Kerusuhan di Myanmar
Mesjid-mesjid terbakar, rumah hancur, penduduk mengungsi. Sejak satu minggu ketegangan kembali meningkat antara mayoritas Budha dan minoritas Muslim di Myanmar.
Puluhan Orang Tewas
Sejak satu minggu kerusuhan kembali pecah di Myanmar antara mayoritas warga Budha dan minoritas warga Muslim. Sedikitnya 40 orang tewas. Menurut keterangan PBB, 12.000 orang kini harus mengungsi. Selama rejim militer berkuasa, ketegangan antara warga Budha dan Muslim berhasil ditekan.
Penjagaan Tentara
Kerusuhan terbaru ini pecah seminggu yang lalu di kota Meiktila. Tingkat kerusakan sangat tinggi. Sebuah kawasan pemukiman habis terbakar, juga beberapa mesjid. Pemerintah Myanmar memberlakukan situasi darurat di kawasan kerusuhan. Tentara mengambil alih penjagaan keamanan di kota ini.
Kerusuhan Meluas
Kota Bago terletak ratusan kilometer dari Meiktila, sekitar 150 kilometer di utara Yangon. Sejak awal Minggu, aksi kekerasan juga terjadi di kota ini. Menurut saksi mata, massa menyerang kota ini dengan sekitar 50 sepeda motor dan merusak mesjid. Setelah beraksi selama satu jam., para penyerang pergi.
Seruan Berbagai Pihak
Hari Senin (25/03) pemerintah Myanmar melalui televisi menyerukan agar "ekstrimisme sektarian“ segera diakhiri. Di harian "New Light of Myanmar“ dipublikasi penyataan dari para pemimpin agama Budha, Islam, Hindu dan Kristen. Mereka menyerukan pada umat beragama agar ”hidup bersama dengan penuh kasih dan kebaikan”.
Bukan Kerusuhan Pertama
Tahun yang lalu pernah terjadi kerusuhan luas antara kelompok Budha dan warga minoritas Rohingya yang beragama Islam. Aksi kekerasan itu terjadi di negara bagian Rakhine. Sedikitnya 180 orang tewas dan 115.000 orang mengungsi. Para pengamat kuatir, kerusuhan etnis makin sering terjadi seiring dengan demokratisasi.
Potensi Konflik Tinggi
Myanmar adalah negara multietnis. Sekitar 55 juta penduduknya terdiri dari lebih 150 etnis. Hampir 90 persen penduduk Myanmar beragama Budha. Sekitar 4 persen beragama Islam, termasuk diantaranya 750.000 etnis Rohingya. Tapi mereka tidak diakui sebagai etnis minoritas dan sampai sekarang mengalami dikriminasi.