1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Komentar: HAM Menuntut Keberanian Bertindak

Daniel Scheschkewitz15 Januari 2009

Human Rights Watch dalam laporan tahunannya tidak ragu-ragu melancarkan kritik, tetapi sekaligus memuji sejumlah negara yang meningkatkan HAM.

https://p.dw.com/p/GZE0
Daniel Scheschkewitz

Laporan mengenai kondisi HAM dari organisasi independen yang sangat berpengaruh, Human Rights Watch, dikeluarkan pada masa yang kritis. Saat di Jalur Gaza sekitar seribu warga sipil tewas akibat aksi militer Israel, pengganti Presiden Bush menyiapkan diri untuk mewujudkan HAM.

Bush yang dalam perang anti teror dengan sadar mengesampingkan HAM, habis masa jabatannya. Barack Obama, sebagai presiden kulit berwarna pertama dalam sejarah AS, akan maju teriring harapan bahwa Amerika akan kembali menjadi mercu suar dalam mempertahankan HAM. Juga di seluruh dunia.

Pengumuman Obama untuk secepat mungkin menutup kamp tahanan di Guantanamo, mendukung harapan tsb. Begitu pula warna kulitnya, yang mencerminkan perjuangan warga kulit hitam menentang rasisme dan perbudakan selama dua ratus tahun. Oleh sebab itu pendataan Human Rights Watch memang berdasarkan fakta, sekaligus disertai harapan. Mengingat di lebih dari 90 negara di dunia masih dilakukan penyiksaan, baik oleh pemerintah, dinas rahasia atau kelompok yang melakukan penekanan dan penindasan atas nama agama.

Contohnya di Kuba, para penentang pemerintah masih mendekam di penjara sebagai tahanan politik. Di Iran, para Mullah tidak ragu-ragu memerintahkan penyiksaan terhadap perempuan dan anak-anak. Sedangkan di Myanmar (Birma), para biksu yang menentang pemerintah bersama dengan ratusan simpatisan mereka, menderita di bawah tekanan kejam pihak penguasa. Sayangnya, karena kasus Guantanamo, AS harus pula diikutkan dalam daftar negara-negara yang aktif melakukan penyiksaan, sejajar dengan Rusia, India atau Cina. Berdasarkan pemahaman yang keliru mengenai kepentingan sendiri, mereka tampil sebagai sekutu dan merintangi upaya penyingkapan hal tsb di PBB. Laporan Human Rights Watch itu menyebut Rusia dalam kasus Usbekistan, Afrika Selatan dalam kasus rejim Mugabe di Zimbabwe, atau Cina terkait kondisi di Darfur dan di Myanmar (Birma).

Tetapi Human Rights Watch juga memiliki sejumlah contoh positif. Misalnya Ghana, Liberia atau Sierra Leone disebutkan sebagai negara-negara yang patut diteladani dalam meningkatkan HAM. Juga UE dipuji dalam soal manajemen konflik antara Georgia dan Rusia, walaupun dalam soal krisis di Kongo dinilai gagal.

Jadi, apa yang harus dilakukan? Dewan HAM di PBB harus diperkuat. Dan yang terbaik adalah bila AS juga menjadi anggota. Tentunya dengan harapan bahwa di bawah Presiden Obama AS akan menuliskan kembali pada panji-panjinya bahwa AS akan memperjuangkan HAM di seluruh dunia. UE juga harus lebih aktif dalam melindungi HAM, walaupun kepentingannya sendiri tidak terpukul secara langsung. Sebab kehidupan ekonomi dan kebudayaan di sebuah negara hanya dapat berkembang bila warganya hidup dalam kondisi yang manusiawi, bebas dan saling menghormati. Dengan demikian HAM merupakan khazanah produktif secara global dan investasi yang menguntungkan demi masa depan yang lebih baik. (dgl)