1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Vaksin Johnson & Johnson Efektif Melawan Varian Delta?

2 Juli 2021

Johnson & Johnson mengatakan bahwa dosis tunggal vaksin COVID-19 buatannya menunjukkan hasil yang efektif terhadap Delta dan varian lainnya.

https://p.dw.com/p/3vv0E
Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin Johnson & Johnson diyakini mampu memberi perlindungan dari varian DeltaFoto: Ying Tang/NurPhoto/picture alliance

Perusahaan farmasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Johnson & Johnson, mengungkapkan bahwa vaksin buatannya 85% efektif menunjukkan respons kekebalan yang bertahan lama dan mampu mencegah penderita COVID-19 dari perawatan di rumah sakit.

"Selama delapan bulan, dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson menghasilkan respons antibodi yang kuat. Kami mengamati peningkatan dari waktu ke waktu," ucap Mathai Mammen, Kepala Penelitian dan Pengembangan J&J.

Perusahaan mengklaim vaksin COVID-19 Johnson & Johnson menimbulkan antibodi terhadap varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India. J&J telah mengirimkan data sebagai pracetak ke situs web bioRxiv sebelum peer review.

Jerman rekomendasikan campuran vaksin

Komite Vaksin Jerman (STIKO) pada Kamis (01/07) merekomendasikan agar setiap orang yang menerima dosis pertama AstraZeneca beralih ke BioNTech-Pfizer atau Moderna untuk dosis kedua. Anjuran itu dinilai sebagai upaya perlindungan yang lebih baik terhadap virus corona, termasuk varian Delta.

Studi menunjukkan bahwa respons kekebalan "jelas lebih unggul" ketika dosis AstraZeneca dikombinasikan dengan vaksin mRNA kedua, dibandingkan dengan suntikan AstraZeneca ganda, kata STIKO.

Oleh karena itu, komisi merekomendasikan campuran "tanpa memandang usia" dan dengan jarak minimal empat minggu antara dua suntikan.

Vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech-Pfizer dan Moderna didasarkan pada teknologi RNA baru yang sama, yang melatih tubuh mereproduksi protein serupa dengan yang ditemukan pada virus corona. Sementara vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson menggunakan versi rekayasa genetika dari adenovirus penyebab flu biasa sebagai "vektor" untuk mengirim instruksi genetik ke dalam sel manusia.

ha/vlz (Reuters, AFP)