1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasEkuador

Kelompok Bersenjata Serang Stasiun TV Ekuador saat Siaran

10 Januari 2024

Kepolisian dengan cepat mengendalikan situasi di tengah sejumlah serangan, ledakan, penculikan. Insiden ini terjadi usai Presiden baru Ekuador menetapkan status darurat.

https://p.dw.com/p/4b2rF
Tentara Ekuador di depan kantor TC Television
Seorang tentara Ekuador terlihat berjaga di depan kantor TV pemerintah TC Television di Guayaquil, Ekuador, menyusul penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata pada Selasa (09/01)Foto: Marcos Pin/AFP/Getty Images

Sejumlah laki-laki bertopeng dengan senjata menerobos masuk ke salah satu studio siaran langsung milik stasiun televisi pemerintah Ekuador Selasa kemarin. Mereka menyerbu ke dalam studio jaringan TC Television, di kota pelabuhan Guayaquil, sambil berteriak memiliki "bom”. Selain itu, suara mirip tembakan senjata juga sempat terdengar.

Momen penyerangan ini sempat ikut mengudara dalam siaran itu, meskipun sinyal stasiun TC Television dimatikan 15 menit setelahnya. Para penyerang itu sempat berhamburan dari studio dan berusaha untuk sembunyi saat mengetahui polisi telah mengepung posisi mereka.

Pihak berwenang belum menyebutkan siapa pihak yang bertanggung jawab di balik serangan ini, atau sejumlah serangan lainnya yang terlah terjadi di negara Amerika Selatan tersebut.

Insiden ini terjadi sehari setelah Presiden baru Ekuador Daniel Noboa menetapkan status darurat nasional selama 60 hari pada Senin (08/01), menyusul kaburnya dua gembong geng narkoba terbesar di Ekuador dari penjara.

Apa yang terjadi?

Kelompok bersenjata itu menyerbu studio tersebut saat siaran langsung sedang berjalan, mereka melepaskan sejumlah tembakan dan memerintahkan orang-orang untuk tiarap. Sejumlah pihak dilaporkan sempat menjadi tawanan.

"Tolong, jangan tembak, jangan tembak,” teriak seorang perempuan saat mendengar tembakan.

Anggota polisi Ekuador
Anggota kepolisian bersiap di luar kantor televisi pemerintah, TC Television, yang diserbu oleh kelompok bersenjata pada Selasa (09/10)Foto: Gerardo Menoscal/AFP

"Tolong, mereka datang untuk membunuh kami. Ya Tuhan, jangan biarkan ini terjadi. Para kriminal ini masuk siaran langsung,” tulis seorang jurnalis lewat pesan WhatsApp ke agensi berita AFP. 

Redaktur News TC Television Alina Manrique menyebut saat itu dirinya berada di dalam ruang kendali, di seberang studio, ketika para laki-laki bersenjata itu menyerbu ke dalam Gedung. Salah satu dari mereka menodongkan pistol ke arah kepala Alina dan memerintahkannya untuk tiarap.

Kepada DW, seorang jurnalis di Kota Quito, Adriana Noboa Arregui, mengatakan bahwa dia menerima informasi kalau para sandera telah dibebaskan dan mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit.

"Selama dua sampai tiga tahun belakangan, kami tidak memiliki rasa aman," kata Arregui kepada DW. "Kekerasan semakin menjadi-jadi, dan sejak tadi malam, terjadi kekacauan di mana-mana."

Dia mengatakan bahwa Presiden telah "menyatakan perang dengan sejumlah geng" dan berupaya mengambil kembali kendali atas sistem penjara. "Namun, hal itu akan sulit karena para geng memegang kendali saat ini," sambungnya.

Pelaku dituntut dengan pasal terorisme

Pihak kepolisian dapat mengendalikan dan mengambil alih situasi dengan cepat.

Kepala Kepolisian Nasional Ekuador, Cesar Zapata, mengumumkan bahwa pihak yang terlibat dalam serangan ini telah ditangkap.

Dia menyatakan bahwa temuan senjata dan bahan peledak yang disita "mestinya bisa ditetapkan sebagai sebuah tindakan terorisme."

Kantor Kejaksaan Agung Ekuador menyebut 13 orang pelaku telah ditangkap dan akan dituntut dengan tuduhan terorisme.

Helikopter kepolisian Ekuador
Helikopter milik kepolisian Ekuador tampak mengudara di atas kantor berita pemerintah, TC Television, yang diserbu orang tak dikenal pada Selasa (09/01)Foto: Marcos PIN/AFP

Sejumlah serangan

Ekuador sendiri telah dikejutkan dengan sejumlah serangan, termasuk penculikan beberapa anggota polisi, setelah seorang pimpinan geng narkoba melarikan diri dari penjara beberapa waktu lalu.

Status darurat nasional yang diberlakukan Presiden Noboa pada Senin (08/01) memungkinkan pihak berwenang untuk membatasi hak masyarakat dan memobilisasi militer ke sejumlah tempat seperti penjara. 

Sesaat setelah serangan ke stasiun TV itu terjadi, Noboa mengeluarkan dekret, menyatakan bahwa 20 geng perdagangan narkoba yang beroperasi di Ekuador sebagai kelompok teroris, dan memberikan wewenang kepada militer Ekuador untuk "menetralisir" mereka dalam batas hukum kemanusiaan internasional. Selain itu, dia juga menyatakan kalau Ekuador memasuki masa konflik bersenjata internal.

Pemerintah belum mengumumkan berapa kali jumlah penyerangan yang telah terjadi usai pihak otoritas menyatakan pemimpin geng Los Choneros Adolfo Macias, alias Fito, ditemukan menghilang sejak Minggu (07/01) di selnya yang berada pada sebuah penjara berkapasitas keamanan rendah. Hari itu, dia direncanakan untuk pindah ke fasilitas penjara berkeamanan maksimum.

Kemudian, pada Selasa (09/01), pemerintah Ekuador Kembali mengumumkan bahwa pimpinan geng Los Lobos bernama Fabricio Colon Pico telah melarikan diri dari sebuah penjara di kota Riobamba. Colon Pico ditangkap pada Jumat (05/01), sebagai bagian dari investigasi kasus penculikan dan dituduh juga melakukan percobaan pembunuhan kepada salah seorang jaksa penuntut utama di Ekuador.

Serangan lain juga termasuk sebuah ledakan yang terjadi di rumah ketua Pengadilan Kehakiman Nasional, dan penculikan empat orang polisi pada Senin (08/01) malam. Polisi mengungkap seorang petugas diculik di ibu kota, Quito, dan tiga orang lainnya di kota Quevedo.

Setelah menculik para polisi itu, para penjahat merilis sebuah video mengerikan, di mana petugas tersebut diminta untuk membacakan pesan yang ditujukan kepada presiden.

"Anda menyatakan perang, Anda akan dapat perang," baca petugas yang ketakutan itu. "Anda mengumumkan keadaan darurat. Kami menyatakan polisi, warga sipil dan tentara sebagai rampasan perang."

Presiden Noboa terpilih dengan janji untuk mengatasi tingkat kekerasan adn kejahatan yang melonjak di Ekuador. Calon presiden Fernando Villavicencio yang fokus dengan isu antikorupsi terbunuh saat kampanye.

mh/rs (Reuters, AFP, AP)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!