1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerja Wartawan Birma Sulit dan Berbahaya

Ziphora Robina1 Oktober 2008

September 2007. Media internasional menyoroti protes damai yang digelar ribuan biksu di Myanmar. Pemicu demonstrasi massal ini adalah kenaikan harga BBM sampai 500 persen.

https://p.dw.com/p/FS22

Negara Asia Tenggara yang dulu bernama Birma itupun mengalami gelombang unjuk rasa terbesar sejak demonstrasi pro-demokrasi mahasiswa Birma tahun 1988. Dan sama seperti tahun1988, demonstrasi damai para biksu dan rakyat juga dibubarkan dengan kekerasan oleh junta militer Myanmar.

Ratusan pengunjuk rasa tewas, di antaranya juga seorang jurnalis Jepang. Kenji Nagai, fotografer senior yang bekerja bagi kantor berita AFP ditembak saat meliput pembubaran demonstrasi massal oleh militer Myanmar. Hanya selang beberapa jam setelah peristiwa itu, video penembakan Kenji Nagai ditayangkan sejumlah stasiun siaran internasional.

Video tersebut dikirim seorang reporter stasiun siaran Democratic Voice of Burma (DVB) yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. Saat gelombang protes marak di Myanmar, DVB adalah satu-satunya organisasi media yang memiliki reporter di lokasi.

Wakil direktur Voice of Burma Khin Maung Win: "Saat kerusuhan pecah tahun lalu kami punya puluhan wartawan, bila diperlukan angka tersebut sekarang dapat ditingkatkan menjadi 600 orang. Makin banyak orang yang ingin bekerja untuk kami, pekerjaan ini sangat penting dan akan membawa dampak jangka panjang, karena itu banyak yang bersedia menanggung risikonya."

Kerja wartawan di Birma sangat sulit dan berbahaya, kata Khin Maung Win. Sebagian reporter tidak punya akses pada internet, peralatan yang mereka miliki pun terbatas. Selain itu, hidup mereka selalu terancam. Sebagian reporter DVB yang meliput pembubaran demonstrasi para biksu ditangkap dan dianiaya junta militer. Beberapa orang telah dibebaskan, tapi sejumlah wartawan DVB masih mendekam di penjara sampai sekarang. Khin Maung Win menolak untuk menyebutkan jumlah staff DVB untuk melindungi para wartawan yang berada di lapangan.

Awalnya, Democratic Voive of Burma yang adalah organisasi media non-profit hanya menyediakan berita bagi publik Myanmar. Siaran radio dan televisi DVB yang disiarkan dari Norwegia dapat ditangkap melalui satelit.

"Tapi kami kemudian menyadari bahwa dunia perlu tahu apa yang terjadi di Birma. Hanya bila masyarakat dunia mengetahuinya, pemerintah Birma akan mengurangi penindasan. Ini terbukti dalam peristiwa September lalu. Sekarang strategi kami adalah menyiarkan berita mengenai Birma untuk dunia internasional sehingga ada imbasnya bagi kehidupan rakyat Birma."

Demikian diungkap Khin Maung Win. Jurnalis yang turut mengalami pembubaran demonstrasi pro-demokrasi tahun 1988 di Myanmar yakin, tanpa sorotan media, korban tindak kekerasan junta militer September 2007 akan jauh lebih banyak. Menurut Khin Maun Win, kinerja DVB cukup efektif. Buktinya, junta militer Myanmar mengklasifikasikan Democratic Voice of Burma sebagai organisasi berbahaya karena berhasil menyebarkan berita dan analisa mengenai situasi Myanmar pada publik internasional. Misalnya, mengenai amnesty junta militer bagi tahanan politik beberapa waktu lalu. Di antaranya Win Tin, aktivis Birma yang mendekam di penjara selama 19 tahun.

Democratic Voice of Burma menyiarkan video pertama Win Tin setelah pria berusia 76 tahun itu dibebaskan. Sebagian pengamat menilai amnesty bagi para tahanan ini merupakan isyarat niat baik junta militer Mynamar. Khin Maun Win berpendapat beda:

"Di hari yang sama, sebagian tahanan politik itu kembali dibui, tapi masyarakat internasional tidak mengetahui hal ini. Mereka yang dibebaskan memang sudah menjalani seluruh masa tahanannya. Aktivis dan wartawan terkenal Win Tin mengatakan, negara utang lima tahun pada saya, seharusnya ia sudah dibebaskan lima tahun lalu. Ini bukan pertanda niat baik pemerintah, karena tahanan yang dibebaskan memang sudah menjalani seluruh vonisnya."

Sebenarnya, Democratic Voice of Burma bukan satu-satunya penyedia informasi dan berita mengenai Myanmar. Sejumlah situs internet dan stasiun siaran lainnya, seperti BBC, VOA dan Radio Free Asia pun memiliki fokus pada situasi di negara Asia Tenggara itu. Penyebaran melalui satelit memungkinkan siaran televisi DVB diterima jutaan warga Birma. Menurut Khin Maung Win, kontak dengan pendengar dan pemirsa merupakan elemen penting kinerja stasiun yang disponsori donor dari sembilan negara itu. DVB tak hanya merupakan sumber informasi bagi rakyat tapi juga menyediakan barometer keinginan warga Birma bagi dunia internasional.

Khin Maung Win yang sudah puluhan tahun hidup di pengasingan bercita-cita untuk suatu hari kembali ke negaranya dan membangun stasiun siaran yang profesional di Birma. Tapi, selama junta militer masih berkuasa di Myanmar, Khin Maun Win dan staf DVB lainnya akan tetap menyiarkan berita dan informasi terkini mengenai Birma dari Norwegia.