1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiSpanyol

Kedatangan Turis Asing Diprotes di Daerah Wisata di Spanyol

22 Juli 2024

Ribuan warga lokal di Pulau Mallorca, Spanyol, berdemonstrasi menentang pariwisata massal, ketika Eropa memasuki puncak musim liburan. Gentrifikasi dan konflik air mendorong pemerintah turun tangan.

https://p.dw.com/p/4iZok
Protes di Palma de Mallorca, Spanyol
Protes di Palma de Mallorca, SpanyolFoto: Clara Margais/dpa/picture alliance

Aksi protes dilakukan di ibu kota Mallorca, Palma, Minggu (21/7) sore, untuk menentang kehadiran jutaan wisatawan di jelang puncak musim panas.

Menurut media lokal, jumlah warga yang turun ke jalan sedikit lebih rendah dibandingkan demonstrasi akbar delapan minggu lalu, ketika jumlah peserta diperkirakan sekitar 25.000 orang.

Dalam protes yang diselenggarakan oleh organisasi "Less Tourism, More Life" itu, para demonstran mengangkat plakat bertuliskan "Kemewahan Anda, kesengsaraan kami," atau "Kami tidak ingin menjadi pionir peningkatan biaya perumahan."

Demonstasi di Palma mengklaim mewakili aspirasi milik hampir satu juta penduduk Mallorca. Poster yang mengiklankan aksi protes, misalnya, menggambarkan pesawat terbang, jet pribadi dan kapal pesiar mengerubungi pulau di Laut Tengah tersebut bagai segerombolan lalat.

"Mari ubah arah" ditulis dalam bahasa Catalan di atas montase foto, dan dalam cetakan yang lebih kecil "Tetapkan batasan untuk pariwisata."

Tenerife: Locals say mass tourism has reached breaking point

Sumber uang dan nestapa

Kepulauan Baleares memiliki populasi hampir 1,2 juta orang. Tahun lalu, 18 juta wisatawan tercatat datang berkunjung, di antaranya 4,6 juta dari Jerman dan 3,4 juta dari Inggris.

Delapan minggu lalu, sekitar 10.000 orang turun ke jalan Palma dengan slogan "Cukup Sudah!" dan "Mallorca Bukan untuk Dijual!" menurut laporan polisi.

Suara-suara menentang pariwisata eksesif juga muncul di hotsot wisata Spanyol lainnya seperti Barcelona dan Málaga, serta di Kepulauan Canary.

Pariwisata sejatinya menyumbang 45 persen pada pendapatan Mallorca. Namun pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata semakin memarjinalkan penduduk lokal, karena tidak mampu menyaingi wisatawan dalam mendapat perumahan atau akses sumber daya. Konflik air, polusi dan kemacetan juga menjadi faktor utama kegerahan warga.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Marjinalisasi warga lokal

Media Spanyol sudah berulang kali melaporkan kondisi yang dihadapi penduduk setempat. "Saya bekerja dalam memelihara vila mewah untuk orang Inggris dan mendapatkan penghasilan USD1.630 per bulan," kata seorang penduduk Ibiza kepada Koran El Pais.

Dia pindah dari rumahnya pada bulan Februari karena tidak mampu membayar sewa bulanan yang seharga USD1.000. Sejak itu, dia tidur di karavan di belakang sebuah toko furnitur dan mandi di rumah teman. Tetangganya, yang juga tinggal di dalam karavan, mendapat penghasilan yang sama. "Selamat Datang di Ibiza," di mana kemiskinan dan kemewahan saling bersebelahan, tulis El Pais, soal kehidupan kaum miskin di lapangan parkir di dekat sebuah klub mewah.

Kepala pemerintahan Mallorca, Marga Prohens, mengatakan kepada media lokal bahwa dia memahami aksi protes tersebut. "Tetapi saya minta demonstrasi ini jangan berubah menjadi vandalisme terhadap wisatawan dan penduduk, itu seperti yang mereka lakukan di Barcelona," katanya.

Para pengunjuk rasa di Barcelona menyemprot pelanggan di restoran-restoran yang digunakan oleh turis dengan pistol air dan melambaikan plakat bertuliskan "Turis pulanglah. Kalian tidak diinginkan,” dalam bahasa Inggris.

rzn/hp (dpa,ap)