1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemenangan Berlusconi Simbol Kemandegan Politik Italia

15 April 2008

Tokoh politik konservatif Silvio Berlusconi akan memimpin pemerintahan di Italia untuk ketiga kalinya. Bagi Italia hasil pemilu itu menunjukkan terjadinya kemandegan reformasi selama 60 tahun terakhir.

https://p.dw.com/p/DiGb
Berlusconi merayakan kemenangannya dalam pemilu ItaliaFoto: AP

Hasil pemilihan umum di Italia menjadi tema komentar harian-harian internasional.

Harian Prancis Le Figaro yang terbit di Paris berkomentar:

Kembalinya tokoh politik berusia 71 tahun itu, yang nampak lebih muda karena operasi kencangkan wajah, merupakan pertanda dari kelumpuhan sistem politik di Italia. Tapi kemenangan tegas Berlusconi paling tidak merupakan berita baik. Berbeda dengan perdana menteri sebelumnya dari kubu kiri tengah, Romano Prodi, sekarang Berlusconi memperoleh mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Senat. Dengan itu, memungkinkan ia untuk memerintah tanpa hambatan, dan tentu saja diharapkan dapat mendorong reformasi yang diperlukan.

Harian Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid dalam tajuknya menulis:

Politik di Italia tidak mengejutkan siapapun. Negara itu sejak setengah abad ini praktis sudah tidak bisa lagi diperintah. Warga hanya mengharapkan apa yang paling penting dari negara. Dari para tokoh politik bahkan tidak diharapkan apapun. Tapi bagaimanapun juga, kita harus mengakui kemampuan tidak terbatas dari Berlusconi untuk melakukan come-back, dan memerintah Italia untuk ketiga kalinya. Menimbang mayoritas tegas yang diraihnya, diharapkan Berlusconi dapat mendorong tambahan stabilitas di Italia. Tapi tantangan yang ia hadapi memang sangat besar.

Sementara harian konservatif Denmark Berlingske Tildende lebih menyoroti kemenangan Berlusconi dalam pemilu dikaitkan dengan situasi di Uni Eropa. Harian yang terbit di Kopenhagen ini dalam tajuknya berkomentar:

Bagi Uni Eropa, Berlusconi adalah kenalan lama, yang memicu kecemasan karena politik multifungsinya yang kasar dan tidak tahu malu. Italia memiliki utang luar negeri amat besar. Perusahaan lumpuh akibat beban adimistratif amat tinggi. Pendapatan pekerja terlalu tinggi dibanding produktifitasnya. Pasaran kerja tidak fleksibel dan umur pensiun dengan 57 tahun terlalu rendah untuk ukuran Eropa. Pemecahan masalah yang bertumpuk itu adalah rangkaian kebijakan politik dan konsensus untuk melakukan reformasi. Tapi dengan kembalinya Berlusconi ke puncak pemerintahan, masalah itu justru akan bertambah. Bagi Italia sendiri maupun bagi Uni Eropa.

Dan harian Jerman Tageszeitung yang terbit di Berlin juga menulis komentar senada:

Ketika pada tahun 2001 lalu Berlusconi untuk kedua kalinya memimpin pemerintahan di Italia, Uni Eropa ibaratnya kehabisan kata-kata. Tokoh politik puncak Italia itu mencampuradukkan politik dengan kepentingan bisnisnya. Memanipulasi kehakiman untuk kepentingannya sendiri dan memerintah dengan gaya post-fasisme. Bagi Eropa Berlusconi adalah isyarat ancaman bahaya. Kembalinya tokoh politik berusia 71 tahun itu ke puncak pemerintahan di Italia, lebih dari sekedar ancaman bagi Eropa, melainkan juga simbol bagi keruntuhan Italia. (as)