1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kaum Kurdi Hanya Ingin Hidup Damai

26 Februari 2008

Pemerintah Irak mengecam keras masuknya tentara Turki ke kawasan utara Irak. Ribuan warga Kurdipun melancarkan aksi demonstrasi.

https://p.dw.com/p/DDt6
Pesawat tempur Turki melintasi daerah utara Irak yang diduga sebagai pangkalan militer PKKFoto: picture-alliance/ dpa

Sasaran serangan aparat keamanan Turki kali ini bukan ditujukan kepada gerilyawan PKK, melainkan serangan gas air mata terhadap kaum demonstran. Ribuan warga Kurdi turun ke jalan untuk melakukan aksi unjuk rasa menentang serangan Turki ke Utara Irak.

Rute para demonstran juga melewati pangkalan militer Angkatan Udara Turki. Dari situ setiap malam bom-bom diangkut sebelum dijatuhkan ke markas tentara PKK di sekitar perbatasan Turki dengan Irak. Pengunjuk rasa melempari gedung-gedung pemerintahan dengan batu. Seorang warga Kurdi Ömer menuntut agar perang segera dihentikan:

"Semua yang mati dalam perang adalah warga Kurdi. Para gerilyawan di pegunungan adalah kaum Kurdi, tentara militer adalah kaum Kurdi. Kami tidak menginginkan hal ini. Kami di sini hanya ingin hidup damai."

Dari tentara Turki yang tewas dalam pertempuran yang berlangsung beberapa hari terakhir ini di Utara Irak, setidaknya seorang tentara berasal dari Diyarbakir. Mungkin dari anggota PKK yang tewas, ada pula yang berasal dari propinsi ini.

Tampak sebuah konvoi panser sedang menuju wilayah perbatasan Habur, sekitar 300 kilometer dari Diyarbakir. Warga kota Cizre yang terletak di daerah perbatasan mengamati semua gerakan militer dengan skepsis. Tidak ada yang percaya bahwa aksi militer terhadap kelompok PKK tersebut merupakan yang terakhir. Misalnya Cemil Berk, seorang pengusaha:

"Operasi militer seperti ini sudah dilakukan sejak 24 tahun lalu, dan tidak ada gunanya. Dengan aksi kekerasan, pertempuran dan pembunuhan, para pemberontak tidak mungkin dikalahkan."

Pasar di kota Cizre tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa penjual buah-buahan dan sayur-sayuran. Di belakang stannya nampak Salih seorang penjual yang sedang meneguk teh dengan dua kawannya. Ia pun beranggapan bahwa serangan militer Turki ke Irak Utara tidak ada gunannya.

"Itu sebabnya kami hidup sengsara seperti ini. Di sekitar kami hanya perang. Di sini selalu ada peristiwa tembak-tembakan. Pertumpahan darah ini harus dihentikan."

Namun, siapa yang bersalah atas perang ini, pihak mana yang benar atau yang salah dan bagaimana sebaiknya konflik ini diselesaikan, Salihpun tidak tahu jalan keluarnya. Salih termenung sambil merapihkan kain penutup kepalanya.

"Demi Allah, mudah-mudahan pertumpahan darah ini dihentikan secepatnya. Itu saja yang kami inginkan. Bagaimana caranya, saya juga tidak tahu - pokoknya kedua pihak harus berhenti."

Helikopter militer terbang melintasi Cizre menuju Provinsi Sirnak. Jalanan di desa-desa di provinsi berpegunungan itu dijaga ketat oleh militer. Di kawasan itu sudah puluhan tahun para gerilyawan PKK bertempur melawan militer Turki. Sekarang dengan melewati gunung Cudi, tentara Turki mengejar para pemberontak ke Irak Utara. Sejak lama warga desa kawasan ini mengungsi ke ibukota Provinsi Sirnak. Mereka hanya ingin perang ini berakhir.

Akankah adanya terobosan baru dengan serbuan Turki ke Utara Irak menjadi harapan para petani Kurdi yang duduk di kedai teh di Sirnak? Sebelum pemberontak PKK berhasil dikalahkan tidak akan ada perdamaian di pegunungan ini. Demikian pendapat seorang warga Kurdi.(an)