"Kelompok Kerja" Internasional Bagi Libya
29 Maret 2011Politisi papan atas dari sekitar 40 negara mengikuti Konferensi Internasional bagi Libya di London, di antaranya Perdana Menteri Inggris David Cameron, Sekjen PBB Ban Ki Moon dan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen.
Para peserta konferensi menyepakati sebuah yang dinamakan kelompok kerja untuk mengkoordinasi upaya penyelesaian politik dalam konflik antara Gaddafi dan kelompok pemberontak.
Kelompok kerja tersebut akan bekerja sama secara erat dengan PBB, Uni Eropa, Uni Afrika, Liga Arab dam Organisasi Konferensi Islam. Selain itu kelompok itu juga bertanggung jawab bagi kontak dengan partai-partai Libya. Pertemuan pertama akan digelar di Qatar.
Gaddafi dapat pergi ke pengasingan
Menlu Italia, Franco Frattini, sebelumnya hari Selasa (29/) menyebut upaya menyusun rancangan penyelesaian konflik yang berisikan gagasan gencatan senjata, kepergian penguasa Libya saat ini, Muammar el-Gaddafi ke pengungsian dan sebuah kerangka bagi perembukan mengenai masa depan negara Libya di antara kepala-kepala suku dan politisi oposisi.
Inggris dan Amerika Serikat sejak awal menunjukkan kesediaan untuk menyetujui rencana yang memuat segera turunnya Gaddafi untuk menghindari kemungkinan diseret ke pengadilan internasional.
Saat pembukaan Konferensi bagi Libya di London, Perdana Menteri Inggris David Cameron menuding pendukung Gaddafi melakukan "serangan pembunuhan" terhadap warga di Misrata, kota ketiga terbesar di Libya. Cameron menambahkan, orang-orang menderita di bawah pemerintahan Gaddafi, sambil menambahkan bahwa Libya berhak memiliki masa depan yang lebih baik: "Kami berkumpul di sini dengan satu tujuan, yaitu menolong rakyat Libya yang sedang dalam kesulitan. Saya pikir hari ini hendaknya memfokuskan awal baru bagi Libya, masa depan yang bebas, damai dan ditentukan sendiri oleh rakyat Libya. Dan kami berkumpul di sini karena rakyat Libya tidak dapat meraih masa depannya itu dengan kekuatan sendiri."
Tidak akan ada intervensi darat
Juga ditegaskan pada konferensi bagi Libya itu bahwa tidak akan ada intervensi militer di darat, dan hal itu tidak dibicarakan dalam pertemuan.
Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton menegaskan bahwa masyarakat internasional harus mendukung suara-suara yang menginginkan demokrasi di Libya dan negara-negara tetangganya. Tetapi ia juga memperingatkan bahwa perubahan tidak mudah untuk dicapai. Selanjutnya Clinton mengimbau peserta konferensi untuk bersatu dalam melakukan tekanan politik dan diplomatik serta memperdalam isolasi terhadap pemerintah Gaddafi. Ia juga menyatakan bahwa serangan koalisi tetap akan dilancarkan sampai Gaddafi mundur: "Aksi koalisi militer akan terus berlanjut sampai Gaddafi menaati tuntutan 1973 dari PBB, menghentikan serangannya terhadap warga sipil, menarik pasukannya dari tempat-tempat yang mereka kuasai dan mengizinkan pelayanan terpenting bagi warga dan bantuan kemanusiaan untuk mencapai semua warga Libya."
Perebutan kota Sirte yang punya arti simbolis
Seorang pejabat tinggi AS mengatakan, resolusi Dewan Kemananan PBB yang dikeluarkan bulan ini mengizinkan mempersenjatai pemberontak Libya. Namun seorang diplomat Italia mengatakan, langkah semacam itu memerlukan sebuah resolusi baru yang didukung melalui konsensus internasional secara meluas.
Sementara itu, pasukan Gaddafi yang memiliki persenjataan lebih baik ketimbang pemberontak, sempat terdesak mundur ke arah barat sepanjang pesisir Libya. Namun, untuk saat ini pasukan Gaddafi berhasil menahan majunya pemberontak menuju Sirte yang dianggap memiliki arti strategis dan simbolis. Sirte adalah kota kelahiran Gaddafi. Kelompok perlawanan tampaknya mengambil keuntungan dari serangan udara koalisi militer dengan merebut daerah dari pasukan Gaddafi. Sedangkan Gaddafi menuding negara barat melakukan pembantaian terhadap warga sipil Libya dengan berkoalisi dengan pemberontak yang disebutnya sebagai semuanya anggota al Qaeda.
Christa Saloh/dpa/ap/rtre
Ed. Andy Budiman