1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kembali, Pengungsi Myanmar Terdampar di Aceh

Ayu Purwaningsih3 Februari 2009

Sekitar 200 manusia perahu etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di perairan Idi Rayeuk, Aceh Timur dengan kondisi yang memprihatinkan.

https://p.dw.com/p/GmHN
Pengungsi Rohingya banyak yang mencari perlindungan di Bangladesh
Pengungsi Rohingya banyak yang mencari perlindungan di BangladeshFoto: DW

Para nelayan di Idi rayeuk, Aceh Timur dan angkatan laut menyelamatkan sekitar 200 an manusia perahu etnis Rohingya, asal Myanmar, yang terapung-apung dalam perahu kayu mereka di lepas pantai Aceh Timur. Setelah tiga pekan terombang-ambing di laut, kondisi para pengungsi tersebut memprihatinkan. Beberapa diantaranya menderita sakit dan kini mendapatkan perawatan kesehatan dari rumah sakit setempat. Demikian pernyataan yang disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah:

“Ada kapal yang ditarik oleh pelaut nelayan kita ke wilayah Idi Rayeuk, Aceh Timur. Kondisinya dapat kita bayangkan, sduah berlayar lama, tentunya memnprihatinkan. Pemerintah telah mengirimkan mereka yang membutuhkan perawatan kesehatan ke rumah sakit.”

Kini pengungsi yang selamat akan ditampung sementara di pangkalan laut Aceh Timur. Pejabat setempat kini sedang mencari penerjemah untuk mencari tahu dengan pasti identitas warga etnis Rohingya tersebut.

Wakil bupati Aceh Timur Nasrurin Abubakar kepada kantor berita Reuters menceritakan para manusia perahu itu telah seminggu kelaparan termasuk diantara mereka ada seorang bocah 13 tahun. Sementara lebih dari 20 manusia perahu lainnya tewas. Informasi tersebut diperoleh dari percakapan bahasa tubuh antara pengungsi dengan nelayan.

Terdamparnya para pengungsi etnis Rohingga tersebut merupakan kali kedua dalam tahun ini. Sebelumnya pada bulan Januari juga ditemukan terapung-apung di lepas pantai Sabang. Hingga kini mereka pun masih ditampung di pangkalan angkatan laut di Sabang, Aceh. Sementara kloter sebelumnya terdampar di Aceh tahun 2006, setelah ditangani oleh Badan Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa UNHCR, sebagian tidak ketahuan lagi nasib selanjutnya, ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah:

„Pemerintah Indonesia sudah memberikan bantuan, yang mereka sangat hargai dan juga dihargai oleh masyarakat internasional. Tahun 2006 kita juga mengalami kasus serupa, ada 77 orang yang masuk ke wilayah kita, mereka ditangani oleh UNHCR. Namun kasusnya tidak tuntas. Keberadaan mereka tidak kita ketahui lagi. Tentunya bila melalui penganganan UNCHR, disalurkan ke negara-negara ketiga.“

Etnis Rohingya asal Myanmar tersebut melarikan diri dari Myanmar, karena ketakutan akan dibunuh oleh junta militer. Banyak diantara mereka menjadi pekerja paksa dan mengalami penyiksaan. Kini mereka mencoba untuk mencari suaka ke negara-negara lain dan kehilangan kewarganegaraan. Nasib mereka kembali menarik perhatian setelah muncul tudingan bahwa otoritas di Thailand mencegat para manusia perahu ini ketika singgah di perairan Thailand, namun kemudian melepaskan begitu saja tanpa mesin dan perbekalan. Sejumlah kapal dilaporkan tenggelam dan ratusan diantara pengungsi tewas. (ap)