1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelaparan Dunia Hampir Tak Mungkin Berakhir di 2030?

25 Juli 2024

Laporan PBB menyebut konflik, ketidakstabilan ekonomi, dan cuaca ekstrem telah berkontribusi terhadap kelaparan yang diderita 733 juta orang di tahun 2023.

https://p.dw.com/p/4ihz9
Sambia I Anak-anak bermain di dekat genangan air
Anak-anak bermain di dekat genangan air di kota Lilanda, Lusaka, Zambia, Sabtu, 9 Maret 2024. Lilanda, sebuah kota miskin di pinggir ibu kota Zambia, Lusaka, dan merupakan pusat penyebaran kolera. Foto: Tsvangirayi Mukwazhi/AP/picture alliance


Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakhiri kelaparan di dunia pada tahun 2030 tampaknya semakin sulit untuk dicapai karena perang, perubahan iklim, dan krisis ekonomi telah sangat berdampak. 

Dalam laporan tahunan State of Food Security and Nutrition in the World yang dirilis hari Rabu (24/07), disebutkan bahwa kelaparan kronis tetap tinggi dan makanan sehat berada di luar jangkauan banyak orang. Sekitar 733 juta orang menghadapi kelaparan di tahun 2023 - sekitar satu dari 11 orang di seluruh dunia. Situasi di Afrika sangat mengerikan, di mana satu dari lima orang di sana mengalami kelaparan.

Laporan yang dibuat oleh lima badan PBB ini akan dipresentasikan pada KTT G20 mendatang di Brasil, sekaligus akan memberikan saran terhadap reformasi pembiayaan ketahanan pangan dan nutrisi untuk mengurangi kelaparan global.

Anak-anak Perlahan Mati Kelaparan di Gaza

Menurut laporan tersebut, jika tren saat ini terus berlanjut, sekitar 582 juta orang akan mengalami kekurangan gizi kronis pada akhir dekade ini, setengahnya di Afrika.

"Kita berada dalam situasi yang lebih buruk saat ini dibandingkan dengan sembilan tahun yang lalu ketika kita mencanangkan tujuan untuk memberantas kelaparan pada tahun 2030,” ujar David Laborde, seorang ekonom dari Organisasi Pangan dan Pertanian yang juga menjadi salah satu penulis laporan tersebut.

"Saya rasa kita dapat melakukan yang lebih baik untuk mewujudkan janji ini, yaitu hidup di sebuah planet di mana tidak ada seorang pun yang kelaparan,” tambahnya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Pola makan sehat tidak dapat dicapai oleh banyak orang

Laporan yang disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian yang berbasis di Roma, Dana Internasional PBB untuk Pembangunan Pertanian, Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), Organisasi Kesehatan Dunia, dan Program Pangan Dunia, mengatakan bahwa pola makan yang sehat tidak terjangkau oleh lebih dari sepertiga populasi dunia pada tahun 2023.

Perkiraan terbaru menunjukkan 71,5% orang di negara-negara berpenghasilan rendah tidak mampu membeli makanan sehat tahun lalu, dibandingkan dengan 6,3% di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Lebih lanjut dalam laporan tersebut dikatakan bahwa meski kelaparan mudah dikenali, efek dari gizi buruk jangka panjang dapat berdampak negatif terhadap perkembangan fisik dan mental bayi dan anak-anak serta membuat orang dewasa lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. 

Sudan Selatan | Kekurangan pangan
Seorang wanita menunjukkan benih teratai tanah pada tanggal 28 November 2023 di Bentiu, Sudan Selatan. Karena kurangnya lahan pertanian yang subur, yang kini terendam air banjir, penduduk terpaksa memakan bagian dari tanaman teratai. Tanaman yang sebelumnya mereka hindari.Foto: Luke Dray/Getty Images

Peningkatan dukungan keuangan perlu dilakukan untuk mengatasi kelaparan global

Laborde menambahkan bahwa ketahanan pangan dan gizi membutuhkan lebih dari sekadar “mendistribusikan sekarung beras dalam situasi darurat.”

Ada kebutuhan yang sama pentingnya untuk memberikan bantuan kepada petani skala kecil dan akses energi di daerah pedesaan yang dapat mendukung sistem irigasi. 

Menurut perkiraan saat ini, antara $176 miliar (€161,1 miliar) hingga $3,98 triliun akan dibutuhkan untuk memberantas kelaparan pada tahun 2030.

Para donor, badan-badan internasional, dan kelompok-kelompok bantuan harus mengkoordinasikan tindakan mereka dengan lebih baik. Laporan tersebut menggambarkan kondisi yang ada saat ini sebagai “proliferasi yang berlebihan dari para pelaku yang sebagian besar menjalankan proyek-proyek kecil dan berjangka waktu pendek.”

Sebagai kesimpulan, laporan tersebut mengatakan: “Tidak boleh ada waktu yang hilang, karena biaya kelambanan jauh melebihi biaya tindakan yang diminta oleh laporan ini.”

mel/hp (AFP, Reuters)