1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialKorea Selatan

Kenapa Warga Korea Selatan Menolak Memberikan Uang Tip?

2 Oktober 2023

Memberi tip di Korea Selatan bukan hal yang lazim. Banyak warga berpendapat bahwa memberikan tip itu tidak adil dan merendahkan penerimanya.

https://p.dw.com/p/4X1vw
Uang kertas Korea Selatan
Banyak warga Korea Selatan yang merasa tidak nyaman dengan memberikan uang tipFoto: Janusz Pieńkowski/PantherMedia/IMAGO

Sebuah stoples di toko bagel yang populer di Seoul, Korea Selatan, memicu perdebatan nasional mengenai konsep pemberian tip, di mana sebagian besar orang menentang normalisasi gratifikasi.

Para kritikus mengatakan pemberian tip dapat menyebabkan "kebingungan dalam masyarakat Korea" dan sebenarnya hal ini tidak harus terjadi karena negara tersebut memiliki upah pokok yang cukup tinggi. Beberapa orang berpendapat bahwa memberikan tip dapat dianggap sebagai penghinaan karena konsumen menganggap pekerja tersebut membutuhkan belas kasihan.

Cara pandang masyarakat Korea Selatan begitu berbeda dengan Amerika Serikat (AS), di mana sekitar 20% total pendapatan pekerja di sektor jasa berasal dari uang tip. Bahkan di Eropa, para pekerja di kafe dan restoran sangat berterima kasih jika diberi sedikit tip.

Karena tidak memiliki tradisi memberi tip, banyak warga Korsel yang kesulitan untuk mengetahui berapa banyak tip yang harus diberikan ketika mereka bepergian ke luar negeri. Sebagian besar bahkan cenderung memberi terlalu banyak karena takut menimbulkan ketersinggungan jika mereka memberikan terlalu sedikit.

Jajanan Kaki Lima Tradisional Korea di Pasar Gwangjang
Beberapa kritikus memperingatkan bahwa budaya pemberian tip di Korea Selatan bisa jadi hal lumrah di kalangan konsumenFoto: Ke Wei/HPIC/picture alliance

Reaksi di media sosial terhadap budaya memberi tip

Perdebatan di Korea Selatan ini dimulai pada bulan Juli, ketika sebuah foto stoples tip yang berada di samping mesin kasir di sebuah toko bagel di Seoul menjadi viral di media sosial. Dilabeli "kotak tip" dan diisi dengan uang kertas, sebuah cuitan di X berhasil menarik perhatian 3,3 juta orang dan 15.000 kali dibagikan dalam tiga hari, demikian dilaporkan surat kabar The Korea Herald.

Sebagai tanggapan, operator kafe tersebut mengatakan bahwa pihaknya memperkenalkan kotak tip itu setelah pelanggan asing bertanya di mana mereka harus meninggalkan uang tip untuk mereka, tetapi reaksi yang didapatkan dari dalam negeri begitu negatif.

Salah satu komentar menyatakan bahwa toko tersebut berusaha menghindari pembayaran pajak, sementara surat kabar itu juga melaporkan komentar lain yang mengatakan, "Sekarang, selain biaya pengiriman dan biaya pengambilan, kita diharapkan untuk memberikan tip juga?"

Memberikan tip dianggap tidak sopan?

Mengisyaratkan rasa tidak nyamannya, seorang guru paruh waktu di Seoul, Kim Hyun-Jung mengatakan, "memberi uang kepada seseorang mungkin membuat Anda seperti melihat bahwa orang itu tidak punya uang. Hal itu dapat menimbulkan rasa empati dan orang tersebut mungkin berpikir bahwa Anda mengasihani mereka atau bahkan merasa Anda tidak menghargai mereka."

Pemberian tip juga memunculkan kekhawatiran untuk melakukan "gapjil", kata dalam bahasa Korea yang berarti eksploitasi terhadap pekerja, di mana ketika para staf sudah menerima tip, bos mereka tidak perlu lagi bermurah hati dalam memberikan upah minimum yang telah ditetapkan dalam undang-undang.

Pameran makanan di Korea Selatan
Restoran di Korea Selatan tidak mengharapkan pelanggan meninggalkan uang tipFoto: Yonhap/picture alliance

Park Yeong-seon, seorang mahasiswa ekonomi di Universitas Perempuan Seoul, juga sangat menentang pemberian tip ini menjadi hal yang biasa di Korea Selatan dan meyakini bahwa tradisi ini tidak akan pernah populer. Dia menambahkan bahwa "budaya memberikan tip" ini secara luas mampu "menghancurkan budaya dan ekonomi Korea."

"Warga Korea sebagian besar berorientasi pada orang lain dan sering membandingkan diri mereka dengan orang lain," katanya kepada DW. "Mereka tidak suka jika orang lain meremehkan mereka. Saya dulu bekerja paruh waktu di sebuah toko daging dan menerima tip dari pria yang lebih tua. Uang tip itu ... membuat saya merasa tidak enak karena saya merasa mendapatkan simpati."

Orang Korea juga menganggap keadilan sebagai nilai yang penting, tambah Park. Nilai itu berarti seseorang harus menerima upah yang adil untuk pekerjaan yang adil, di mana hal ini akan terdistorsi jika pemberian tip menjadi lumrah.

(kp/ha)

Kontributor DW, Julian Ryall
Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.