1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketika Uni Eropa Menolak Untuk Menjadi Eropa

15 Desember 2006

Uni Eropa meninjau kembali strategi peluasannya. Mulai 2007 Bulgaria dan Rumania akan menjadi anggota baru.

https://p.dw.com/p/CPI6
Parlemen Uni Eropa di Brussel
Parlemen Uni Eropa di Brussel

Beberapa anggota menilai, saat ini penerimaan anggota baru harus dihentikan dulu, sampai pembaruan institusi Uni Eropa dilaksanakan. Jika tidak, persemakmuran ini akan menghadapi kesulitan besar. Tapi negara lain mendesak supaya negara-negara di Eropa Timur secepatnya diintegrasikan di Uni Eropa. Mengenai perdebatan ini, harian Italia Corriere della Sera menulis:

„Uni Eropa cenderung memperlambat peluasannya ke Timur, setelah dua setengah tahun terkahir jumlah anggotanya melonjak dari 15 menjadi 27 negara. Pada pertemuan puncak di Brussel diformulasikan kalimat-kalimat diplomatis untuk menyambut keanggotaan Bulgaria dan Rumania mulai 1 Januari 2007, tanpa meredam harapan calon-calon anggota lain yang masih menunggu, seperti Kroasia, Albania, Makedonia, Serbia, Montenegro dan Turki. Namun pada intinya, prasyarat dan prinsip-prinsip yang lebih ketat akan diberlakukan untuk memperlambat penerimaan anggota baru.“

Para pemimpin Uni Eropa juga sedang mempertimbangkan kembali diskusi mengenai konstitusi Uni Eropa. Harian Austria die Presse menilai, hal ini bisa jadi bumerang, karena banyak pimpinan Eropa yang sudah tidak ingin ada aturan seragam. Harian ini menulis:

„Sebagai prasyarat untuk peluasan, sekarang dipertimbangkan memperbaiki konstitusi yang sudah pernah ditolak oleh warga Uni Eropa. Perbaikan konstitusi akan diserahkan ke tangan pemerintahan nasional, yang sebenarnya sudah tidak punya visi lagi tentang Eropa. Tidak ada pihak yang mau mundur dari posisinya. Ini juga terlihat pada debat soal imigrasi. Satu hal jelas: jika sikap yang hanya puas dengan solusi minimal ini tidak berubah, Eropa tidak mendapat manfaat apa-apa. Warga Uni Eropa dan warga lain yang ingin bergabung nantinya hanya akan mengalami kebersamaan yang suram ini.“

Tema lain yang jadi sorotan pers di Eropa adalah serah terima jabatan sekretaris jendral PBB, dari Kofi Annan kepada diplomat Korea Ban Ki Moon. Mengenai Kofi Annan, harian Belanda Trouw menulis:

„Dengan serangan ke Irak, Amerika Serikat bersama Inggris dan aliansinya, antara lain Belanda, menunjukkan lagi, peran PBB selalu tergantung pada ada yang dikehendaki negara anggotanya. Annan telah menggunakan ruang geraknya dengan maximal. PBB memang tidak akan bisa beraksi dengan cepat. Tapi Annan menanggapi berbagai kritik dengan laporan yang kritis juga, misalnya dalam drama kemanusiaan di Ruanda dan dalam skandal program minyak untuk bahan pangan di Irak. Bagaimanapun, Annan pada dekade lalu berhasil mempertahankan makna PBB dan membuatnya lebih transparan. Pada sebuah organisasi yang harus memperhatikan begitu banyak kepentingan, ini adalah prestasi yang baik.“