1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Mulai Diincar Teroris

22 Agustus 2006

Sekarang warga Jerman ibaratnya terbangun dari mimpi, bahwa negeri ini aman dari serangan teror. Menyadari begitu dekatnya bencana serangan teroris, pemerintah di Berlin kini menuntut diperketatnya pengawasan.

https://p.dw.com/p/CPJK
Mahasiswa Libanon, tersangka pelaku serangan bom yang gagal, ditangkap di Kiel, Jerman
Mahasiswa Libanon, tersangka pelaku serangan bom yang gagal, ditangkap di Kiel, JermanFoto: picture-alliance/ dpa

Harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar: Jerman kini menyadari semua terkurung dalam ruang ancaman bahaya.

"Rencana serangan dua bom yang disembunyikan dalam koper itu, memberikan sinyal yang mencemaskan bagi Jerman. Di satu sisi disadari, baik polisi maupun dinas rahasia, tidak dapat mencegah serangan teror semacam itu. Di sisi lainnya, harus disadari kenyataan bahwa semua orang di Jerman kini terancam. Tidak ada resep jitu, yang memberikan garansi bahwa kita akan terhindar dari serangan teror berikutnya."

Sementara harian Jerman Berliner Zeitung yang terbit di Berlin berkomentar: Jerman akan berubah menjadi negara demokratis yang mengawasi semua warganya.

"Dalam lima tahun terakhir ini, warga Jerman menerima tindakan pengurangan hak warga yang dilakukan secara bertahap tanpa banyak berkomentar. Apakah negara memang menanggapi dengan serius rasa takut warga atau hanya memanfaatkannya? Sebab kenyataannya, semua tindakan keamanan ketat itu kelihatannya tidak akan dapat mencegah serangan teror."

Sedangkan harian Jerman lainnya, Frankfurter Rundschau yang terbit di Frankfurt am Main berkomentar:

"Adalah benar, menjamin keamanan secara efektiv. Tapi salah, jika bereaksi hanya dengan meningkatkan persenjataan aparat negara untuk menghadapi militerisasi musuh demokrasi. Teroris lebih menyerang sasaran masyarakat terbuka. Penyaringan data 8,4 juta laki-laki di Jerman, setelah serangan teror 11 September, tidak menghasilkan apa-apa. Apakah tidak lebih baik, uang untuk tindakan-tindakan semacam itu diinvestasikan bagi persyaratan sosial untuk hidup berdampingan secara damai di Jerman? "

Tema lainnya yang disoroti oleh harian-harian Eropa, adalah pasukan perdamaian internasional untuk Libanon. Kini disoroti tidak mencukupinya mandat PBB untuk misi perdamaian di Libanon.

Harian Inggris The Daily Telegraph yang terbit di London berkomentar:

"Lemahnya mandat PBB itulah yang membuat Prancis mundur. Jerman yang terbentur beban sejarah, tidak mau terjebak kemungkinan kontak senjata dengan Israel. Sementara negara Muslim seperti Turki, Malaysia dan Bangladesh juga enggan berhadapan langsung dengan Hisbullah. Artinya, misi UNIFIL kali ini, juga sama ompongnya dengan misi sebelumnya."

Sementara harian konservativ Norwegia Aftenposten yang terbit di Oslo berkomentar:

"Peluang sukses pasukan perdamaian di Libanon amat kecil. Kegagalan pengawasan gencatan senjata akan membawa konsekuensi keruntuhan politik berikutnya. Pertanda pertama sudah kelihatan, dengan pelanggaran gencatan senjata oleh Israel akhir pekan lalu. Resolusi PBB yang goyah dengan gampang dilanggar. Tidak ada yang yakin, bahwa pasukan internasional di Libanon akan memberikan kontribusi bagi pemecahan masalah mendasar di kawasan itu. Di balik itu, jelas terlihat ketidak percayaan akan kemampuan pemerintahan Bush dalam menyusun politik Timur Tengah yang berorientasi ke masadepan dan konstruktiv."