1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikMyanmar

Junta Myanmar Terpukul dengan Jatuhnya Komando Timur Laut

9 Agustus 2024

Jatuhnya pusat komando milik militer Myanmar di Lashio ke tangan kelompok pemberontak menandakan pukulan telak bagi junta di Naypyitaw. Kemenangan tersebut membiaskan bertambahnya kekuatan oposisi.

https://p.dw.com/p/4jI9U
Tembakan roket dari pangkalan militer di Lashio, Manmar
Tembakan roket dari pangkalan militer di Lashio, ManmarFoto: AFP/Getty Images

Pemerintah Myanmar pekan ini mengakui telah kehilangan kontrol atas pangkalan militer terbesar di Lashio, usai diserang oleh kelompok perlawanan bersenjata pada akhir pekan kemarin.

Jatuhnya Komando Timur Laut ke tangan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar, MNDAA, diyakini sebagai pukulan paling telak dalam serangkaian kemunduran bagi junta militer Myanmar tahun ini.

Penaklukan pusat komando di Lashio memuncaki serangan akbar oleh gabungan sejumlah milisi etnis minoritas yang belakangan semakin gencar.

Kekalahan memalukan?

Zachary Abuza, guru besar politik dan keamanan Asia Tenggara di National War College di Washington, Amerika Serikat, menggambarkan jatuhnya Lashio, yang merupakan kota terbesar di negara bagian Shan, sebagai "kerugian paling signifikan bagi junta, jika oposisi dapat mempertahankannya."

"Lashio adalah kota perdagangan utama, dan kota terbesar yang dikuasai oposisi hingga saat ini," katanya kepada DW.

Jatuhnya Komando Timur Laut dinilai memalukan karena baru diperkuat dengan tambahan 3.000 tentara oleh militer Myanmar.

"Namun dalam waktu sebulan, pangkalan itu jatuh, yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang menyerah. Seorang komandan wilayah Militer Timur Laut ditangkap, bersama dengan dua deputi berpangkat brigadir jenderal. Mereka adalah tawanan perang berpangkat tertinggi hingga saat ini," katanya.

Abuza mencatat bahwa kerugian tersebut bernilai sedemikian signifikan, sampai-sampai bahkan pemimpin junta Min Aung Hlaing terpaksa mengumumkan insiden tersebut dalam pidatonya. "Dan itu adalah sesuatu yang berarti."

Myanmar's military junta under increasing pressure, expert says

Pernyataan Min yang dimuat oleh Global New Light of Myanmar, sebuah harian pemerintah berbahasa Inggris, menyebut bahwa militer terpaksa "mundur" dari beberapa posisi di dekat perbatasan Cina, setelah "mempertimbangkan keamanan wilayah saat ini dan keselamatan rakyat."

Dia juga mencatat bahwa aliansi pemberontak menerima senjata, termasuk pesawat nirawak dan rudal jarak pendek, dari sumber "asing", yang tidak disebutkan identitasnya.

"Penting untuk menganalisis sumber kekuatan moneter dan teknologi," katanya. Militer Myanmar memiliki 14 komando regional di seluruh negeri, dan Komando Timur Laut adalah benteng pertama yang jatuh ke tangan kelompok perlawanan bersenjata.

Sebabnya, penaklukan Lashio merupakan catatan "memalukan" bagi junta, kata Aung Thu Nyein, seorang analis politik di Myanmar.

Militer di bawah tekanan

Dalam satu tahun terakhir, geliat kelompok oposisi dan etnis bersenjata di Myanmar telah menjadi ancaman serius terhadap cengkeraman kuasa militer.

Adalah aliansi tiga kekuatan oposisi, termasuk MNDAA, Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, TNLA, dan Pasukan Pertahanan Rakyat Mandalay, PDF, yang melancarkan serangan besar-besaran di negara bagian Shan pada bulan Oktober.

Dinamakan Operasi 1027, operasi ini berhasil merebut sebagian besar wilayah di perbatasan dengan Cina, termasuk puluhan kota kecil dan ratusan pos yang dikuasai junta militer.

Terinspirasi oleh keberhasilan gerakan perlawanan di Shan, kelompok etnis bersenjata lain, seperti Tentara Arakan di barat, juga telah meningkatkan frekuensi dan keganasan serangan, yang semakin mendesak militer di wilayah kekuasaannya.

Kenapa mediasi Cina gagal?

Lashio terletak sekitar 112 kilometer di selatan perbatasan dengan Cina. MNDAA telah membidik kota terbesar di Shan itu sejak melancarkan serangannya pada bulan Oktober.

Pemerintah di Beijing telah beberapa kali mencoba untuk menegosiasikan gencatan senjata antara junta dan kelompok bersenjata di wilayah perbatasan. Namun, upaya tersebut gagal menciptkan damai berkelanjutan.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

"Sejak operasi dimulai, Cina telah menekan MNDAA dan TNLA dengan keras untuk menghentikan pertempuran," kata Ye Myo Hein, seorang pakar Myanmar di United States Institute of Peace.

"Namun, kedua kelompok dengan cekatan meredakan tekanan ini dengan mengumumkan gencatan senjata sepihak, kemudian berhasil menguasai Lashio dan kota-kota lain di negara bagian Shan utara."

Meskipun Cina memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelompok pemberontak di dekat perbatasannya, Ye mengatakan, Beijing "tidak dapat sepenuhnya mengendalikan mereka."

"Para aktor bersenjata terus berupaya menciptakan ruang untuk bermanuver menuju sasaran mereka meskipun ada tekanan dari Cina. Dan sekarang kelompok perlawanan menguasai hampir semua wilayah di sepanjang perbatasan Cina-Myanmar, Cina tidak punya pilihan selain melibatkan kelompok-kelompok ini sebagai aktor utama di masa depan," katanya.

Goyahnya junta Myanmar?

Myanmar dijangkiti kekacauan politik sejak militer menggulingkan pemerintahan demokratis pada Februari 2021. Kudeta tersebut memicu protes massal, yang berkembang menjadi pemberontakan bersenjata, khususnya di wilayah terluar yang didominasi oleh etnis minoritas.

Oposisi Myanmar kini membentuk aliansi yang terdiri dari kelompok etnis dan pasukan paramiliter yang dipimpin sipil. Perang saudara diperkirakan telah merenggut lebih dari 5.000 nyawa warga sipil sejak 2021. Jutaan orang telah mengungsi secara internal ketika ekonomi terpuruk. 

Rebel forces gain ground in Myanmar

Menurut Pemerintah Persatuan Nasional, NUG, yang dibentuk oleh mantan pejabat sipil dan tokoh politik Myanmar, lebih dari 60 persen wilayah negara sudah dikuasai oleh kelompok perlawanan, bahkan sebelum perebutan Lashio.

Beberapa orang berspekulasi bahwa pertempuran akan bereskalasi dan menyebar karena kelompok oposisi membidik kota-kota yang telah lama dianggap sebagai benteng militer, seperti Myawaddy dan Mandalay, yang merupakan pusat ekonomi dan budaya Burma, serta terletak hanya sekitar 200 kilometer dari Lashio.

Myawaddy, yang terletak di sepanjang perbatasan Myanmar-Thailand, merupakan pos perdagangan utama. Sejak beberpa bulan, kota ini menjelma menjadi medan pertempuran sengit, dan sempat direbut oleh Persatuan Nasional Karen pada bulan April silam.

Pada bulan yang sama, ibu kota Naypyitaw mendapat serangan pertama setelah kelompok bersenjata melancarkan pesawat nirawak untuk menargetkan instalasi militer.

Analis politik Aung Thu Nyein mengatakan akan sulit bagi kelompok bersenjata untuk menduduki Mandalay. "Namun, serangan apa pun yang menargetkan kota tersebut dapat menjadi pukulan berat bagi junta, baik secara militer, psikologis, maupun ekonomi."

(rzn/hp)