1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Kian Erat, Cina dan Rusia Tanda Tangani Kerja Sama Ekonomi

24 Mei 2023

Hubungan Cina dan Rusia semakin erat sejak invasi Moskow ke Ukraina, meski Beijing bersikeras negaranya netral. Ekspor komoditas energi dari Rusia ke Cina tahun ini diproyeksi meningkat 40%.

https://p.dw.com/p/4Rkbn
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di Cina
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin di CinaFoto: Dmitry Astakhov/dpa/picture-alliance

Perdana Menteri Rusia menandatangani serangkaian perjanjian kerja sama dengan Cina pada hari Rabu (24/05) dalam kunjungannya Beijing. Kesepakatan ini menggambarkan hubungan bilateral pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan terjadi di tengah ketidaksetujuan Barat akan hubungan keduanya.

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengunjungi Beijing dan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang dan dijadwalkan akan bertemu Presiden Cina Xi Jinping. Ini adalah kunjungan tingkat tertinggi oleh seorang pejabat Rusia ke Cina sejak invasi negara itu ke Ukraina.

Di tengah perang di Ukraina yang telah menginjak tahun kedua, Rusia semakin merasakan beban sanksi yang dijatuhkan oleh sekutu Barat. Moskow kemudian melirik Beijing untuk mendapatkan dukungan dan membantu memenuhi permintaan Cina akan minyak dan gas.

Hubungan Cina dan Rusia kian erat

Cina dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan kerja sama ekonomi dan diplomatik. Hubungan keduanya semakin erat sejak invasi Moskow ke Ukraina, meskipun Beijing bersikeras negara itu netral.

"Hari ini, hubungan antara Rusia dan Cina berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Mishustin kepada Li dalam pertemuan tersebut.

"Hubungan ini dicirikan oleh saling menghormati kepentingan satu sama lain, keinginan untuk bersama-sama menanggapi tantangan, yang terkait dengan meningkatnya pergolakan di arena internasional dan tekanan sanksi tidak sah dari kolektif Barat," ujar Mishustin.

Li Qiang juga memuji kemitraan kerja sama strategis yang komprehensif antara Cina dan Rusia di era yang ia sebut sebagai "era baru".

"Saya yakin perjalanan Anda ke Cina kali ini pasti akan meninggalkan kesan yang mendalam," kata Li Qiang. Ia menambahkan bahwa perdagangan bilateral telah mencapai US$70 miliar atau lebih dari Rp1 kuadriliun sepanjang tahun ini. 

"Ini adalah peningkatan year-on-year lebih dari 40 persen," katanya. "Skala investasi antara kedua negara juga terus ditingkatkan," tambah Li. "Proyek strategis berskala besar terus berkembang."

Memperdalam hubungan dengan Cina adalah langkah strategis bagi Moskow, menurut sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev. Pada Senin (22/05) ia mengadakan pembicaraan dengan Chen Wenqing, anggota Politbiro Partai Komunis Cina.

Apa isi kerja sama dagang Cina dan Rusia?

Cina adalah mitra dagang terbesar Rusia, dengan perdagangan antarnegara mencapai rekor US$190 miliar atau sekitar Rp2,8 kuadriliun pada tahun lalu, menurut data bea cukai Cina.

Nota kesepahaman yang ditandatangani termasuk kesepakatan untuk memperdalam kerja sama investasi di bidang jasa perdagangan, pakta ekspor produk pertanian ke Cina, dan tentang kerja sama olahraga.

Ekspor komoditas energi dari Rusia ke Cina pada tahun ini diproyeksikan meningkat sebesar 40%. Kedua negara juga tengah mendiskusikan pasokan peralatan teknologi ke Rusia, lapor kantor berita Interfax.

Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi Rusia pada bulan Maret dan mengadakan pembicaraan dengan "sobat" Presiden Vladimir Putin. Beijing menolak upaya Barat untuk membatasi kemitraannya dengan Moskow karena perang di Ukraina dan menegaskan hubungan mereka tidak melanggar norma internasional.

Cina mengatakan negaranya memiliki hak untuk berkolaborasi dengan siapa yang dipilihnya, dan kerja sama mereka tidak ditargetkan pada negara ketiga mana pun.

Beijing telah menahan diri untuk tidak mengecam invasi Rusia secara terbuka. Namun sejak Februari, Presiden Xi Jinping mempromosikan rencana perdamaian, yang ditanggapi dengan skeptis dari Barat dan disambut dengan hati-hati oleh Kyiv.

"Sanksi terhadap Rusia memberikan peluang baru bagi Cina, tidak mengherankan bahwa Cina akan dengan senang hati terlibat secara aktif, jika tidak secara proaktif, dengan Rusia secara ekonomi, selama hubungan apa pun yang mereka jalin tidak memicu sanksi sekunder terhadap Cina," kata Steve Tsang, Direktur China Institute di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London, Inggris.

ae/hp (Reuters, AFP)