1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jumlah Korban Tewas Akibat Badai Nargis Terus Bertambah

7 Mei 2008

Ratusan ribu warga yang selamat dari bencana badai tropis Nargis in Birma memerlukan bantuan, berupa tempat tinggal sementara, air minum dan makanan. Namun organisasi bantuan internasional kesulitan mengirimkan bantuan.

https://p.dw.com/p/Dvrb
Organisasi bantuan internasional alami kesulitan dalam mengirimkan bahan bantuan.
Organisasi bantuan internasional alami kesulitan dalam mengirimkan bahan bantuan.Foto: AP

Pemerintah menyatakan bahwa saat ini lebih dari 22 ribu orang di Myanmar tewas akibat badai tropis Nargis. Jumlah korban tewas kemungkinan terus bertambah. Organisasi bantuan internasional ActionAid bahkan menyatakan, jumlah korban tewas mencapai setidaknya 27 ribu.

Sementara kelompok oposisi Myanmar yang berada di pengasingan mengkhawatirkan, jumlah korban tewas lebih dari yang diperkirakan. Menurut media pemerintah, lebih dari 40 ribu warga dilaporkan belum ditemukan. Zinn Lin, anggota pemerintah eksil Birma di Thailand menuduh rezim militer Myanmar mengecilkan jumlah korban tewas.

“Angin badai tersebut sangat kuat dan harusnya diperkirakan terdapat hingga 50 ribu korban tewas. Badai itu melanda di daerah yang penduduknya padat. Dimulai dari pulau Haing Gyi yang dihuni banyak nelayan. Bencana itu juga terjadi di saat yang tidak menguntungkan, yaitu ketika nelayan melaut. Makanya, jumlah korban di pulau itu pasti sangat besar,” jelasnya.

Ketika pertama kali jumlah korban tewas diumumkan, warga Myanmar langsung paham bahwa jumlah itu tidak benar, ungkap Zinn Lin. Seringkali jumlah korban tewas yang diumumkan melalui keterangan resmi merujuk pada angka keberuntungan para jenderal dan bukan berdasarkan kenyataan.

Zinn Lin mengatakan, “Sejak awal militer mengumumkan jumlah palsu. Yang pertama 243, lalu 351. Orang-orang langsung tahu bahwa angka itu didapat dari astrologi. Jumlah angka-angka itu selalu sembilan dan itu adalah angka keberuntungan Jenderal Than Shwe. Makanya warga sangat kecewa.“

Sementara itu, organisasi-organisasi bantuan internasional selain mengalami kesulitan mengirimkan bahan bantuan, mereka juga sulit untuk memasuki wilayah bencana karena diwajibkan mengantongi izin khusus dari pemerintah militer. Uni Eropa mendesak pemerintah Myanmar untuk tidak menghalangi tugas para pekerja bantuan.

Utusan khusus Uni Eropa Piero Fassino menjelaskan, "Tujuan utama kami adalah meringankan penderitaan warga yang dilanda bencana. Dan kami harap pemerintah Myanmar membantu. Maksud saya, membuka akses bagi pekerja bantuan internasional, memberikan visa bagi pekerja bantuan itu dan menyediakan akses komunikasi.“

Banyak pekerja bantuan internasional yang tertahan di Thailand karena belum mendapatkan visa izin masuk ke Myanmar. Dokumen permohonan visa biasanya dikirim ke Yangoon untuk mendapatkan pengesahan. Sementara saat ini Yangoon masih disibukkan dengan dampak bencana. Selain itu akses komunikasi juga terputus. Pengerjaan permohonan visa dipastikan berlangsung lebih lama.

Wartawan asing juga tidak diizinkan masuk Birma. Sejumlah wartawan asing yang berusaha masuk dengan visa turis, tertahan di bandara Yangoon dan diperintahkan untuk kembali ke negaranya.(ls)