1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kawasan Sahel Terancam Bencana Kelaparan

18 Februari 2012

Belum sampai Tanduk Afrika pulih dari bencana kelaparan, kini kemarau sudah mengancam kawasan Sahel. Kawasan di Afrika Barat itu dapat dilanda bencana kelaparan.

https://p.dw.com/p/145US
Hirten mit ihren Tieren in einer trockenen Landschaft. Bild: Ute Schäffer
Foto: DW

Baru dua pekan lalu PBB menyatakan berakhirnya bencana kelaparan di Afrika Timur, kini krisis berikutnya sudah mengancam. Sekarang krisis melanda Afrika Barat yang dikenal sebagai kawasan Sahel. Menurut Program Bantuan Pangan PBB, WFP, pemerintah Niger, Chad, Burkina Faso, Mauritania, Mali dan Senegal menyerukan kondisi darurat. Penyebabnya adalah kemarau berkepanjangan dan tingginya harga bahan pangan. 12 juta orang terancam bencana krisis pangan. "Sekarang terjadi kemarau, tapi masih belum terjadi kelaparan. Hal itu masih dapat dihindari. Untuk itu kami punya waktu dua atau mungkin tiga bulan. Tapi tidak lebih." Demikian disampaikan Diretur Organisasi urusan Pembangunan dan Pertanian PBB, FAO, José Graziano da Silva pada pertemuan darurat di Roma (15/02).

Perhimpunan ekonomi Afrika Barat ECOWAS juga bereaksi. Dalam pertemuan puncak Kamis (16/02) di ibukota Nigeria, Abudja, wakil-wakil ECOWAS sepakat menyumbang dana senilai 2,3 juta Euro untuk korban krisis bahan pangan di kawasan Sahel.

In this photo of Monday, Aug. 8, 2011 sacks of World Food Program, WFP, food is seen on a truck before being dropped off for storage in warehouses in the former Somali water agency that runs the biggest sell off of food aid in Mogadishu. An Associated Press investigation in Somalia has found that thousands of sacks food aid are being stolen and sold on the black market, undermining the international response to the country's crippling famine. Sacks of food stamped with emblems from the World Food Program, the U.S. government aid arm USAID and the Japanese government are for sale in Mogadishu markets. (AP Photo)
Foto: AP

Menurut perkiraan WFP, sekitar 560 juta Euro yang diperlukan tahun ini untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan di kawasan yang dilanda kemarau di kawasan Sahel. Dana itu diharapkan mencukupi kebutuhan pangan satu juta anak-anak di bawah usia dua tahun dan 500 ribu ibu hamil yang terancam kurang pangan yang akut.

Jerman juga ikut menyumbang 12 juta Euro untuk membantu bantuan darurat bagi warga yang kelaparan. Kementerian Luar Negeri Jerman dan Kementerian untuk Bantuan Pembangunan menyampaikan di Berlin, sebagian besar dana bantuan itu disalurkan ke Program Bantuan Pangan PBB WFP. Sebagian lainnya disalurkan lewat organisasi bantuan Jerman di kawasan Sahel dan Komite Palang Merah Internasional. "Kami tidak membiarkan orang-orang dalam kesulitannya." Kata Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel.

German Economic Cooperation and Development Minister Dirk Niebel arrives to a cabinet meeting in Berlin, January 18, 2012. REUTERS/Fabrizio Bensch (GERMANY - Tags: POLITICS)
Dirk NiebelFoto: Reuters

Bantuan Cepat dan Solusi Berkelanjutan

Salah satu organisasi bantuan Jerman di kawasan Sahel adalah Brot für die Welt (Red. Roti untuk Dunia), yang antara lain aktif di Chad dan Niger. „Penting untuk mempersiapkan manusia yang tidak memiliki lagi makanan dan bibit tanaman, agar mereka tetap tinggal di desanya dan tidak menjadi pengungsi. Jika tidak, mereka harus ditampung di suatu kamp pengungsi atau di sebuah kota yang besar." Demikian dijelaskan jurubicara Brot für die Welt, Rainer Lang.

Orang belajar dari kesalahan. Saat terjadinya krisis kelaparan di Tanduk Afrika, dalam dua tahun terakhir jutaan orang jadi pengungsi. Menurut Rainer Lang, diharapkan orang-orang, juga dalam kondisi darurat semacam itu dapat tetap semandiri mungkin dan dengan dukungan organisasi bantuan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu harus ditemukan solusi jangka panjang untuk kawasan tersebut. Organisasi bantuan Jerman Brot für die Welt mengupayakan penyimpanan cadangan bahan pangan secara lebih baik di kawasan yang dilanda krisis bahan pangan dan menyebarkan benih khusus yang resisten di musim kemarau. Dengan demikian orang kini dapat mengantisipasi kemarau dengan lebih baik.

As a sandstorm comes up, these two boys check out the situation at at refugee camp in Dadaab, northeastern Kenya on thursday, August 4, 2011. Somalia and parts of Kenya have been struck by one of the worst draughts and famines in six decades, more than 350.000 refugees have found shelter in the worlds biggest refugee camp. Photo: Boris Roessler dpa
Badai pasir di kamp pengungsi DadaabFoto: picture alliance/dpa

Menurut WFP kemarau yang terjadi saat ini di Afrika Barat adalah yang ketiga kalinya dalam 10 tahun terakhir. Sementara kemarau tahun 2005 dan 2010 terutama melanda Niger dan Chad, krisis kelaparan tahun ini meluas ke seluruh kawasan Sahel.

Bencana Kemarau Sudah Diprediksi

Datangnya kabar bencana kemarau itu tidak mengejutkan. November 2011, Program Pangan PBB sudah memperingatkan akan terjadinya krisis kelaparan di kawasan Sahel. Empat bulan tidak dilakukan apapun. Allahta Ngariban adalah wakil Brot für die Welt di N'djamena, Chad. Ia mengritik tidak diambilnya tindakan oleh politik. „Setiap tahun kami mengalami krisis semacam itu. Seharusnya kami memiliki persiapan lebih baik. Tapi sialnya itu tidak terjadi. Politik yang bertanggungjawab untuk masalah itu gagal."

Awal tahun ini PBB sudah pernah menjadi sasaran kritik. Organisasi bantuan Inggris Save the Children dan Oxfam menuduh PBB terlalu lambat bereaksi terhadap krisis di Tanduk Afrika. Menurut keterangan organisasi bantuan hal itu menyebabkan kelaparan sekitar 50 ribu sampai 100 ribu orang di Kenya, Somalia dan Ethiopia.

Claudia Zeisel/Dyan Kostermans

Editor: Marjory Linardy