% tahun ini dan diikuti penguatan kembali sebesar 5,3% pada tahun 2021.

Belanda dan Polandia juag diperkirakan akan mengalami kontraksi yang tidak terlalu ekstrem, kata laporan itu.

“Respons kebijakan seluruh Eropa telah membantu meredam ‘pukulan’ bagi warga negara kami, namun tetap saja ada peningkatan divergensi, ketidaksetaraan dan ketidakamanan,” kata Gentiloni.

“Inilah sebabnya mengapa sangat penting untuk cepat mencapai kesepakatan mengenai rencana pemulihan yang diusulkan Komisi – untuk menyuntikkan kepercayaan baru dan pembiayaan baru dalam ekonomi kita di masa kritis ini,” tambahnya.

Prakiraan ekonomi terbaru di atas didasarkan pada sejumlah “asumsi kritis”, termasuk tidak adanya gelombang infeksi kedua yang akan memicu tindakan penguncian baru. 

Sementara beberapa risiko utama yang dikutip oleh laporan itu adalah angka pengangguran, kebangkrutan perusahaan, tidak adanya kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa, dan meningkatnya intensitas wabah COVID-19 di AS.

“Di level global, tingkat infeksi yang masih meningkat, terutama di AS dan pasar negara berkembang, telah memperburuk prospek global dan diperkirakan akan menjadi hambatan pada ekonomi Eropa,” kata laporan itu. 

gtp/pkp  (AFP, dpa, Reuters)