1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Kesehatan Joe Biden Membayangi KTT 75-Tahun NATO

12 Juli 2024

Kekhawatiran tentang kesehatan Biden membayangi suasana KTT ulang tahun ke-75 NATO di Washington, meskipun tidak ada seorang pun yang membicarakannya secara terbuka.

https://p.dw.com/p/4iCJo
Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan NATO
Presiden AS Joe BidenFoto: Susan Walsh/AP/picture alliance

Di tengah suasana yang penuh gejolak, Amerika Serikat menjadi tuan rumah KTT ulang tahun ke-75 NATO. Isu serangan Rusia terhadap Ukraina  membuat aliansi militer ini berada dalam kewaspadaan dan kesiagaan tinggi, di sisi lain kondisi kesehatan presiden AS sebagai tuan rumah juga memengaruhi kepercayaan para anggota NATO.

Sejak penampilan debatnya yang buruk melawan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, Presiden Joe Biden terus menerima desakan untuk menarik pencalonan dirinya pada Pemilu AS mendatang, bahkan desakan ini juga datang dari partainya sendiri.

Meskipun Biden telah bersikeras bahwa ia akan tetap maju dalam pemilihan presiden AS pada bulan November ini, para pengamat menyebut ketidakamanan seputar kepemimpinan AS dapat dirasakan di antara para anggota NATO pada KTT di Washington, DC. Terlebih kemungkinan menangnya Trump juga dinilai tidak bisa menjaga stabilitas NATO.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Salah satu kandidat presiden mengungkapkan keraguan besar tentang nilai aliansi ini bagi orang Amerika. Sedangkan lainnya menghadapi pertanyaan di partainya sendiri tentang kelangsungan pencalonannya," kata Richard Fontaine, kepala eksekutif Center for a New American Security (CNAS), wadah pemikir independen AS yang berfokus pada kebijakan keamanan dan pertahanan nasional.

"Sekutu-sekutu membawa ke Washington tidak hanya komitmen terhadap Ukraina, tetapi juga kekhawatiran tentang kondisi politik di negara yang menjadi tumpuan aliansi ini."

Biden keliru sebut nama Harris menjadi Trump

Presiden Amerika Serikat Joe Biden tidak sengaja salah menyebut nama calon wakil presidennya, Kamala Harris, dengan rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump, pada hari Kamis (11/7).

"Dengar, saya tidak akan memilih Wakil Presiden Trump untuk menjadi wakil presiden jika dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden. Jadi mulailah dari sana," kata Biden saat menanggapi pertanyaan dari Reuters mengenai keyakinannya pada Harris.

Hal ini terjadi beberapa jam setelah Biden keliru menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai "Presiden Putin".

"Hadirin sekalian, Presiden Putin," kata Biden pada KTT NATO di Washington, hal ini cukup membuat kaget para hadirin di ruangan itu, sebelum akhirnya Biden mengoreksi dirinya sendiri.

Sejauh ini, 13 dari 213 anggota Partai Demokrat di DPR dan satu dari 51 anggota Senat dari Partai Demokrat telah secara terbuka meminta Biden untuk menarik diri dari pencalonan presiden. Bahkan lebih banyak lagi yang menyuarakan keprihatinan dan kekhawatiran mereka jika nantinya kinerja Biden memburuk.

Biden sering terbatuk-batuk dan terkadang tidak jelas dalam menjawab pertanyaan di awal konferensi pers, namun jawabannya semakin mantap ketika ia menjawab pertanyaan dari para wartawan. Biden mengatasi kegagapannya sejak kecil, sedangkan dalam karir politiknya ia memang sering salah menyebut nama dan salah bicara.

'Diskusi yang tidak menguntungkan'

Secara terbuka, mereka yang menghadiri KTT tersebut tidak mengungkapkan keraguan tentang kemampuan Biden untuk melakukan tugas dan mencalonkan diri lagi pada Pemilu di November mendatang. Seperti pernyataan Kanselir Jerman Olaf Scholz sebelum keberangkatannya ke Washington bahwa ia tidak mengkhawatirkan kesehatan Biden.

"Dari banyak percakapan yang saya lakukan dengan presiden Amerika, saya tahu bahwa ia telah mempersiapkan pertemuan ini dengan sangat baik dan sangat tepat, bersama dengan kami," kata Scholz kepada para wartawan pada hari Selasa.

Presiden AS Joe Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg di pertemuan NATO
(ki.-ka.) Presiden AS Joe Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Sekjen NATO Jens StoltenbergFoto: Evan Vucci/AP Photo/picture alliance

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak akan mengomentari kesehatan presiden AS.

"Salah satu alasan mengapa NATO berhasil adalah karena kami selalu menjauhi isu-isu politik dalam negeri," ujarnya dalam sebuah konferensi pers di Brussels.

Berkurangnya kepercayaan diri sekutu

Para ahli mengatakan bahwa mungkin ada beberapa kekhawatiran di balik layar.

"Secara pribadi, para pemimpin akan bertanya-tanya" tentang kondisi kesehatan Biden, kata Cathryn Clüver Ashbrook, seorang ahli trans-Atlantik dari Yayasan Bertelsmann Jerman, kepada DW. Ia mengatakan bahwa para anggota NATO tidak hanya mengandalkan "harapan dan optimisme" bahwa Biden dapat melakukan pekerjaannya dan mengalahkan Trump lagi, tetapi juga ingin bersiap-siap, siapa pun yang akan menduduki Gedung Putih pada bulan Januari mendatang.

Salah satu tandanya: Anggota beberapa delegasi NATO bertemu dengan mantan pejabat pemerintahan Trump dan anggota Partai Republik yang dekat dengan Trump ketika mereka berada di Washington untuk menghadiri KTT NATO.

Sebuah artikel dari media AS, Politico, juga mengutip beberapa diplomat dan peserta KTT NATO yang menyuarakan keprihatinan mereka akan kesehatan Biden.

Pidato pembukaan KTT NATO Biden 'disampaikan dengan kuat'

Dengan semua yang terjadi, pidato pembukaan Biden pada hari Selasa (9/7)diawasi dengan ketat dan sebagian besar reaksinya positif. Politico menyebutnya sebagai gestur yang "kuat," sementara BBC menyebut pidato tersebut sebagai "pidato yang singkat namun disampaikan dengan kuat."

Clüver Ashbrook juga mengatakan bahwa presiden terlihat sangat baik dalam pembukaan KTT di Auditorium Mellon, tempat ditandatanganinya Perjanjian Atlantik Utara pada tahun 1949. "Biden selalu terbukti kuat di panggung internasional," kata Clüver Ashbrook kepada DW.

"Dia tampak telah mendapatkan kembali semangatnya.Tentu saja, dia membaca dari teleprompter tapi dia masih bisa menekankan poin-poin pentingnya dengan kuat." fr/hp (AP, AFP, dpa, Reuters)