1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Kebuntuan di Ukraina Bayangi Peringatan 75 Tahun NATO

8 Juli 2024

Peringatan hari jadi NATO ke-75 sejatinya diniatkan sebagai ajang untuk memupuk kesatuan. Namun pertemuan di Washington malah dibayangi kebuntuan di Ukraina dan kemunduran elektoral di kedua sisi Atlantik.

https://p.dw.com/p/4i0GC
Markas NATO di Belgia
Markas besar NATO di Brussels, BelgiaFoto: Janine Schmitz/AA/photothek.de/picture alliance

Konferensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, di Washington, Amerika Serikat, dipastikan bakal mengalihkan perhatian Presiden Joe Biden dari pergulatan politik domestik jelang pemilu. Pemimpin dari 32 negara anggota akan bertemu selama tiga hari mulai Selasa (9/7), termasuk tamu kehormatan dari Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.

KTT kali ini turut mengundang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang mengemban misi menghimpun dukungan untuk menghalau invasi Rusia sejak 2022.

Meski berhasil membukukan sejumlah kemajuan di fron timur, militer Ukraina belakangan kian kewalahan menghadang pergerakan pasukan Rusia. Kondisinya bahkan diklaim "suram" oleh seorang pejabat Eropa di sela-sela KTT di Washington.

 "KTT ini akan sangat berbeda dari rencana awal karena ini terjadi pada saat yang kritis bagi keamanan Eropa," kata sosok yang enggan disebutkan namanya itu. "Rusia saat ini berada dalam situasi yang cukup nyaman. Mereka tinggal menunggu saja," katanya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Max Bergmann, direktur program Eropa di lembaga riset Center for Strategic and International Studies, CSIS, mengatakan pertemuan puncak itu diadakan pada "saat terbaik dan saat terburuk," ujarnya seperti dikutip AFP.

"Saat terbaik, dalam artian pakta ini kini kembali ke tujuan awal, yakni menghalangi Rusia. Banyak negara anggota yang kini menambah anggaran pertahanan," kata Bergmann.

"Tetapi ini juga merupakan saat terburuk, karena perang di Ukraina, sulitnya meningkatkan belanja pertahanan di Eropa dan kekhawatiran mengenai kepastian politik di Amerika Serikat," kata dia, merujuk pada peluang kemenangan Donald Trump yang kritis terhadap NATO.

Ketidakstabilan politik di Washington

Trump tidak jengah menyuarakan kekagumannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejak lama dia mengkritik NATO sebagai beban yang tidak adil bagi kas Amerika Serikat, karena keengganan negara-negara Eropa untuk menepati syarat minimal dua persen belanja pertahanan.

Kandidat Partai Republik itu juga bersikeras bahwa dirinya dapat menghentikan perang di Ukraina, dan mengindikasikan bakal mengaitkan bantuan militer dengan kesediaan Ukraina memadu negosiasi dengan Rusia.

Trump unggul tipis atas Biden dalam jajak pendapat baru-baru ini. Sementara itu, di Prancis Presiden Emmanuel Macron juga menghadapi perubahan politik dengan menguatnya kelompok populis kanan, yang secara historis dekat dengan Rusia. Putin baru-baru ini menjamu Viktor Orban, perdana menteri Hongaria yang saat ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Eropa.

KTT NATO juga untuk pertama kalinya akan dihadiri oleh perdana menteri baru Inggris Keir Starmer, yang mulai menjabat pekan lalu setelah Partai Buruh menggulingkan Partai Konservatif dalam pemilu legislatif.

How has Ukraine survived Russia’s war?

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengimbau bantuan militer bagi Ukraina setidaknya sebesar 40 miliar euro per tahun, demi menjamin kapasitas Kyiv dalam menghadapi perang panjang melawan Rusia.

Titian rumit bersama Ukraina

Di lingkaran diplomat, upaya membetoni bantuan bagi Ukraina dikenal sebagai kebijakan "anti-Trump," lantaran besarnya peran AS dalam menyokong Ukraina. Sejauh ini, Washington telah mengucurkan bantuan senilai USD175 miliar kepada Kyiv.

Sebab itu pula, Presiden Zelenskyy kali ini diharapkan bisa memenangkan dukungan negara lain, tidak seperti KTT tahun lalu di Lituania, ketika prospek keanggotaan Ukraina ditolak oleh sebagian besar anggota NATO.

Pemerintah Ukraina mengakui tidak ada peluang perubahan sikap di Washington. Presiden Biden dan Kanselir Jerman Olaf Scholz sejak awal beroposisi terhadap gagasan keanggotaan Ukraina.

NATO sejatunya tidak mengangkat anggota yang sedang aktif berperang. Menerima Ukraina akan secara otomatis menyeret NATO ke kancah peperangan melawan adidaya nuklir Rusia.

Sebaliknya, Biden merangkai perjanjian keamanan selama 10 tahun dengan Ukraina, di mana Washington berkomitmen menopang kapabilitas pertahanan dengan kucuran dana bantuan. Belum lama ini, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan Amerika Serikat akan segera mengumumkan bantuan militer baru senilai USD2,3 miliar.

rzn/hp (afp,ap)