1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Kelompok Tak Dikenal Deklarasikan Khilafah Islam di Mozambik

15 April 2020

Sebuah kelompok bersenjata di Mozambik mengibarkan panji Islam dan diam-diam menebar teror terhadap aparat pemerintah. Pakar keamanan meyakini mereka membidik sumber daya alam yang berlimpah.  

https://p.dw.com/p/3awaE
Foto ilustrasi anggota aparat keamanan Mozambik
Foto ilustrasi anggota aparat keamanan MozambikFoto: Getty Images/Afp/Jinty Jackson

Gerakan militan Islam yang meneror kawasan utara Mozambik sejak lebih dari dua tahun mendadak semakin menggebu dalam beberapa pekan terakhir, dengan terang-terangan mengungkap identitas gerilayawan dan secara lugas mendeklarasikan kekhalifahan Islam di atas negeri kaya sumber daya tersebut. 

Dalam beberapa pekan terakhir kelompok jihad ini menduduki gedung-gedung pemerintah, merampok bank-bank, memblokir jalan utama dan mengibarkan bendera hitam putih di sejumlah kota dan desa. 

“Kami ingin agar semua orang di sini menjalankan Syariah Islam,” kata seorang anggota grup yang tampil di dalam sebuah pesan video sembari menenteng senapan serbu Kalashnikov. Pesan itu diyakini dibuat di kota Mocimboa da Praia yang menjadi medan jihad kaum Islamis di tenggara Afrika. 

Hingga baru-baru ini identitas kelompok tersebut belum dikenal. Namun dalam pesan video teranyar, para jihadis secara simbolik menyingkap penutup wajah masing-masing. “Kami tidak ingin diperintah oleh kaum kafir, kami ingin diperintah oleh Allah,” tutur seorang gerilayawan dalam bahasa lokal, Kimwani. 

Ribuan warga terpaksa mengungsi  

Selama lebih dari dua tahun kelompok ini membidik desa-desa terpencil di provinsi Cabo Delgado. Sudah lebih dari 700 orang tewas menjadi korban serangan terror organisasi tersebut, menurut organisasi bantuan Perancis MSF.  

Tokoh agama lokal, uskup Dom Luiz Fernando, mengklaim setidaknya 200.000 penduduk terpaksa mengungsi akibat geliat terror kelompok ini. 

Oleh penduduk lokal mereka dinamakan Al-Shabbab, meski tidak diketahui apakah memiliki hubungan dengan sebuah grup terror lain asal Somalia yang bernama sama.  

Namun serangan teranyar di Mocimboa diklaim oleh Islamic State Central Africa Province, sebuah kelompok pecahan Islamic State yang aktif di Kongo dan Mozambik. 

“Dari videonya dan apa yang mereka katakan, kami tahu bahwa para gerilayawan ini berasal dari kota Mocimboa da Praia dan bahwa mereka termasuk ke dalam kelompok yang melancarkan serangan teror pertama pada Oktober 2017,” kata Eric Morier-Genoud, pengamat keamanan Afrika di Queen’s University di Belfast, Irlandia Utara. 

Kota Mocimboa da Peraia yang memiliki bandar udara dan pelabuhan peti kemas menjadi medan pertempuran antara pemberontak Islamis dengan militer pemerintah. Kota ini dianggap krusial di bagian utara Mozambik.
Kota Mocimboa da Peraia yang memiliki bandar udara dan pelabuhan peti kemas Foto: DW/A. Chissale

“Kita mendengar bagaimana mereka menjelaskan sasaran terbesar, yakni mendirikan sebuah negara Islam yang diatur oleh Syariah.” 

Sejak beberapa pekan terakhir ribuan orang terpaksa meninggalkan kota Pemba, ibukota provinsi Cabo Delgado lantaran mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya. Sejauh ini militer Mozambik belum mampu meredam serangan kaum jihadis. 

Pemerintah sewa jasa keamanan luar 

Derasnya serangan-serangan kelompok ini memaksa pemerintah Mozambik menyewa perusahaan jasa keamanan asal Afrika Selatan. Menurut sumber lokal dan pengamat keamanan, perusahaan itu baru-baru ini mengirimkan helikopter buat membantu operasi militer pasukan pemerintah. 

Kendati demikian, pakar keamanan Jasmine Opperman meragukan keampuhan strategi “melacak gerilayawan dari udara.“ Menurutnya hal itu “mungkin berhasil untuk jangka pendek.“ 

“Tapi Anda tidak bisa menghapus sejarah sikap abai pemerintah terhadap provinsi Cabo Delgado  hanya dengan menggelar operasi militer,” kata dia.  

Sebuah helikopter dilaporkan melakukan pendaratan darurat pada Jumat (10/4) pekan lalu, usai ditembak. Namun AFP tidak bisa mengonfirmasikan kebenaran kabar tersebut. 

Rebutan sumber daya alam 

Pemerintah di Maputo juga sangat jarang memberikan pernyataan terkait operasi militer di kawasan tersebut. 

Pakar politik Mozambik, Adriano Nuvunga, menduga konflik berakar dari keretakan hubungan antara pemerintahan sipil dan militer yang sudah berlangsung sejak lama. 

Para jihadis itu “bisa jadi saudara-saudara kita di tubuh militer,” kata dosen di Universitas Eduardo Mondlane di Maputo itu. “Dan bahwa mereka tidak lagi membidik warga sipil, mengindikasikan perang ini menyangkut sumber daya alam yang berlimpah di provinsi tersebut,“ imbuhnya. 

Provinsi Cabo Delgado menyimpan cadangan gas alam yang besar dan memproduksi sekitar 80% batu rubi yang ada di pasar internasional. 

Sumber daya alam yang berlimpah dan kemiskinan yang merajalela membuat provinsi ini rentan terhadap konflik bersenjata.  

Saat ini perusahaan minyak Perancis, Total, memiliki saham senilai 25 miliar USD pada proyek gas alam cair di Palma, sekitar 60 kilometer dari Mocimba da Praia. Adapun Exxon Mobil saat ini aktif di Ceruk Rovuma di pesisir utara Mozambik. 

Kedua perusahaan berulangkali mendesak pemerintah di Maputo untuk mengirimkan lebih banyak serdadu. 

“Kelompok ini menyerang jalan-jalan dan kota strategis seperti Mocimboa da Praia yang punya bandar udara dan pelabuhan,“ kata pengamat keamanan Afrika, Morier-Genoud. “Perusahaan-perusahaan minyak akan mempekerjakan ribuan orang dan mereka bisa menjadi sasaran serangan,“ pungkasnya. 

AFP (rzn/as) 

Booming Batu Bara di Mozambik