1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Piraten

23 Desember 2008

Menteri Pertahanan Franz Joseph Jung mengunjungi tentara marinir Jerman di Jibuti. Dari tempat itulah kapal fregat 'Karlsruhe' bertolak Selasa pagi (23/12), menuju pantai Somalia untuk ikut memerangi perompak.

https://p.dw.com/p/GLNy
Foto: AP

Marinir Jerman memegang mandat yang kuat, tapi rinciannya dirahasiakan oleh Kementrian Pertahanan. Penggunaan kekerasan diijinkan dalam situasi ekstrim, tapi tujuan utamanya bukan memburu perompak secara aktif namun menakuti-nakuti sehingga mereka urung beraksi.

Kalau perompak membandel, kapal mereka boleh ditenggelamkan dan kapal yang disandera dibebaskan, begitu kata Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef Jung.

"Tujuannya membalas serangan, tapi dalam situasi mendesak, marinir kita dipersenjatai untuk menghadapinya. Kita punya tim khusus yang sudah dilatih untuk itu dan memiliki otoritas untuk mengambil tindakan", kata Jung.

Namun, tugas utama para marinir Jerman adalah mengawal kapal-kapal program bantuan Pangan PBB dan kapal-kapal dagang. Toh para pengritik mencela bahwa dengan enam kapal perang dan tiga pesawat, misi Atalanta hanya simbol semata.

Perhitungan dari kementrian pertahanan menunjukkan, dibutuhkan sampai 500 kapal untuk mengamankan seluruh wilayah lepas pantai Somalia dan negara-negara tetangganya.

Meski begitu, anggota Komisi Pertahanan di parlemen Jerman Bundestag, Reinhold Robbe meyakini, sekurangnya, kesuksesan psikologis dari misi Atalanta.

"Dan itu, menurut saya, sudah bagus. Kehadiran kapal perang saja bisa membuat pembajak memperhitungkan kemungkinan ditangkap", kata Robbe.

Tetap tidak jelas, tindakan apa yang akan diambil terhadap perompak yang ditangkap. Pemerintah Jerman hanya akan mengadili mereka di Jerman, jika itu menyangkut kepentingan Jerman, baik kapal atau warga negara.

Sebagian pihak menilai hal ini sangat tidak memadai. Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier menawarkan solusi internasional.

Ia mengatakan, "Saat ini Uni Eropa sedang meninjau perjanjian pengambilalihan dengan negara ketiga, yang siap dan mampu menyelenggarakan pengadilan bagi para perompak."

Marinir Jerman tidak bertugas memburu kapal induk perompak. Mereka juga tidak akan terlibat dalam pengejaran terhadap perompak di daratan, yang diijinkan oleh mandat PBB. Ketua Serikat Kerja Angkatan Bersenjata, Ulrich Kirsch, mengingatkan konsekuensi yang harus dihadapi.

"Jika kita tidak memerangi penyebab utama, yang tidak berada di laut melainkan di daratan, maka misi ini tidak akan cepat selesai. Karena perompak bisa mengorganisir diri kembali, mereka kan bekerja seperti pengusaha. Uang yang mereka rampas, mereka tanam di perusahaan 'perompak' dan mereka mempersenjatai diri dengan lebih baik. Cepat atau lambat kita harus memikirkan, dimana letak penyebabnya, yaitu di Somalia sendiri, dan itu harus dihadapi", kata Kirsch.

Toh itu sepertinya tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Sejak 15 tahun masyarakat internasional menyaksikan keruntuhan negara Somalia, tanpa berbuat apa-apa. (rp)